Arabel menggertakkan giginya. "Kamu tidak bisa mengancamku, Maura. Aku akan melakukan apa pun untuk melindungi anak-anakku."Maura mendekat lebih dekat, suaranya menjadi lebih dingin. "Dan aku akan melakukan apa pun untuk mempertahankan posisiku. Kamu pikir aku tidak punya cara untuk menghancurkanmu? Aku bisa membuat hidupmu jauh lebih sulit daripada yang bisa kamu bayangkan."Arabel merasa ketakutan, tapi dia tahu dia tidak bisa menyerah. "Apa yang kamu inginkan, Maura?"Maura menatap Arabel dengan penuh kebencian. "Aku ingin kamu diam. Jangan beritahu siapa pun tentang identitas asliku. Jangan pernah mencoba untuk menghubungi keluarga Frans atau Maxime tentang ini. Jika kamu melakukannya, aku akan memastikan kamu menderita."Arabel tahu bahwa dia harus berhati-hati. Maura sangat berbahaya dan memiliki banyak cara untuk menyakiti mereka. "Baiklah, Maura. Aku akan merahasiakan ini. Tapi ingat, aku tidak akan pernah berhenti melawan Frans dan Maxime."Maura tersenyum puas. "Bagus. Inga
Arabel merasakan tekanan yang luar biasa, tetapi dia tahu bahwa keselamatan anaknya harus menjadi prioritas utama. Dengan hati-hati, mereka mengelilingi gudang dan mencari cara untuk memasuki area yang dijaga.Ketika mereka akhirnya berhasil memasuki gudang, mereka menemukan Prince dalam kondisi yang menyedihkan. Hati Arabel hancur melihat anaknya terluka. Dia segera memeluk Prince dan menghiburnya, berjanji akan melindunginya.Maxime tiba-tiba muncul di pintu gudang, mengamati situasi dengan senyum sinis. "Kau harus membayar untuk tindakanmu, Arabel. Dan ini adalah harga yang harus kau bayar."Arabel merasa kemarahan yang tak tertahan. "Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti anak-anakku lagi, Maxime! Ini adalah batas terakhir!"Rakha dan Reza segera bertindak, menghadapi penjaga-penjaga yang ada dan memastikan bahwa mereka tidak tertangkap. Sementara itu, Arabel mengumpulkan keberanian untuk menghadapi Maxime dan memastikan bahwa dia tidak akan pernah menyakiti keluarganya lagi.Denga
Arabel menggenggam tangan di samping tempat tidur Prince. "Aku ingin anakku selamat, tetapi aku tidak bisa membiarkan kalian melanjutkan kejahatan ini tanpa konsekuensi."Maxime mendekat, matanya berkilat tajam. "Waktumu tidak banyak. Jika kamu memilih untuk tidak bekerja sama, kami bisa menarik tawaran ini, dan anakmu akan menghadapi konsekuensinya."Maura menambahkan dengan penuh kepuasan, "Kami tahu betapa besar risiko yang kamu hadapi. Tapi ingat, Maxime tidak akan mentolerir kegagalan."Arabel merasa terjebak dan matanya mulai berkaca-kaca. "Apa yang harus aku lakukan untuk memastikan keselamatan Prince?""Ini sangat sederhana," kata Maxime, "kamu serahkan bukti itu kepada kami dan berjanji untuk tidak melaporkannya. Kami akan menyediakan semua uang yang diperlukan untuk operasi."Arabel merasa hatinya hancur. Dia berusaha menahan air mata sambil berbisik, "Aku perlu waktu untuk berpikir.""Beerapa lama?" tanya Maxime dengan nada yang tidak sabar. "Kami tidak punya banyak waktu.
