Olan membiarkan Lula menenangkan diri terlebih dahulu.
Olan kembali ke rumah untuk meyakinkan Kakek, serta orang tuanya jika Lula gadis yang pantas untuk mendampinginya.Namun setelah perdebatan panjang dengan sang Kakek, nyatanya Olan tidak bisa membuat Kakeknya luluh.Olan kembali menuju kosan Lula karena mengingat tujuan awal Olan datang saat Kakek menemui Lula yaitu menemui Ibu Lula di Rumah sakit.Tok! Tok! Tok!"Assalamualaikum, Lula!" Salam Olan sambil mengetuk pintunya Lula."Waalaikumsalam Olan, ada apa lagi? Biarkan aku sendiri terlebih dahulu," sahut Lula dari dalam kamar kosnya."Tidak Lula, ini soal ibu. Ibu kritis dan kita harus ke rumah sakit sekarang juga!" jawab Olan.Cklek!"Ibu?" tanya Lula dengan ekspresi yang sulit diartikan."Iya, ayo kita ke rumah sakit sekarang!" kata Olan sambil menatap mata Lula yang membengkak dengan intens.Setelahnya mereka menuju rumah sakit.Lula yang tengah bersedih karena kisah cintanya dengan sang kekasih terhalang oleh latar belakang dirinya itu semakin menangis terisak karena takut kehilangan satu-satunya keluarganya di dunia ini.Olan hanya diam disepanjang jalan menuju rumah sakit.Karena tidak ingin mengganggu Lula yang tengah sangat bersedih.Sesampainya di rumah sakit, Lula langsung berlari menuju ruang isolasi ibunya dan bertemu dengan dokter yang menangani ibunya."Dok, bagaimana keadaan ibu saya?" tanya Lula cemas saat melihat dokter keluar dari ruang isolasi."Maaf Mbak, saya harus meminta maaf sebesar-besarnya, mungkin ini terakhir kalinya kamu bertemu dengan Ibumu. Temuilah, Mbak." kata dokter itu.Lula langsung berlari masuk ke dalam ruang isolasi.Melihat ibunya sedang menatapnya dengan tatapan yang meredup sambil menahan nafas yang tersengal."Nak!" lirih ibu."Ibu ... Ibu harus kuat. Lula takut sendirian di dunia ini, Bu. Lula takut menghadapi dunia ini sendirian, Bu!" kata Lula mengiba pada ibunya.Derai air mata tak bisa lagi Lula hentikan."Lula, ka—kamu tidak sendirian di dunia ini. A—ada Olan yang sangat mencintaimu. Lula dengarkan ibu baik-baik!" kata Ibu Lula tersengal.Lula hanya menangis menanggapi perkataan ibunya dengan suara lirih dan tersengal.Lula merasa sangat tidak tega melihat keadaan ibunya.Kemudian dia merasakan tangan ibunya menggapai tangan nya dan memberikan sesuatu."Pakailah nak!" kata Ibu Lula memberikan sebuah liontin berwarna putih dengan butiran diamond yang mengelilingi.Bias cahaya dari liontin putih itu tampak menyilaukan mata Lula."Apa ini, Bu?" tanya Lula sambil melihat liontin yang diberikan oleh Ibunya."Itu .... Satu-satunya benda berharga yang I—ibu temukan bersama dirimu, di d—depan sampah Bar saat bekerja 24 tahun lalu,"Ibu menjeda ucapannya karena merasa semakin sedikit oksigen yang bisa dihirup."Ma—maafkan ibu tidak pernah jujur. Temukan orang tua kandungmu dengan liontin itu,Nak!" kata Ibu dengan pandangan semakin melemah.Jedar!Seperti tersambar petir disiang hari.Kenyataan yang diterima Lula sore itu membuat seluruh tulangnya seolah tak memiliki tenaga.Tak pernah ada dalam pikiran Lula, jika ibunya bukanlah ibu kandung Lula karena cinta yang begitu besar dia dapat dari ibunya.Walaupun dia seorang wanita malam, Lula sangat menyayangi Ibunya."I—Ibu berbohong kan?" kata Lula tergagap."M—maafkan Ibu yang egois ingin memilikimu seutuhnya dan takut ditinggalkan oleh putri sepertimu!" jawab Ibunya Lula semakin tersengal."T—tidak Bu, Ibu adalah ibu kandungku, kan?" tanya Lula.Lupa tidak percaya dengan kenyataan yang ibunya ungkapkan.Ibu hanya menggeleng dan kemudian menutup matanya untuk selamanya.Lula menangis sejadi-jadinya karena telah kehilangan seseorang yang telah menjadi pelindungnya selama ini.Lula telah luruh ke lantai tak kuat menompang kehidupan dan juga kenyataan bahwa ibunya telah berpulang.Dokter masuk untuk