Keluarga Frans kebetulan berkumpul di sofa ruang tamu. Maura dan Maxime juga ada di sana. Maxime memeluk anaknya. Mereka pertama kali masuk ke rumah keluarga Frans setelah bersembunyi selama satu bulan .
Arabel melihat suasananya dengan cara yang berbeda. Tidak seperti sebelumnya, Siska dan Frans melihat Maura dengan baik. "Mereka sangat bahagia ya Bibi, kata Arabel kepada pembantu." Arabel berdiri di tengah-tengah semua orang. Dia menyapa mantan suaminya dan mantan mertuanya. Tidak lupa, Arabel menyapa Maura. "Hai semua aku kembali ke rumah ini, untuk melihat anakku, bukan orang lain." Frans, Maxime, dan Siska tidak berkata apa-apa. Maura menunjukkan bahwa dia tidak mengenal Arabel . "Saya adalah mantan istri Maxime, apa kamu adalah istri barunya? Selamat. Kamu pantas dengan Maxime." Mereka bermain mata saat Arabel menjabat tangan Maura. Meskipun hatinya terganggu dengan kehadiran Arabel, Maura tersenyum tipis, mencoba mempertahankan ketenangannya. Dia benar-benar mengenal Arabel, mantan istri Maxime, yang beberapa bulan lalu menjadi subjek kontroversi karena pernikahan seorang CEO terkenal dengan sekretarisnya. Namun, Maura juga menyadari bahwa menjadi istri Maxime membuat posisi di keluarga Frans menjadi lebih kuat. "Salam kenal, Arabel," jawab Maura singkat, mencoba menunjukkan sikap sopan di hadapan mantan istri suaminya. Arabel terus menatap Maxime yang masih menggendong anak mereka dengan tajam. Meskipun hatinya hancur melihat Maxime bahagia bersama anaknya, dia harus menguatkan diri untuk mengambil tindakan. "Aku ingin bertemu dengan anakku, di mana dia?" tanya Arabel dengan suara bergetar, mencoba menahan amarahnya. Siska yang duduk di sofa bersama Frans menatap Arabel dengan dingin. Keluarga Frans masih tidak menyukai kehadiran Arabel di rumah mereka, terutama setelah perceraian hingga perjanjian yang sudah disetujui oleh Arabel beberapa waktu lalu. "Ada perlu apa kamu kembali, Arabel?" tanya Siska dengan nada tajam. Memperlihatkan sikapnya yang tidak suka. Arabel menelan ludah, mencoba mendapatkan keberanian dalam situasi yang tegang ini. "Saya datang untuk bertemu dengan anak saya." ucap Arabel sambil menatap tajam kembali Siska. Kemudian Siska membalasnya. "Saya memiliki hak untuk melihat dan merawatnya. Sesuai perjanjian, kamu sudah tidak memiliki hak lagi atas anak ini." Frans mencoba menegaskan posisi Arabel saat ini dengan mengatakan, "Kami akan merawatnya sebagaimana mestinya." Arabel menghela napas dalam. Dia tidak boleh menyerah begitu saja. "Saya mengerti kesepakatan itu." Dengan nada tinggi, dia menjawab. "Tapi saya adalah ibu dari anak ini dan saya ingin menjadi bagian dari kehidupannya, dia anak saya, jadi saya berhak mengambil anak saya dari kalian." balas Arabel kembali. Maura yang selama ini diam karena tidak ingin semua orang curiga mulai memberanikan diri untuk ikut berbicara. "Arabel, aku tahu ini sulit bagi kamu. Tapi tolong pahami bahwa situasi ini tidak mudah bagi siapa pun termasuk kamu. Anak ini butuh cinta ayahnya. Kami akan memberikan yang terbaik untuknya. Kamu tenang saja," ucapnya dengan suara lembut, mencoba meyakinkan Arabel. "Kamu tidak tahu apa yang terbaik untuk anakku," kata Arabel sambil menatap Maura dengan dingin. "Sudah cukup, Arabel!” ucap Siska dengan mencoba menghentikan percakapan. "Aku adalah ibunya, dan aku akan melakukan berbagai cara untuk melindunginya." balas Arabel kembali dengan pembelaannya. "Kami tidak ingin masalah ini memburuk lebih jauh." Siska kembali membuka suara menghentikan Arabel. Arabel mencari dukungan dengan melihat ke sekitarnya. Dia sadar, namun, bahwa dirinya satu-satunya yang dapat membantu di sini. Dia perlu menemukan cara untuk mendapatkan kembali hak asuh anaknya dari keluarga Frans. "Dalam satu bulan ini, aku telah mempersiapkan segala