Share

Bab 5

Setelah meninggalkan rumah sakit, Natalie kembali ke Apartemen Goodview. Baru saja masuk ke rumah, dia menerima sebuah e-mail dari Zayden. Dia membuka email itu dan membaca beberapa koordinat yang tertera di dalam. Setelah itu, dia pun mengirim pesan pada Zayden.

[ Nat: Aku sudah pergi ke 2 koordinat teratas secara pribadi. Tapi, aku nggak temukan informasi apa pun. Kalau sudah senggang, aku akan pergi ke 2 koordinat terakhir. ]

[ Si Besar Tak Terkalahkan: Kita pasti akan menemukan Nenek. ]

Saat membaca kata “kita”, Natalie pun tersenyum. Sekarang, dia tidak sendirian lagi, melainkan memiliki kedua anaknya.

Natalie melirik 2 koordinat yang tertera di ponselnya lagi. Itu adalah hasil penyelidikannya. Jadi, dia harus pergi memeriksanya secara langsung. Dia tidak akan melewatkan satu pun petunjuk yang berharga.

Namun, sebelum lanjut melakukan penyelidikan, Natalie harus terlebih dahulu pergi ke Grup Thea. Setelah menangani prosedur masuk kerja, desainer yang diundang secara khusus ini juga harus mulai bekerja.

Keesokan harinya.

Natalie pergi ke Grup Thea untuk menangani prosedur masuk kerja. Perusahaan mengutus Gia, seorang gadis cantik yang baru terjun dalam dunia kerja sebagai asistennya.

Gia sangat berdedikasi. Dia telah mempersiapkan semua informasi yang terkait dengan Grup Thea untuk Natalie, juga membawa Natalie berkeliling untuk mengenal departemen-departemen yang ada di perusahaan.

Setelah berkeliling sebentar di departemen desain, Natalie bisa merasakan dengan jelas bahwa semua orang menatapnya dengan tatapan merendahkan. Mereka juga diam-diam mengejeknya dan berkata bahwa dia bisa mendapatkan kesempatan ini karena mengandalkan kecantikannya.

Natalie pun berdecak. Dia seharusnya berterima kasih karena dipuji cantik. Hanya saja, kenapa pikiran orang-orang ini begitu sempit?

Setelah dipikir-pikir, hal ini sebenarnya wajar. Bagaimanapun juga, Natalie adalah orang yang baru mulai bekerja dan orang-orang ini masih kurang memahaminya. Setelah menghabiskan waktu bersama kelak, mungkin saja sikap mereka akan berubah.

Setelah meninggalkan Grup Thea, Natalie berencana untuk pergi ke toko perabot. Kedua anaknya tidak berhenti merengek mau datang ke Kota Burka untuk bersama dengannya. Dia harus menangani semuanya sebelum mereka datang.

Baru saja Natalie hendak menghentikan taksi, seorang pria berkacamata tiba-tiba muncul di hadapannya dan bertanya, “Permisi, apa kamu Bu Natalie?”

Natalie meliriknya dan bertanya dengan bingung, “Ada apa?”

Dalam menghadapi sikap acuh tak acuh Natalie, pria itu hanya tersenyum sopan, lalu menjawab, “Halo, Bu Natalie. Bu Vivian ingin bertemu denganmu.”

“Bu Vivian?” Setelah berpikir sejenak, Natalie masih merasa bingung. Memangnya ada tokoh hebat yang dikenalnya di Kota Burka?

“Berkat Bu Natalie, Bu Vivian berhasil diselamatkan,” jawab pria berkacamata itu. Kemudian, dia membuat gerakan silakan dan lanjut berkata, “Bu Vivian ingin berterima kasih padamu secara langsung.”

Setelah mendengar ucapan pria berkacamata itu, Natalie baru teringat bahwa Vivian adalah wanita yang diselamatkannya waktu itu!

“Bu Natalie, silakan!”

Baru saja pria berkacamata itu selesai berbicara, sebuah mobil Rolls-Royce Ghost berwarna merah muda berhenti di depan Natalie. Sepertinya, selera pemilik mobil ini lumayan unik.

Natalie tidak banyak berbicara lagi dan langsung naik ke mobil. Warna mobil ini sangat mencolok hingga menarik perhatian para pejalan kaki. Namun, tidak ada yang bisa melihat ke dalam mobil.

Natalie awalnya mengira Vivian akan menemuinya di sebuah kafe mewah. Tak disangka, mobil ini malah melaju ke Vila Internasional yang terletak di pinggir kota. Harga vila bergaya internasional di area ini tidaklah murah dan paling tidak mencapai ratusan miliar.

Mobil ini berhenti di depan sebuah halaman yang dipenuhi dengan bunga mawar. Kemudian, Natalie masuk ke vila dengan dipandu oleh pria berkacamata tadi.

Setelah masuk ke vila, pria berkacamata itu membungkuk dan berkata, “Bu Vivian, Bu Natalie sudah tiba.”

Wanita yang sedang merangkai bunga di ruang tamu pun mendongak, lalu menoleh ke pintu masuk. Begitu melihat Natalie, wanita itu langsung tersenyum dan berkata, “Akhirnya kamu tiba juga! Ayo masuk!”