mengurusi jenazah ibu Lula, dan Olan masuk untuk menguatkan Lula.Olan memeluk tubuh bergetar kekasihnya itu dalam dekapan hangatnya."Istighfar Lul, kamu gadis hebat. Sabar, Sayangku," kata Olan.Olam membantu berdiri untuk dibawanya keluar agar tidak menghalangi dokter menangani jenazah ibunya yang terkena HIV."Ibu pergi Olan, Ibu bilang jika Ibu bukan ibu kandungku. Tapi cintanya luar biasa untukku!" racau Lula.Lula menunjukkan liontin yang ada di genggaman tangannya.Olah tidak bisa berkata-kata lagi dengan apa yang terjadi hanya bisa memeluk erat tubuh Lula.Olan juga tidak menyangka bahwa Lula, bukanlah putri kandung ibunya.Tapi ada sedikit lega dihati Olan, bahwa ada kemungkinan Kakek Hanu akan menyetujui jika Lula bukan putri dari seorang wanita malam.Olan kemudian meminta dokter langsung memandikan dan di sholatkan langsung di masjid rumah sakit untuk langsung dikebumikan di TPU terdekat.Karena lingkungan tempat tinggal Lula adalah rumah kumuh pemukiman para wanita malam.Selama ini telah ditinggalkan Lula, selama dua tahun semenjak bekerja di perusahaan Olan.Hanya Olan meminta bantuan tim pemakaman dan juga ustadz yang biasa melakukan itu untuk mensholati jenazahnya.Setelah semua selesai dan malam itu juga jenazah langsung dimakamkan karena tidak disaran kan untuk dibiarkan terlalu lama.Pukul sembilan Olan mengantar Lula ke kosannya karena pemakaman sudah selesai.Olan juga melihat sang kekasih terlihat butuh waktu untuk istirahat."Sampai sini saja!" Kata Lula sampai depan kos."Aku antar sampai kamar, Lula." jawab Olan."Sudah malam, Pulanglah. Terima kasih untuk hari ini Olan. Aku menyayangimu." jawab Lula sambil tersenyum sedikit lebih lebar."Aku lebih menyayangimu, Lula. Masuklah dan istirahatlah! Besok aku akan kesini lagi," kata Olan.Tanpa menoleh Lula masuk ke dalam gerbang dan maruk ke rumah utama.Srak!"Aaaaa ... Kalian siapa?" teriak Lula.Lula merasakan ada beberapa orang memegang tubuhnya."Mau apa kalian!" teriak Lula lagi mulai ketakutan.Kemudian seseorang menggumpal mulut Lula dengan kain namun Lula terus berontak.Hingga lula tak bisa lagi mengeluarkan suaranya karena tersumpal gumpalan kain yang meredam suaranya.Dugh!Bruak!Detik berikutnya seorang pemuda menerjang dan berusaha menolong Lula.Namun dengan mudahnya diringkus oleh dua laki-laki berbadan besar itu.Kemudian Olan diikat dengan tali tambang yang sangat kuat dikursi yang diikat tiang pintu."Kalian siapa? Bedebah!" pekik Olan.Saat ini dirinya sudah terikat sempurna tidak bisa bergerak."Periksa pintu depan, dan kunci semua!" perintah ketua bandit itu."Siap bos!" jawab salah satu anak buahnya dan pergi.Kemudian detik berikutnya lampu dinyalakan dan Olan melihat kedua tangan kekasihnya sudah terikat erat dikayu senderan ranjang atas kepalanya.Dengan mulut tersumpal dan kedua kakinya dipegang oleh dua laki-laki berbadan besar.Lula terus berontak dengan suara tertahan mencoba melepaskan cengkeraman tangan laki-laki itu.Lula menatap mata Olan dengan tatapan penuh permohonan agar diselamatkan.Ya, Olan yang perasaannya tidak enak memilih kembali dan memastikan kekasihnya tidur dengan nyaman.Namun Olan justru mendapati Lula tengah diserang oleh laki-laki berbadan besar penuh tato dan memakai topeng.Olan berontak dengan sepenuh tenaga tapi tidak menghasilkan apapun, karena ikatan Olan yang erat dan banyak, juga mulut tersumpal sama seperti Lula.Mata Olan merah menyala mengisyaratkan kemarahan yang luar biasa."Baiklah kekasih yang baik hati, aku akan berbaik hati memberimu kesempatan untuk melihatku mengambil kesucian kekasihmu!" kata laki-laki itu.Ketua preman itu menatap Olan dengan seringai menjijikan sambil melepaskan celananya.Kejadian itu membuat amarah Olan berkobar dan terus berontak berharap bisa lepas dan menghajar pria kurang