sesuatunya. Aku tidak akan mundur meskipun harus menghadapi semua ini, kata Arabel dengan tegas.. *** Setelah beberapa hari, Arabel duduk sendirian di dalam ruangan. Dia melirik foto anaknya, yang dia selalu simpan di saku bajunya. Dia terus berpikir tentang anaknya dan ingin selalu bersamanya. Dia terganggu oleh suara telepon yang berdering. Arabel segera mengangkatnya, mungkin pembantu rumah tangga Siska akan memberitahu sesuatu yang penting mengenai anaknya. "Ya, bibi?" sapa Arabel dengan cemas lewat telepon. "Arabel, aku sudah mendapatkan informasi penting. Ada peluang bagus untuk kamu," kata pembantu dengan suara hati-hati. "Beri tahu aku, bibi. Apa yang harus aku lakukan?" tanya Arabel cepat. "Teman saya memiliki pengacara, dan dia dapat membantu mengajukan gugatan hak asuh anak. Dia memiliki banyak pengalaman dalam menangani kasus seperti ini. Kita perlu segera mengumpulkan bukti yang kuat untuk mendukung gugatan." Pembantu itu dengan semangat menyatakan, Arabel mengangguk, meskipun dia tahu ini tidak akan mudah. "Baiklah, aku akan siapkan segala sesuatunya. Terima kasih, bibi karena selama ini Bibi telah membantu saya. Saya sangat menghargai bantuanmu," ucap Arabel dengan tersenyum bahagia. Pembantu dengan serius berkata, "Kamu harus berhati-hati, Arabel. Keluarga Frans tidak akan membiarkan anak ini pergi begitu saja." "Saya tahu. Tapi saya harus melakukannya demi anakku," jawab Arabel. *** Dalam beberapa minggu, persiapan gugatan hak asuh anak telah selesai. Arabel dan pengacaranya telah mengumpulkan bukti-bukti yang memadai untuk menghadapi sidang berikutnya. Arabel duduk tegang di ruang sidang. Meskipun dia bergetar, tekadnya tetap teguh. Inilah saatnya untuk melawan dan memperoleh hak-hak sebagai ibu . Arabel mendengarkan setiap kata pengacara lawan saat sidang dimulai. Dia sangat berharap keputusan hakim akan menguntungkan . Keputusan akhirnya dibuat setelah beberapa jam konferensi. Hakim memutuskan bahwa Arabel memiliki hak asuh anaknya dengan syarat dia harus mengunjunginya secara teratur. Keputusan itu membuat Arabel menangis. Dia merasa tenang karena perjuangannya telah berhasil. Dia sekarang dapat menghabiskan waktu bersama anaknya dan memberikan yang terbaik untuknya. *** Malam itu, Arabel menyewa apartemen kecil di mana anaknya tidur pulas di pangkuannya. Dia menangis dengan bahagia di pipinya. "Sayang, kita akhirnya bisa bersama. Mama tidak akan pernah membiarkan kita berpisah lagi,” kata Arabel dengan suara lembut, mencium kening anaknya dengan kasih sayang. Anaknya tertidur tenang di pelukannya. Arabel berterima kasih karena perjuangannya tidak sia-sia. Dia akan menjadi ibu yang kuat untuk anaknya, memberikan perlindungan dan cinta yang tak terbatas. *** Maxime dan Maura, di sisi lain, merayakan kebahagiaan mereka sebagai pasangan suami istri baru di luar negeri. Mereka tidak menyangka bahwa Arabel akhirnya menerima hak asuh anaknya. Sementara itu, Maura masih mengalami bayangan masa lalu yang mengganggunya. Maxime menggendong Maura erat dan berkata, "Kita akan bahagia bersama, sayang. Kita akan memiliki keluarga yang sempurna." Maura dengan tersenyum licik kepada Maxime berkata, "Aku jauh lebih bahagia jika aku bisa mendapatkan apa yang aku mau dari keluarga kamu." Tetapi kebahagiaan mereka tidak akan bertahan lama , karena ada rahasia besar yang akan segera terungkap yang akan mengubah segalanya.Arabel menjalani kehidupan barunya bersama anaknya di sudut kota jauh dari kehidupan glamor Maxime dan Maura. Sekarang mereka tinggal di apartemen kecil yang sederhana, namun penuh dengan kasih sayang dan kehangatan. Arabel sangat senang dapat tinggal bersama Prince setiap hari, mengurusnya, dan melihat bagaimana dia berkembang. Arabel sibuk menyiapkan makan malam untuk mereka berdua hari itu. Anaknya