Vivian menghampiri Natalie, lalu menggenggam tangannya dan membawanya masuk ke ruang tamu.

Natalie melirik ke sekeliling, lalu duduk di sofa dan tersenyum pada wanita anggun itu sambil menyapa, “Bu Vivian!”

“Bu Natalie, jangan begitu sungkan. Kalau bukan berkat kamu, aku mungkin sudah meninggal. Aku mengundangmu kemari karena ingin berterima kasih padamu secara pribadi,” ujar wanita itu sambil tersenyum. Kemudian, dia mengulurkan tangannya ke arah Natalie dan lanjut berkata, “Mari kita berkenalan secara resmi. Namaku Vivian Hartono, kamu juga boleh memanggilku Vivi.”

...

Setelah meninggalkan Vila Internasional, Natalie meminta Owen untuk mengantarnya kembali ke pusat kota. Dia sudah membuat janji untuk berkunjung ke beberapa toko perabot. Jadi, dia harus pergi ke toko-toko itu.

“Bu Natalie, Pak Daniel sangat mencintai Bu Vivian. Kalau kamu bisa hadir ke pesta ulang tahun Bu Vivian, Pak Daniel pasti akan senang banget,” ujar Owen sambil menyodorkan sebuah undangan kepada Natalie.

Owen adalah asisten utama Grup Henley. Di sisi lain, orang yang diselamatkan Natalie kali ini adalah istri Daniel, direktur utama Grup Henley. Berhubung Vivian meminta Daniel untuk menemukan Natalie, Daniel pun mengutus Owen yang memiliki posisi tinggi di perusahaan untuk membantu Vivian.

Natalie melirik undangan itu. Di sana, tertera namanya yang ditulis secara langsung oleh Vivian. Daniel  secara khusus menyelenggarakan pesta ulang tahun ini untuk Vivian. Semua orang yang diundang adalah tokoh kalangan atas di Kota Burka.

Vivian sangat baik, juga bersahabat. Setidaknya, Natalie merasa nyaman saat berinteraksi dengannya. Jadi, Natalie pun menyetujuinya.

Setelah tiba di pusat kota, Natalie berpamitan dengan Owen. Kemudian, dia menghentikan taksi untuk pergi ke toko perabot. Di tengah perjalanan, tiba-tiba ada 2 mobil hitam yang tiba-tiba menghalangi taksinya dari depan dan belakang.

Sopir taksi sedang mengendarai mobil dengan fokus. Berhubung ada mobil yang tiba-tiba berhenti di depannya, dia pun secara refleks menginjak habis pedal rem.

Mobil yang tiba-tiba berhenti membuat Natalie yang duduk di belakang terlempar ke depan dan dahinya juga membentur kursi depan dengan kuat. Natalie pun mengerang kesakitan.

Setelah menghentikan taksi ini, terlihat beberapa pria yang mengenakan pakaian hitam dan berkacamata hitam turun dari mobil. Begitu melihat situasi ini, sopir taksi langsung ketakutan.

“Nona, kamu duduk diam saja. Sepertinya orang-orang ini berniat jahat,” ujar sopir taksi itu. Kemudian, dia mengambil ponselnya dan berencana untuk melapor polisi.

Beberapa pria berkacamata hitam itu mengabaikan sopir taksi yang terlihat gugup dan langsung membuka pintu belakang mobil.

“Bu Natalie, ikutlah bersama kami. Bos kami ingin menemuimu.”

Nada memerintah itu membuat Natalie merasa sangat kesal.

Melihat situasi ini, sopir taksi itu menggenggam erat ponselnya dan berkata, “Nona, ini ....”

Natalie melirik sopir taksi yang tangannya gemetar hebat hingga masih belum berhasil membuka kunci ponsel, lalu melirik orang-orang yang mengepung taksi ini. Kemudian, dia berkata, “Pak, aku turun di sini saja. Terima kasih. Simpan saja kembaliannya.”

Setelah memberikan beberapa lembar uang kepada sopir taksi, Natalie langsung turun dari mobil.

Setelah Natalie naik ke mobil yang menghentikan taksi, seorang pria berpakaian hitam yang duduk di baris mengucapkan sesuatu di telepon. Seharusnya, dia sedang melapor kepada bos mereka bahwa dia sudah berhasil menjemput Natalie.

Saat ini, Natalie menatap ke luar jendela dengan ekspresi kurang senang. Suasana hatinya juga langsung menjadi buruk.

Dalam waktu sehari, Natalie sudah diadang orang 2 kali. Sebelumnya, suasana hatinya masih bagus karena Owen bersikap sangat ramah terhadapnya. Namun, sekelompok pria berpakaian hitam ini malah bersikap semena-mena. Dia pun tidak memiliki kesan baik terhadap bos sekelompok orang ini.

Sekitar 20 menit kemudian, Natalie dibawa ke sebuah restoran mewah yang berada di lantai tertinggi gedung. Berhubung tidak ada seorang tamu pun di restoran ini, sangat jelas bahwa seluruh restoran ini sudah direservasi.

Natalie dikawal oleh 2 pria berpakaian hitam ke sebuah meja. Setelah itu, mereka menyapa pria yang sedang duduk di meja dengan sangat hormat, “Bos, kami sudah bawa orangnya.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status