Pria itu mendongak, lalu menatap Natalie. Setelah itu, dia berkata dengan dingin, “Tinggalkan kami.”Beberapa pria berpakaian hitam itu segera pergi. Dalam seketika, di restoran yang mewah ini hanya tersisa 2 orang. Orang yang satu sedang berdiri, sedangkan yang satunya lagi sedang duduk.Setelah melihat jelas tampang pria di hadapannya, Natalie pun mengerutkan keningnya dan bergumam dalam hati, ‘Bukannya ini si pria bodoh itu? Oh bukan, dia itu seharusnya kepala Keluarga Cendana yang misterius itu!’Hari ini, Harrison juga mengenakan jas dan menunjukkan tampang dingin yang memikat. Sayangnya, aura bahaya yang dipancarkannya sangat menakutkan sehingga tidak ada orang yang berani mendekatinya.‘Vivian mencariku untuk berterima kasih. Tapi, apa alasan pria bodoh ... ups, maksudku Harrison. Apa alasannya mencariku?’ gumam Natalie dalam hati.Setelah menatap Harrison dan berpikir sejenak, Natalie masih merasa bingung. Apa Harrison mau berterima kasih padanya? Jika dinilai dari ekspresi Har
Tubuh Harrison memancarkan aroma tembakau yang samar. Aroma ini bagaikan racun yang perlahan-lahan meresap ke tubuh Natalie. Dia tidak suka perasaan dikendalikan seperti ini. Jadi, dia pun mengerutkan keningnya dan tiba-tiba mendorong Harrison.“Pak Harrison, orangnya sudah pergi. Sudah waktunya kamu bangkit!”Natalie ingin mengingatkan Harrison bahwa yang tersisa di restoran hanyalah mereka berdua. Terlebih lagi, postur mereka saat ini juga membuatnya merasa canggung.Harrison menatap lekat-lekat wanita yang ditindihnya. Meskipun sudah terjadi hal seperti itu, sepasang mata yang indah itu tetap tidak menunjukkan kepanikan atau ketakutan. Siapa sebenarnya wanita ini?Harrison mengerutkan keningnya, lalu mengeratkan genggamannya pada pinggang Natalie. Saat berdiri, dia juga sekalian menarik Natalie untuk berdiri. Begitu berdiri, Natalie langsung menarik kembali tangannya, juga buru-buru melangkah mundur dan menjauhkan diri dari Harrison, seolah-olah takut tertular penyakit.Harrison ya
Natalie pun terdiam.Setelah mendengar pertanyaan Zayden, ekspresi Zoey juga menjadi serius. Dia bertanya, “Mama, apa kamu pernah menyelidiki informasi tentang Papa?”Saat mengingat malam dari 6 tahun yang lalu, ekspresi Natalie pun menjadi dingin. Kejadian itu memang sangat absurd. Selain kehilangan kesuciannya, dia juga tidak tahu siapa pria yang merenggut kesuciannya. Natalie pernah menyelidiki informasi mengenai pria itu. Bahkan Zayden juga pernah menggunakan kemampuan meretasnya untuk mencari tahu informasinya. Namun, mereka tidak menemukan informasi apa pun.Zayden juga pernah meretas pangkalan data internasional, lalu mencoba untuk mencocokkan informasi DNA-nya dan adiknya. Namun, usahanya itu tetap tidak membuahkan hasil. Kemungkinannya hanya satu, yaitu pelaku malam itu sudah tewas. Oleh karena itu, tidak ada informasi berguna mengenainya di pangkalan data. ‘Dia sudah mati? Sial! Enak banget dia!’ umpat Natalie dalam hati.“Kalau memang nggak ada informasi mengenainya, seha
Tidak pulang lagi? Setelah mendengar ucapan Yanisa, Natalie bertanya, “Tempat ini sangat menarik, mana mungkin aku nggak pulang? Apa ... kamu merasa kecewa atas kepulanganku?”Ucapan yang sangat terus terang itu langsung membuat Yasmine tertegun. Kemudian, dia menatap Natalie dan menyadari rasa tidak senang Natalie. Namun, dia tetap berkata dengan sok polos, “Natalie, kok gitu sih ngomongnya? Waktu kamu tertimpa masalah, lalu pergi ke luar negeri tanpa berhubungan dengan kami lagi selama ini, aku selalu mengkhawatirkanmu.”Berhubung Natalie masih tidak berbicara, Yanisa lanjut berkata dengan lebih santai, “Bagaimanapun juga, kita ini sahabat terbaik.”Setelah mendengar ucapan Yanisa, Tiffany pun berbisik, “Yanisa, dia itu wanita nggak tahu malu yang diusir dari Keluarga Kurniawan?”Meskipun suara Tiffany sangat kecil, Natalie tetap dapat mendengar ucapannya dengan jelas. Di sisi lain, karyawan toko yang mendengar percakapan ini dapat menilai bahwa Yanisa tidak menyukai Natalie. Dia pu