Ketika bayangan itu semakin jelas, Arabel terkejut melihat siapa sosok tersebut: Adrian, seorang mantan tangan kanan Maxime yang telah bersumpah untuk menghancurkan kejahatan yang pernah dia bantu bangun. Adrian dikenal sebagai orang yang sangat licik dan berbahaya, tetapi kini dia berdiri di sisi Arabel."Adrian?" Arabel hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Apa yang kamu lakukan di sini?"Adrian mengangguk singkat, matanya penuh determinasi. "Aku tahu apa yang Maxime dan Maura lakukan. Aku tidak bisa membiarkan mereka terus berbuat jahat. Kita punya musuh yang sama, dan aku datang untuk membantu."Rakha dan Reza memandang Adrian dengan rasa curiga, tetapi Arabel merasakan secercah harapan. "Bagaimana kita bisa mempercayaimu?" tanya Reza.Adrian menatap mereka dengan serius. "Aku punya informasi dan akses yang bisa membantu kita mengungkap semua kejahatan Maxime dan Maura. Tapi kita harus bergerak cepat sebelum mereka menyadari kita di sini."Arabel mengangguk pelan. "Bai
Maxime menatap dokumen di tangannya dengan kemarahan yang membara. "Ini tidak mungkin," gumamnya, merobek lembaran itu dan melemparkannya ke lantai. "Ini semua dokumen palsu!"Maura, yang duduk di sebelahnya, mengangkat alisnya. "Apa maksudmu, Maxime? Bukankah itu dokumen-dokumen yang mereka curi dari kita?"Maxime menggelengkan kepalanya dengan frustrasi. "Tidak. Mereka berhasil menipu kita. Arabel telah memberikan kita dokumen palsu. Yang asli pasti ada di tangan mereka sekarang."Maura mengatupkan rahangnya. "Kita tidak bisa membiarkan ini terjadi. Kita harus menemukan mereka dan mengambil kembali yang menjadi milik kita."Maxime berpikir sejenak sebelum mengangguk. "Aku akan memanggil anak buahku. Kita akan mengejar mereka sampai dapat."***Di sebuah ruangan gelap, Frans, ayah Maxime, menerima telepon dari anaknya. "Maxime, ada apa? Kau terdengar marah.""Ayah, Arabel dan timnya telah menipu kita. Mereka memberi kita dokumen palsu. Mereka punya yang asli, dan kita harus mendapatk
Keesokan harinya, setelah pertempuran yang sengit, Arabel, Adrian, Rakha, dan Reza berkumpul di tempat aman yang baru. Mereka duduk di sekitar meja, menyusun rencana baru untuk menghadapi Maxime dan Frans. Wajah-wajah mereka menunjukkan tekad yang tak tergoyahkan meskipun lelah. "Aku sudah tidak tahan lagi dengan permainan kotor mereka," kata Arabel dengan tegas. "Kita harus menemukan cara untuk mendapatkan bukti tambahan yang bisa memperkuat bukti kejahatan Maxime dan Frans." Rakha mengangguk. "Aku setuju. Tapi kita perlu lebih berhati-hati kali ini. Mereka pasti tidak akan melepaskan kita begitu saja." Reza mengeluarkan sebuah peta dan meletakkannya di meja. "Aku telah menemukan beberapa lokasi yang mungkin menjadi tempat mereka menyembunyikan bukti lain. Kita bisa mulai dari sini." Adrian memandang peta tersebut dengan seksama. "Kita butuh rencana yang matang. Setiap langkah harus diperhitungkan dengan baik. Kita tidak bisa membuat kesalahan lagi." Saat mereka merencanakan
Setelah pertempuran sengit di pabrik, Maxime dan Maura kembali ke markas mereka dengan kekalahan yang membara di hati mereka. Kekalahan tersebut membuat mereka semakin bertekad untuk menghancurkan Arabel dan timnya. Mereka tahu bahwa mereka perlu merancang rencana yang lebih kejam dan licik untuk memastikan kemenangan."Arabel berhasil menyelamatkan Reza," kata Maxime dengan wajah penuh kebencian. "Kita tidak bisa membiarkan mereka terus lolos dari kita."Maura mengangguk setuju. "Kita harus memukul mereka di tempat yang paling sakit. Sesuatu yang akan menghancurkan mereka secara emosional dan mental."Maxime berpikir sejenak, kemudian sebuah senyum kejam muncul di wajahnya. "Prince," katanya dengan suara rendah. "Anak kita dengan Arabel. Kita akan menculiknya dan membuat Arabel menderita. Kita akan mencelakakan Prince untuk memancing Arabel ke dalam perangkap kita."Maura mengangkat alisnya. "Prince masih sangat kecil. Bagaimana kita bisa memastikan rencana ini berhasil?""Kita akan