ajar itu. Kemudian laki-laki itu berjalan dalam keadaan yang sudah tidak menggunakan celana mendekati Lula.Dan menggunting semua pakaian Lula. Pakaian itu lepas hingga seluruh tubuh Lula dapat dilihat oleh lima laki-laki berbadan besar itu, sambil menelan air liurnya sendiri. Olan menutup mata sambil menahan amarah dan terus berontak. Lula pun menutup matanya yang tak henti mengeluarkan air matanya sambil berontak dan berharap sebuah pertolongan."Wah, sangat ranum sekali!" kata laki-laki itu dan mulai mengambil kesucian gadis itu. Kejadian demi kejadian selanjutnya pun tak terelakkan bersama dengan ribuan air mata Lula yang jatuh. Kelima orang itu dengan bejadnya menuntaskan hasrat mereka di depan mata Olan. Lula hancur, tubuh Lula remuk redam, kesuciannya ternoda dan direnggut paksa, h
Dua tahun berlalu. Dan sayangnya, pria itu lupa untuk mengunjungi Lula.Karena sebuah ancaman Kakek Hanu yang akan menghabisi Lula jika Olan tetap menemuinya. Bahkan, Olan tidak tau jika Lula sudah dijemput di rumah sakit jiwa oleh orang tua kandungnya satu tahun lalu. Menjalani penyembuhan yang tidak mudah, dan ribuan kali percobaan bunuh diri telah Lula lakukan. Hingga akhirnya Lulan mulai stabil dan mendiami Mansion keluarga. "Sayang, Kamu sedang apa?" tanya seorang wanita paruh baya yang sangat anggun mendekati Lula yang tengah duduk di pinggir kolam. Lula menoleh dan tersenyum, "Hanya sedang menikmati sore, Mah!" Larasati, seorang wanita yang melahirkan Lula 27 tahun silam dirumah sakit sesaat sebelum lula diculik. "Kamu masih memikirkan laki-laki itu, Nak?" tanya Laras. Lula kini masih harus selalu dipantau karena disaat tertentu Lula bisa hilang akal lagi.Lula mengangguk, "Dia tidak pernah menemui Lula, Mah! Setelah semua yang terjadi dalam diri Lula. Lula memang kotor
Teriakan Laras menggema di kamar berantakan itu karena melihat Lula mengiris pergelangan tangannya sendiri. Bemo langsung berlari dan menggendong Lula menuju rumah sakit. Membawa mobilnya dengan membabi buta. Beruntung Bemo cepat sampai ke rumah sakit. Sehingga Lula berhasil diselamatkan, karena penanganan yang cepat dan juga tidak terlalu dalam, mungkin karena menggores dengan sebuah kaca. Laras dan Bemo bernafas lega. Dan malam itu, mereka menginap di rumah sakit sambil membayangkan kekasih putrinya tengah melakukan pernikahan di hotel mewah. Berita itu disorot oleh berbagai media dan menjadi tranding topik, karena banyak yang bertanya-tanya siapa gerangan penakluk hati CEO dingin dan kejam itu. Pernikahan dari dua kerajaan bisnis dua terpopuler di tanah air. Begitu banyak komen positif yang menyanjung pasangan baru itu di media sosial, hal itu membuat Bemo marah. Putrinya terbujur menderita sedangkan mereka bahagia, "Mereka yang menghancurkan putriku, harus hancur, Mah!" g
Jantung Olan berdetak sangat kencang tidak seperti biasanya, menatap wanita yang masih mendiami hatinya. Menelan ludah berat. Matanya tak bisa berpaling sedikitpun dari wanita itu. Wanita yang selama tiga tahun menghantuinya di setiap tidur. Dan kini, menjelma menjadi wanita cantik, sexy, dan cerdas. Sepanjang acara Olan tidak sedikitpun bisa fokus pada materinya, dan lebih fokus mengamati Lula yang sangat mempesona. Saat Lula berdiri memaparkan proyek yang dia tawarkan dengan kemampuan bicara dan kecantikannya membius semua orang di ruangan ini. "Kecantikan dan kecerdasan CEO Sefaca Company yang terkenal itu ternyata nyata!" kata David, kolega bisnis yang menyikut pinggang Olan. Olan hanya diam dan mengangguk. Menatap wanita yang sangat dia rindukan sejak tiga tahun silam. Wanita yang tak bisa Olan temui karena ancaman Kakek, Olan tak mau membuat Lula semakin menderita karenanya. Maka dari itu Olan meredam keinginannya untuk menyelamatkan Lula dari tangan Kakeknya yang keja