Ucapan Yanisa memang terdengar sangat lembut. Namun, dia sebenarnya sedang menyiratkan Natalie untuk tahu diri karena ada beberapa hal yang sudah tidak berhubungan dengannya lagi.Natalie merasa sangat muak setelah mendengar suara Yanisa yang sok lembut. Enam tahun yang lalu, Yanisa juga berpura-pura polos di hadapannya seperti ini. Apa Yanisa tidak lelah bersandiwara selama ini?“Mau kasih aku hadiah?” Natalie tersenyum tipis dan menjawab, “Boleh! Aku lumayan suka sama semua pakaian di toko ini. Kamu belikan saja semuanya. Aku akan pilih pelan-pelan di rumah nanti.”Yanisa tidak menyangka Natalie akan bersikap begitu tidak tahu malu. Apa wanita jalang ini benar-benar tidak malu untuk menerima barang pembeliannya? Natalie berani menyuruhnya membeli semua pakaian di toko ini? Harga termurah pakaian di toko ini paling tidak mencapai puluhan juta. Apa Natalie layak mendapat hadiah semahal itu? Konyol sekali!Yanisa sangat ingin meluapkan amarahnya. Namun, dia hanya menatap Natalie dengan
“Tentu saja ....”Tidak ada emosi yang terkandung dalam pertanyaan Harrison. Namun, Felix bisa merasakan dengan jelas bahwa suhu udara di sekitar sudah menurun secara drastis. Dia pun menghentikan ucapannya dan mengubah topik pembicaraan dengan berkata, “Nggak disangka Bu Natalie itu kakaknya Bu Yanisa.”Setelah kejadian di restoran waktu itu, Harrison memberi perintah pada bawahannya untuk menyelidiki informasi mengenai Natalie lagi. Dari hasil penyelidikan yang baru, mereka baru tahu bahwa Natalie ternyata adalah putri Keluarga Kurniawan. Hanya saja, Natalie tidak pernah muncul lagi setelah meninggalkan Keluarga Kurniawan 6 tahun yang lalu.Selain itu, mereka juga menemukan skandal mengenai kehidupan pribadi Natalie yang kacau. Hal itu membuat Chandra marah dan Chandra langsung mengusir Natalie dari Keluarga Kurniawan. Di sisi lain, semua orang tahu bahwa Yanisa adalah putri Keluarga Kurniawan dan Chandra sangat menyayanginya. Berhubung hubungan di antara Yanisa dan Harrison agak is
Begitu membuka pintu kamar Yanisa, Merry langsung melihat keadaan kamarnya yang berantakan. Lantainya dipenuhi dengan kosmetik dan barang-barang mewah lainnya yang berserakan. Bahkan ada 2 vas bunga antik yang pecah. Suara yang didengar Merry dari kamarnya seharusnya ditimbulkan oleh vas bunga yang pecah itu.“Yanisa, kenapa kamu begitu emosi? Harga sepasang vas bunga itu ratusan juta, lho! Kok kamu malah menghancurkannya!” seru Merry dengan tidak senang.Yanisa sedang berada di puncak amarah. Begitu melihat ibunya masuk ke kamarnya, dia langsung berseru, “Ibu, wanita jalang itu arogan banget!”Begitu mendengar ucapan Yanisa, Merry pun bertanya dengan bingung, “Siapa yang menindasmu? Katakan pada Ibu, Ibu akan membalaskan dendammu.”Yanisa menghampiri Merry, lalu menggenggam tangannya dan juga diam-diam melirik ke luar pintu. Setelah memastikan tidak ada orang lain, dia baru menjawab, “Ibu, wanita jalang yang kumaksud itu Natalie.”“Natalie? Bukannya wanita jalang itu sudah mati?” tany
Setelah mendengar ucapan Felix, Harrison menghentikan pekerjaannya dan melirik Felix. Felix yang ditatap oleh Harrison pun secara refleks berdiri dengan makin tegak dan merasa agak tegang.“Siapkan mobilnya,” perintah Harrison dengan dingin.Ucapan Harrison membuat Felix merasa agak bingung. Bukankah tadi Harrison tidak berencana untuk pergi ke pesta ulang tahun Vivian?Harrison sangat tidak suka menghadiri pesta. Tidak peduli sepenting atau semewah apa pun pesta itu, dia juga sangat jarang menghadirinya. Bagaimanapun juga, dia selalu menjadi pusat perhatian ke mana pun dia pergi dan dia sangat tidak menyukai hal itu. Jadi, kenapa dia tiba-tiba memutuskan untuk menghadiri pesta ulang tahun Vivian? Apa mungkin ... demi Yanisa?Felix sudah mulai bekerja untuk Harrison dari usia 18 tahun. Saat Harrison membiarkan Yanisa berada di sisinya dari 6 tahun yang lalu, dia pun mengira Yanisa sangat spesial bagi Harrison. Namun, melalui pengamatannya selama ini, dia tahu jelas bahwa Harrison sama