“Kita harus menemukan Prince,” kata Arabel dengan nada putus asa. “Maxime dan Maura telah menculiknya.”Adrian mencoba menenangkan Arabel. “Kita perlu merencanakan dengan hati-hati. Mereka tidak akan membiarkan kita menemukannya dengan mudah.”Mereka segera memulai pencarian untuk menemukan jejak Maxime dan Maura. Dengan bantuan dari jaringan mereka, mereka melacak lokasi-lokasi yang mungkin digunakan oleh Maxime dan Maura.Sementara itu, Maxime dan Maura merencanakan langkah berikutnya. Mereka tahu bahwa dengan menculik Prince, mereka memiliki kekuatan tawar yang besar. Mereka memutuskan untuk menghubungi Arabel dengan ancaman untuk menuntut sesuatu sebagai tebusan, sambil memastikan bahwa Prince berada di tempat yang sangat aman."Berikan kami semua bukti yang kalian miliki terhadap kami, atau Prince akan berada dalam bahaya," kata Maxime melalui pesan yang dikirimkan kepada Arabel.Arabel merasa tertekan dan berjuang untuk tetap tenang. “Kita harus bertindak cepat. Jika kita tidak
Arabel terisak. "Aku difitnah di kantor, Bu. Mereka mengatakan aku menggoda atasanku dan sekarang aku dipecat."Alice memeluk Arabel dengan erat. "Kita akan menemukan jalan keluar, sayang. Kita akan menghadapi ini bersama."Namun, di sisi lain, Maxime merasa puas dengan apa yang telah dia lakukan. Dia merasa bahwa dia telah berhasil memberi pelajaran kepada Arabel, tanpa menyadari bahwa tindakan ini hanya akan memperkeruh hubungan mereka dan memperburuk situasi bagi Prince. Dengan ketegangan yang terus meningkat, Arabel harus mencari cara untuk bangkit kembali dan melawan ketidakadilan yang dia alami. Di tengah semua kekacauan ini, hanya ketekunan dan keberanian yang akan membantunya melindungi masa depan Prince dan dirinya sendiri.Arabel merasa ada yang janggal dengan pemecatannya. Setelah beberapa minggu menyelidiki, dia menemukan bukti bahwa Maxime berada di balik fitnah tersebut. Meskipun hancur, Arabel tahu dia harus terus maju untuk Prince. Dia berhasil mendapatkan pekerjaan
Maxime mengangguk, menyadari bahwa dia harus berjuang lebih keras untuk melindungi keluarganya. Dengan dukungan Maura dan Siska, dia tahu bahwa mereka bisa menemukan cara yang lebih baik untuk mendukung Prince tanpa melibatkan uang kotor.Di sisi lain, Arabel merasa lega karena berhasil menolak uang Maxime lagi. Dia tahu bahwa ini adalah keputusan yang tepat demi masa depan Prince. Namun, dia juga tahu bahwa ancaman dari Maxime masih ada.Adrian datang untuk memberikan kabar terbaru. "Arabel, kita harus bergerak cepat. Maxime sedang dalam tekanan besar. Kita bisa menggunakan ini untuk keuntungan kita."Arabel mengangguk. "Aku tahu. Kita harus berhati-hati dan memastikan setiap langkah kita tepat. Maxime tidak akan tinggal diam."Dengan tekad yang kuat, Arabel dan Adrian terus merencanakan langkah mereka berikutnya, sementara Maxime, Maura, dan Siska mencari cara untuk melindungi Prince dan menghadapi ancaman yang ada. Pertarungan mereka semakin sengit, dan hanya waktu yang akan menunj