semakin ceria dan lincah, dan mereka tertawa riang saat mengejar bola di ruang tamu kecil mereka. Telpon rumah tiba-tiba berbunyi. Arabel menutupi tangannya yang basah dengan kain lap dan mengambil gagang telepon. Layar menampilkan nomor yang tidak dikenal. Ingatlah ini, Arabel. Di seberang telepon, suara pria dengan nada dingin berkata, "Meskipun kamu mungkin menerima hak asuh anakmu, jangan berpikir bahwa kamu dapat menghancurkan keluarga Frans begitu saja." Jantung Arabel berdegup kencang saat dia menelan ludah. Dia tidak yakin siapa yang berbicara, tetapi dia mengenal suara ini
Arabel menuntun anaknya yang masih kecil menuju apartemennya dengan cepat. Dia semakin gelisah karena kehadiran pria itu, dan setiap detik terasa seperti waktu yang terlalu lambat. Bahaya yang mengancam membuat jantung berdegup kencang. Perasaan marah yang memuncak di dalamnya juga membuatnya berdegup kencang. Saat Arabel menariknya melewati lorong-lorong yang sempit menuju pintu masuk apartemen, putranya, yang masih belum sepenuhnya memahami keadaan, menangis kecil. Suasana semakin mencekam karena cahaya redup dan kenyamanan malam. Setelah mereka masuk, Arabel mengunci pintu dengan ketat dan menarik napas dalam-dalam. Dia mencoba menenangkan anaknya, yang masih menangis, dan dirinya sendiri. Arabel memeluk anaknya dengan hangat dan berkata, "Mama di sini, Nak. Kita aman sekarang." Berusaha memberikan rasa aman, dia mencium kening kecil anaknya. Tapi mereka tidak tenang lama. Mereka masih terkejut oleh suara keras dari luar. Seseorang mencoba masuk ke dalam pintu mereka. Arabel m
Setelah kejadian di apartemen itu, Arabel merasa lebih tenang. Mereka dapat tinggal di tempat yang lebih aman sekarang setelah polisi memberikan perlindungan sementara kepada mereka. Terlepas dari itu, dia terus mengalami ketegangan dan kecemasan..Malam itu, mereka berdua tidak bisa tidur dengan tenang. Anak-anaknya beberapa kali terbangun dan menangis, mungkin karena peristiwa yang baru terjadi secara alami . Arabel terus memeluknya, memberikan kehangatan dan keamanan yang dia butuhkan.Arabel bangun dengan hati yang berat keesokan paginya. Dia masih bingung tentang tindakan selanjutnya. Dia tidak tahu apakah mereka benar-benar aman dari ancaman yang mengintai, dan mereka tidak dapat tinggal di tempat perlindungan polisi selamanya.Namun, ponselnya berdering sebelum dia memikirkan opsi lain. Dia mengambilnya dengan cepat dan berharap dapat membantu mereka.Suara yang tidak dikenal berkata, "Arabel, kami tahu di mana kamu berada." Kamu tidak dapat bersembunyi selamanya.Hati Arabel b
Rakha adalah mantan anggota sindikat yang sekarang berusaha membongkar kejahatan mereka dari dalam. Dia pernah bekerja di bawah perintah Frans, kepala keluarga Frans yang kaya dan berkuasa, yang terlibat dalam berbagai kegiatan ilegal. Ketika Rakha mengetahui rencana Frans yang melibatkan ancaman terhadap Arabel dan anak-anaknya, dia merasa bersalah dan memutuskan untuk keluar dari sindikat tersebut. Namun, keluar dari sindikat bukanlah perkara mudah. Rakha tahu terlalu banyak, dan nyawanya juga terancam. Oleh karena itu, dia bersembunyi dan mengumpulkan bukti sebanyak mungkin untuk dapat melawan sindikat tersebut. Ketika dia mengetahui tentang situasi Arabel, dia melihat kesempatan untuk menebus kesalahannya dengan membantunya. Rakha tidak hanya memiliki bukti yang dapat mengungkap sindikat, tetapi dia juga mengetahui banyak rahasia internal keluarga Frans. Keputusannya untuk membantu Arabel adalah upaya terakhirnya untuk menghancurkan sindikat dan membawa keadilan bagi mereka yan