Namun, Olan tidak peduli. Dia justru menjadikan Rana sebagai pelampiasan amarah dan gairahnya.Baginya, Ranalah yang telah membuatnya hancur. Pria itu seolah lupa bahwa dirinya sendiri tidak berdaya menghadapi Kakeknya. Alih-alih berjuang, Olan justru mengikuti perintah sang Kakek untuk menjauhi Lula."Arghhhh, Lula!" erang Olan di ujung pelepasannya sambil meneriakkan nama sang pemilik hati. Seketika, air mata Rana keluar. Hatinya yang hancur berkeping-keping. Sejak itu, Sstiap kali berhubungan tubuh, Olan selalu membayangkan wanita lain. Selalu meneriakkan nama wanita lain saat ada di ujung pelepasannya. Dan setelahnya, Olan akan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Meninggalkan Rana yang tergolek dengan lelehan air mata yang tak sedikitpun mengetuk hati Olan. ****Cklek! Suara pintu kamar mandi dibuka. Rana tau betul jika sebentar lagi suaminya akan keluar dari kamar. Dan benar setelah itu Olan kembali membuka pintu kamar dan membantingnya. Hingga Rana te
Prok! Prok! Prok! "Anak Papah memang hebat!" puji Papa Bemo yang baru keluar dari dalam ruang kerjanya. "Aaaaa ... Papaku terbaik!" pekik Lula berlari menuju Papanya yang sudah merentangkan tangan. Lula kemudian menerjang pelukan Papanya dengan penuh kesenangan karena hatinya sedang membuncah. Mama Laras mau tak mau, suka tak suka kini hanya bisa berdoa dan mendukung putrinya. Melihat Lula tertawa cerah dengan binar bahagia yang nyata membuat Mama Laras kini tidak tega untuk menentang keinginan Lula. "Wah, Kita haru merayakan ini sayangku!" kata Papa Bemo. Lula dan Mama Laras mengangguk menjawab ucapan Papa Bemo karena mereka juga sangat senang dan ingin merayakan keberhasilan dan kesenangan itu. Dan Malam itu juga, keluarga Sefaca pergi privat dinner untuk merayakan keberhasilan putri mereka di sebuah hotel mewah. Malam itu mereka habiskan dengan penuh suka cita.***Keesokan harinya, Lula turun dari kamarnya dengan dress ketat waran maroon dipadukan dengan blazer warna crea
Perkataan Lula bagaikan petir yang menyambar telak ujung dadanya. Ada rasa sakit dan tidak terima di ujung hati David mendengar kenyataan yang Lula lontarkan. Harapannya seolah hancur seketika. David kemudian beranjak menuju mobilnya dengan dada yang berkecamuk, bertanya dengan hatinya sendiri apakah mampu menerima masa lalu Lula. Lula wanita yang terlihat sangat sempurna di mata David. Nyatanya menyimpan kesakitan yang luar biasa dalam hidupnya. "Apa kiranya yang membuatnya masuk ke rumah sakit jiwa? Apa dia mengalami pemerkosaan?" gumam David sambil menjalankan mobilnya. Otaknya kini hanya memikirkan tentang Lula. Dan hatinya yang tak karuan membuat David memilih mengejar mobil Lula yang baru saja pergi. Hingga David menepikan mobil dan menggiring Lula untuk menepikan juga, David terus merepet mobil Lula sampai di pinggi jalan. Kemudian keluar dari mobilnya dan mengetuk kaca mobil L
Hari yang Lula tunggu akhirnya datang juga. Selama hampir dua minggu, Lula, David dan Olan tidak saling bertemu karena tidak ada pembahasan Mega proyek yang mereka kerjakan. Semua melalui asisten pribadinya. Dan hari ini, mereka bertiga harus berangkat ke luar kota untuk meninjau proyek dan lokasi secara langsung. Karena ada pihak investor dari luar negri yang datang untuk melihat sejauh mana proyek mereka. Lula berangkat dengan supir Papa Bemo. "Apa pilihanku sudah benar?" batin Lula. Lula sudah membulatkan tekadnya, tak akan lagi goyah dengan dua pria itu. David maupun Olan, entah mereka berdua akan tersakiti bersama, Lula menguatkan tekad melanjutkan rencananya. "Terima kasih, Pak! Bapak boleh istirahat di kamar bapak!" kata Lula saat akan turun. Kebetulan pertemuan ada di Ballroom hotel tempat mereka semua menginap. Lula menegakkan kepalanya dan berjalan menuju Ballroom