Arabel menatap Maxime dengan mata yang penuh ketegasan. "Kalau begitu, berhenti melakukan hal-hal ilegal. Uang ini hanya akan membawa masalah bagi kita semua." Maxime terdiam, merenungkan kata-kata Arabel. Dia tahu bahwa hidupnya penuh dengan kejahatan dan intrik, tetapi melihat dampaknya pada anaknya membuatnya berpikir ulang. "Aku akan mempertimbangkan apa yang kau katakan, Arabel." Arabel berdiri, siap untuk pergi. "Pertimbangkan baik-baik, Maxime. Karena ini bukan hanya tentang kita, ini tentang masa depan Prince." Maxime melihat Arabel pergi dengan perasaan campur aduk. Dia tahu bahwa keputusan-keputusan yang dia buat ke depan akan menentukan nasib banyak orang, termasuk anaknya sendiri. Pertarungan besar antara mereka dan Arabel semakin dekat, tetapi di balik semua itu, ada seorang anak yang membutuhkan masa depan yang lebih baik. Maxime kembali ke rumah dengan pikiran yang berat. Dia harus menemukan cara untuk menyeimbangkan tanggung jawabnya sebagai seorang ayah dengan
Arabel tersenyum lebih lebar. "Baik. Kita akan memainkan permainan ini dengan hati-hati."Sementara itu Maura, mencoba mencari cara untuk mendapatkan lebih banyak informasi tanpa mengandalkan siapa pun. Dia tahu bahwa dia harus bertindak hati-hati, karena Maxime semakin curiga. Dia memutuskan untuk mencari bantuan dari luar lingkaran mereka, seseorang yang tidak terlibat dalam intrik ini.Dia menghubungi seorang mantan detektif swasta, Daniel, yang sekarang bekerja sebagai konsultan keamanan. Mereka bertemu di sebuah tempat rahasia untuk membahas rencananya."Daniel aku butuh bantuan Anda," kata Maura langsung. "Aku dalam situasi yang sangat rumit. Ada ancaman dari Arabel, dan Maxime semakin curiga. Aku perlu informasi lebih banyak tanpa menarik perhatian mereka."Daniel mendengarkan dengan serius. "Baik, Maura. Aku akan membantu sebaik mungkin. Kita harus bekerja dengan hati-hati dan memastikan tidak ada yang mengetahui kerjasama kita."Di sisi lain, Maxime terus meningkatkan pengawa
Maura menoleh kepada Maxime dengan ekspresi terkejut dan sedikit panik. "Maxime, aku sedang berbicara dengan Arabel tentang beberapa masalah pribadi."Arabel segera memanfaatkan kesempatan ini untuk memperjelas situasi. “Kami baru saja membahas beberapa hal yang penting. Sepertinya Anda datang di waktu yang kurang tepat.”Maxime tidak menunjukkan tanda-tanda memahami sepenuhnya percakapan mereka, tetapi dia dapat merasakan adanya ketegangan di udara. “Apa pun yang kalian bicarakan, aku tidak suka rahasia,” katanya dengan nada menuduh.Maura berusaha keras untuk tetap tenang. “Maxime, aku bisa menjelaskan ini. Ini adalah masalah yang berkaitan dengan Arabel dan timnya. Aku hanya mencoba untuk menyelesaikan beberapa hal.”Arabel, melihat kesempatan untuk menambah tekanan, berkata, “Mungkin ini saat yang tepat untuk mengungkapkan semuanya, Maura. Aku yakin Maxime akan tertarik untuk tahu mengapa kamu begitu tertekan.”Maxime menatap Arabel dengan tatapan tajam. “Apa yang kau bicarakan, A