Setelah memastikan mereka mendapatkan semua yang mereka butuhkan, Arabel dan Rakha bergegas keluar dari vila. Mereka berhasil keluar tanpa terdeteksi, berkat bantuan Dina yang mengalihkan perhatian penjaga keamanan.Kembali di tempat aman, mereka menyerahkan semua bukti tersebut kepada Reza. "Ini akan cukup untuk menjatuhkan Frans," kata Reza dengan kepuasan. "Kita harus segera menyerahkan ini kepada pihak berwenang dan memastikan perlindungan bagi kalian semua."Namun, Arabel tahu bahwa ini belum berakhir. Frans pasti akan melakukan segala cara untuk membalas dendam. Tetapi dengan bukti yang mereka miliki, mereka memiliki kesempatan nyata untuk mengakhiri teror ini.Malam itu, Arabel tidur dengan perasaan lega namun tetap waspada. Dia tahu bahwa pertarungan ini belum selesai, tetapi dia merasa lebih kuat dan lebih yakin daripada sebelumnya. Dengan dukungan Rakha dan Reza, dia siap menghadapi apa pun yang datang.Di tempat lain, Frans menerima kabar buruk tentang penyusupan di vilanya
Arabel menggertakkan giginya. "Kamu tidak bisa mengancamku, Maura. Aku akan melakukan apa pun untuk melindungi anak-anakku."Maura mendekat lebih dekat, suaranya menjadi lebih dingin. "Dan aku akan melakukan apa pun untuk mempertahankan posisiku. Kamu pikir aku tidak punya cara untuk menghancurkanmu? Aku bisa membuat hidupmu jauh lebih sulit daripada yang bisa kamu bayangkan."Arabel merasa ketakutan, tapi dia tahu dia tidak bisa menyerah. "Apa yang kamu inginkan, Maura?"Maura menatap Arabel dengan penuh kebencian. "Aku ingin kamu diam. Jangan beritahu siapa pun tentang identitas asliku. Jangan pernah mencoba untuk menghubungi keluarga Frans atau Maxime tentang ini. Jika kamu melakukannya, aku akan memastikan kamu menderita."Arabel tahu bahwa dia harus berhati-hati. Maura sangat berbahaya dan memiliki banyak cara untuk menyakiti mereka. "Baiklah, Maura. Aku akan merahasiakan ini. Tapi ingat, aku tidak akan pernah berhenti melawan Frans dan Maxime."Maura tersenyum puas. "Bagus. Inga
Arabel merasakan tekanan yang luar biasa, tetapi dia tahu bahwa keselamatan anaknya harus menjadi prioritas utama. Dengan hati-hati, mereka mengelilingi gudang dan mencari cara untuk memasuki area yang dijaga.Ketika mereka akhirnya berhasil memasuki gudang, mereka menemukan Prince dalam kondisi yang menyedihkan. Hati Arabel hancur melihat anaknya terluka. Dia segera memeluk Prince dan menghiburnya, berjanji akan melindunginya.Maxime tiba-tiba muncul di pintu gudang, mengamati situasi dengan senyum sinis. "Kau harus membayar untuk tindakanmu, Arabel. Dan ini adalah harga yang harus kau bayar."Arabel merasa kemarahan yang tak tertahan. "Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti anak-anakku lagi, Maxime! Ini adalah batas terakhir!"Rakha dan Reza segera bertindak, menghadapi penjaga-penjaga yang ada dan memastikan bahwa mereka tidak tertangkap. Sementara itu, Arabel mengumpulkan keberanian untuk menghadapi Maxime dan memastikan bahwa dia tidak akan pernah menyakiti keluarganya lagi.Denga
Arabel menggenggam tangan di samping tempat tidur Prince. "Aku ingin anakku selamat, tetapi aku tidak bisa membiarkan kalian melanjutkan kejahatan ini tanpa konsekuensi."Maxime mendekat, matanya berkilat tajam. "Waktumu tidak banyak. Jika kamu memilih untuk tidak bekerja sama, kami bisa menarik tawaran ini, dan anakmu akan menghadapi konsekuensinya."Maura menambahkan dengan penuh kepuasan, "Kami tahu betapa besar risiko yang kamu hadapi. Tapi ingat, Maxime tidak akan mentolerir kegagalan."Arabel merasa terjebak dan matanya mulai berkaca-kaca. "Apa yang harus aku lakukan untuk memastikan keselamatan Prince?""Ini sangat sederhana," kata Maxime, "kamu serahkan bukti itu kepada kami dan berjanji untuk tidak melaporkannya. Kami akan menyediakan semua uang yang diperlukan untuk operasi."Arabel merasa hatinya hancur. Dia berusaha menahan air mata sambil berbisik, "Aku perlu waktu untuk berpikir.""Beerapa lama?" tanya Maxime dengan nada yang tidak sabar. "Kami tidak punya banyak waktu.