Share

Bab 7 || Orang Misterius

Arabel menuntun anaknya yang masih kecil menuju apartemennya dengan cepat. Dia semakin gelisah karena kehadiran pria itu, dan setiap detik terasa seperti waktu yang terlalu lambat. Bahaya yang mengancam membuat jantung berdegup kencang. Perasaan marah yang memuncak di dalamnya juga membuatnya berdegup kencang.

Saat Arabel menariknya melewati lorong-lorong yang sempit menuju pintu masuk apartemen, putranya, yang masih belum sepenuhnya memahami keadaan, menangis kecil. Suasana semakin mencekam karena cahaya redup dan kenyamanan malam.

Setelah mereka masuk, Arabel mengunci pintu dengan ketat dan menarik napas dalam-dalam. Dia mencoba menenangkan anaknya, yang masih menangis, dan dirinya sendiri.

Arabel memeluk anaknya dengan hangat dan berkata, "Mama di sini, Nak. Kita aman sekarang." Berusaha memberikan rasa aman, dia mencium kening kecil anaknya.

Tapi mereka tidak tenang lama. Mereka masih terkejut oleh suara keras dari luar. Seseorang mencoba masuk ke dalam pintu mereka.

Arabel menahan nafasnya, mencoba memikirkan tindakan selanjutnya. Orang itu tidak akan berhenti begitu saja; dia perlu menjaga anaknya. Dia berjalan perlahan menuju jendela, mencoba untuk tidak mengeluarkan suara.

Dia melihat pria itu tetap berdiri di depan pintu dan mencoba membuka kunci dengan keras saat dia melihat keluar. Dia tampaknya semakin kehilangan harapan. Arabel merasakan gejolak adrenalin. Dia segera mengambil teleponnya dan menghubungi nomor darurat polisi. Dia harus mendapatkan bantuan segera..

Namun, suara ledakan keras terdengar dari luar apartemen sebelum dia bisa menekan nomor. Dengan cepat, Arabel menoleh dan terkejut melihat sejumlah pria lain berdiri di luar, masing-masing mengenakan pakaian serba hitam dan memegang senjata.

"Mama, siapa mereka?" tanya Princedengan gemetar.

Arabel tidak bisa menjawab. Dia melihat kejadian di depan matanya dengan ketakutan. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa identitas mereka? Untuk alasan apa mereka mengejar mereka?

Akhirnya, orang yang mengancamnya melalui telepon masuk ke dalam apartemen melalui pintu. Sementara teman-temannya berdiri di belakangnya dengan dingin dan tanpa belas kasihan, dia tersenyum penuh kemenangan.

Dengan suara yang menyeringaikan gigi, pria itu berkata, "Aku puas, Arabel. Kau tidak akan bisa menghindar dari kami."

Arabel menatap dengan semangat. Meskipun jantungnya berdebar-debar, dia memeluknya erat - erat, berusaha untuk tetap tenang.

"Sudahlah, Maxime. Ambil anak dan kita segera pergi," perintah salah satu pria, yang sepertinya memimpin mereka.

Pria itu bernama Maxime, dan dia melangkah maju dengan senyum penuh kemenangan di wajahnya.

“Jangan sentuh dia!" desisnya Arabel dengan suara gemetar. ketika Maxime mengulurkan tangan untuk meraih anaknya dari pelukannya.

Arabel menunjukkan bahwa dia tidak akan menyerah begitu saja. Maxime menatap dingin Arabel, berkata. "Kau tidak punya pilihan, Arabel. Anak ini sekarang menjadi bagian dari keluarga Frans. Kamu sudah kalah,” tegasnya..

Arabel mencari jalan keluar. Namun, dia merasa terbatas karena berada di apartemen yang kecil. Dia harus bertindak sebelum terlambat.

Salah satu pria yang sepertinya tidak sabar tiba-tiba mengeluarkan senjata api dari pinggangnya. "Waktunya sudah habis, Arabel. Serahkan anak itu atau..."

Suara berderap keras dari luar terdengar sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya. Polisi! Suara sirene mobil patroli semakin dekat dengan Arabel.

Rupanya orang-orang itu terkejut. Mereka melihat satu sama lain beberapa saat sebelum Maxime akhirnya menarik mereka pergi dengan cepat. Mereka tidak ingin ditangkap oleh penegak hukum. Saat mereka pergi, Arabel merasa lega. Dia langsung masuk ke pintu dan membukanya untuk polisi yang datang..

Dengan cepat, dia berkata, "Maaf, saya Arabel. Mereka mengejar saya dan anak saya." Dia menunjukkan anaknya yang masih gemetar di sekitarnya.

Polisi langsung bertindak, memeriksa keadaan sekitar dan menanyakan lebih lanjut tentang peristiwa itu kepada Arabel. Mereka memberikan perlindungan sementara dan membantu serta anaknya pindah ke tempat yang lebih aman.

Meskipun mereka berhasil menghindari ancaman ini, Arabel sadar bahwa ini masih belum berakhir. Dia harus tetap waspada untuk melindungi dirinya dan anaknya dari bahaya.

---

Untuk saat ini, jauh dari peristiwa itu...

Seorang pria duduk di atas meja yang sangat besar, penuh dengan dokumen dan layar monitor. Dia memperhatikan setiap aktivitas Arabel dengan cermat, dan ekspresi wajahnya tidak dapat dibaca.

"Sudah terlambat untuk menghentikan aku, Arabel," gumamnya pelan sebelum menulis sesuatu di keyboard di depannya.

Dia mengalihkan pandangan ke jendela yang besar, di mana langit malam yang gelap tampak seperti perang yang sedang berlangsung di antara mereka.

"Aku belum selesai di sini," katanya dengan suara tegas, sebelum mengalihkan pandangannya ke layar yang berada di depannya.

Dia mengalihkan pandangan ke jendela yang besar, di mana langit malam yang gelap tampak seperti perang yang sedang berlangsung di antara mereka. Ekspresi ketegasan yang tak tergoyahkan kini muncul di wajahnya yang biasanya lembut.

"Aku belum selesai di sini," katanya dengan suara tegas, sebelum mengalihkan pandangannya ke layar yang berada di depannya. Dia dengan cepat memilih dokumen penting yang akan membantu mengungkap rahasia tersembunyi keluarga Frans.

Dia menyadari bahwa keputusan yang dia ambil akan menempatkannya dalam bahaya yang signifikan, namun tekadnya untuk menjaga anaknya dan menghindari bekas masa lalunya menjadikannya kuat. Bahkan dalam badai yang hebat, Arabel tidak akan mundur.

Kaki pria misterius masih terdengar dari luar, meskipun dia terus berjuang untuk menemukan bukti yang dia butuhkan. Arabel tidak lagi takut; dia telah memutuskan untuk menghadapi situasi itu dengan tenang dan berani, siap menghadapi segala akibatnya .

Malam ini, Arabel menunjukkan bahwa dia adalah ibu yang melindungi dan berjuang untuk kebebasan dan keadilan yang dia yakini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status