Maura mengangguk, merencanakan langkah-langkah strategis untuk melindungi lokasi-lokasi penting dan memastikan tidak ada celah yang bisa dimanfaatkan oleh lawan mereka.Pada malam hari, tim Arabel berhasil menemukan lokasi yang tampaknya sangat mencurigakan—a sebuah bangunan tua yang terlupakan di pinggiran kota. Bangunan itu tampaknya tidak digunakan dan sangat terjaga. Mereka memutuskan untuk menyelidiki tempat itu dengan hati-hati.“Ini mungkin lokasi yang kita cari,” kata Arabel dengan suara berbisik. “Kita harus memeriksa setiap sudut dan memastikan tidak ada yang terlewat.”Mereka menyusup masuk ke dalam bangunan dengan hati-hati, menggunakan peralatan canggih untuk memastikan mereka tidak terdeteksi. Di dalam, mereka menemukan beberapa petunjuk penting: dokumen rahasia dan beberapa barang berharga yang tampaknya berhubungan dengan operasi Maxime dan Maura.Saat mereka memeriksa lebih lanjut, mereka menemukan sebuah ruang penyimpanan tersembunyi di balik dinding yang dipasang de
“Ada jalan keluar darurat di ruang bawah tanah. Kita harus bergerak cepat!” kata Rakha, menunjuk ke arah pintu rahasia yang tersembunyi.Mereka memutuskan untuk mengikuti instruksi tersebut dan melarikan diri melalui jalur darurat. Dengan kecepatan tinggi, mereka turun ke ruang bawah tanah, berusaha untuk tetap diam dan tidak menarik perhatian pria-pria bersenjata.Saat mereka tiba di ruang bawah tanah, Arabel merasa tercekik oleh ketegangan dan rasa sakit. Mereka bersembunyi di balik rak penyimpanan, berusaha mendengar apa yang sedang terjadi di atas.Tidak lama kemudian, mereka mendengar suara langkah kaki dan obrolan dari pria-pria bersenjata. “Kami sudah memeriksa seluruh rumah. Tidak ada tanda-tanda mereka di sini,” salah satu dari mereka melaporkan.Salah satu pria lain menjawab, “Jika mereka tidak ada di sini, cari mereka di sekitar kawasan. Kami harus menemukan mereka sebelum mereka melarikan diri.”Arabel dan timnya tahu bahwa mereka tidak bisa tinggal di ruang bawah tanah se
“Kita harus menemukan Prince,” kata Arabel dengan nada putus asa. “Maxime dan Maura telah menculiknya.”Adrian mencoba menenangkan Arabel. “Kita perlu merencanakan dengan hati-hati. Mereka tidak akan membiarkan kita menemukannya dengan mudah.”Mereka segera memulai pencarian untuk menemukan jejak Maxime dan Maura. Dengan bantuan dari jaringan mereka, mereka melacak lokasi-lokasi yang mungkin digunakan oleh Maxime dan Maura.Sementara itu, Maxime dan Maura merencanakan langkah berikutnya. Mereka tahu bahwa dengan menculik Prince, mereka memiliki kekuatan tawar yang besar. Mereka memutuskan untuk menghubungi Arabel dengan ancaman untuk menuntut sesuatu sebagai tebusan, sambil memastikan bahwa Prince berada di tempat yang sangat aman."Berikan kami semua bukti yang kalian miliki terhadap kami, atau Prince akan berada dalam bahaya," kata Maxime melalui pesan yang dikirimkan kepada Arabel.Arabel merasa tertekan dan berjuang untuk tetap tenang. “Kita harus bertindak cepat. Jika kita tidak
Setelah pertempuran sengit di pabrik, Maxime dan Maura kembali ke markas mereka dengan kekalahan yang membara di hati mereka. Kekalahan tersebut membuat mereka semakin bertekad untuk menghancurkan Arabel dan timnya. Mereka tahu bahwa mereka perlu merancang rencana yang lebih kejam dan licik untuk memastikan kemenangan."Arabel berhasil menyelamatkan Reza," kata Maxime dengan wajah penuh kebencian. "Kita tidak bisa membiarkan mereka terus lolos dari kita."Maura mengangguk setuju. "Kita harus memukul mereka di tempat yang paling sakit. Sesuatu yang akan menghancurkan mereka secara emosional dan mental."Maxime berpikir sejenak, kemudian sebuah senyum kejam muncul di wajahnya. "Prince," katanya dengan suara rendah. "Anak kita dengan Arabel. Kita akan menculiknya dan membuat Arabel menderita. Kita akan mencelakakan Prince untuk memancing Arabel ke dalam perangkap kita."Maura mengangkat alisnya. "Prince masih sangat kecil. Bagaimana kita bisa memastikan rencana ini berhasil?""Kita akan