Share

2. Ibu meninggal dunia

Olan membiarkan Lula menenangkan diri terlebih dahulu.

Olan kembali ke rumah untuk meyakinkan Kakek, serta orang tuanya jika Lula gadis yang pantas untuk mendampinginya.

Namun setelah perdebatan panjang dengan sang Kakek, nyatanya Olan tidak bisa membuat Kakeknya luluh.

Olan kembali menuju kosan Lula karena mengingat tujuan awal Olan datang saat Kakek menemui Lula yaitu menemui Ibu Lula di Rumah sakit.

Tok! Tok! Tok!

"Assalamualaikum, Lula!" Salam Olan sambil mengetuk pintunya Lula.

"Waalaikumsalam Olan, ada apa lagi? Biarkan aku sendiri terlebih dahulu," sahut Lula dari dalam kamar kosnya.

"Tidak Lula, ini soal ibu. Ibu kritis dan kita harus ke rumah sakit sekarang juga!" jawab Olan.

Cklek!

"Ibu?" tanya Lula dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"Iya, ayo kita ke rumah sakit sekarang!" kata Olan sambil menatap mata Lula yang membengkak dengan intens.

Setelahnya mereka menuju rumah sakit.

Lula yang tengah bersedih karena kisah cintanya dengan sang kekasih terhalang oleh latar belakang dirinya itu semakin menangis terisak karena takut kehilangan satu-satunya keluarganya di dunia ini.

Olan hanya diam disepanjang jalan menuju rumah sakit.

Karena tidak ingin mengganggu Lula yang tengah sangat bersedih.

Sesampainya di rumah sakit, Lula langsung berlari menuju ruang isolasi ibunya dan bertemu dengan dokter yang menangani ibunya.

"Dok, bagaimana keadaan ibu saya?" tanya Lula cemas saat melihat dokter keluar dari ruang isolasi.

"Maaf Mbak, saya harus meminta maaf sebesar-besarnya, mungkin ini terakhir kalinya kamu bertemu dengan Ibumu. Temuilah, Mbak." kata dokter itu.

Lula langsung berlari masuk ke dalam ruang isolasi.

Melihat ibunya sedang menatapnya dengan tatapan yang meredup sambil menahan nafas yang tersengal.

"Nak!" lirih ibu.

"Ibu ... Ibu harus kuat. Lula takut sendirian di dunia ini, Bu. Lula takut menghadapi dunia ini sendirian, Bu!" kata Lula mengiba pada ibunya.

Derai air mata tak bisa lagi Lula hentikan.

"Lula, ka—kamu tidak sendirian di dunia ini. A—ada Olan yang sangat mencintaimu. Lula dengarkan ibu baik-baik!" kata Ibu Lula tersengal.

Lula hanya menangis menanggapi perkataan ibunya dengan suara lirih dan tersengal.

Lula merasa sangat tidak tega melihat keadaan ibunya.

Kemudian dia merasakan tangan ibunya menggapai tangan nya dan memberikan sesuatu.

"Pakailah nak!" kata Ibu Lula memberikan sebuah liontin berwarna putih dengan butiran diamond yang mengelilingi.

Bias cahaya dari liontin putih itu tampak menyilaukan mata Lula.

"Apa ini, Bu?" tanya Lula sambil melihat liontin yang diberikan oleh Ibunya.

"Itu .... Satu-satunya benda berharga yang I—ibu temukan bersama dirimu, di d—depan sampah Bar saat bekerja 24 tahun lalu,"

Ibu menjeda ucapannya karena merasa semakin sedikit oksigen yang bisa dihirup.

"Ma—maafkan ibu tidak pernah jujur. Temukan orang tua kandungmu dengan liontin itu,Nak!" kata Ibu dengan pandangan semakin melemah.

Jedar!

Seperti tersambar petir disiang hari.

Kenyataan yang diterima Lula sore itu membuat seluruh tulangnya seolah tak memiliki tenaga.

Tak pernah ada dalam pikiran Lula, jika ibunya bukanlah ibu kandung Lula karena cinta yang begitu besar dia dapat dari ibunya.

Walaupun dia seorang wanita malam, Lula sangat menyayangi Ibunya.

"I—Ibu berbohong kan?" kata Lula tergagap.

"M—maafkan Ibu yang egois ingin memilikimu seutuhnya dan takut ditinggalkan oleh putri sepertimu!" jawab Ibunya Lula semakin tersengal.

"T—tidak Bu, Ibu adalah ibu kandungku, kan?" tanya Lula.

Lupa tidak percaya dengan kenyataan yang ibunya ungkapkan.

Ibu hanya menggeleng dan kemudian menutup matanya untuk selamanya.

Lula menangis sejadi-jadinya karena telah kehilangan seseorang yang telah menjadi pelindungnya selama ini.

Lula telah luruh ke lantai tak kuat menompang kehidupan dan juga kenyataan bahwa ibunya telah berpulang.

Dokter masuk untuk mengurusi jenazah ibu Lula, dan Olan masuk untuk menguatkan Lula.

Olan memeluk tubuh bergetar kekasihnya itu dalam dekapan hangatnya.

"Istighfar Lul, kamu gadis hebat. Sabar, Sayangku," kata Olan.

Olam membantu berdiri untuk dibawanya keluar agar tidak menghalangi dokter menangani jenazah ibunya yang terkena HIV.

"Ibu pergi Olan, Ibu bilang jika Ibu bukan ibu kandungku. Tapi cintanya luar biasa untukku!" racau Lula.

Lula menunjukkan liontin yang ada di genggaman tangannya.

Olah tidak bisa berkata-kata lagi dengan apa yang terjadi hanya bisa memeluk erat tubuh Lula.

Olan juga tidak menyangka bahwa Lula, bukanlah putri kandung ibunya.

Tapi ada sedikit lega dihati Olan, bahwa ada kemungkinan Kakek Hanu akan menyetujui jika Lula bukan putri dari seorang wanita malam.

Olan kemudian meminta dokter langsung memandikan dan di sholatkan langsung di masjid rumah sakit untuk langsung dikebumikan di TPU terdekat.

Karena lingkungan tempat tinggal Lula adalah rumah kumuh pemukiman para wanita malam.

Selama ini telah ditinggalkan Lula, selama dua tahun semenjak bekerja di perusahaan Olan.

Hanya Olan meminta bantuan tim pemakaman dan juga ustadz yang biasa melakukan itu untuk mensholati jenazahnya.

Setelah semua selesai dan malam itu juga jenazah langsung dimakamkan karena tidak disaran kan untuk dibiarkan terlalu lama.

Pukul sembilan Olan mengantar Lula ke kosannya karena pemakaman sudah selesai.

Olan juga melihat sang kekasih terlihat butuh waktu untuk istirahat.

"Sampai sini saja!" Kata Lula sampai depan kos.

"Aku antar sampai kamar, Lula." jawab Olan.

"Sudah malam, Pulanglah. Terima kasih untuk hari ini Olan. Aku menyayangimu." jawab Lula sambil tersenyum sedikit lebih lebar.

"Aku lebih menyayangimu, Lula. Masuklah dan istirahatlah! Besok aku akan kesini lagi," kata Olan.

Tanpa menoleh Lula masuk ke dalam gerbang dan maruk ke rumah utama.

Srak!

"Aaaaa ... Kalian siapa?" teriak Lula.

Lula merasakan ada beberapa orang memegang tubuhnya.

"Mau apa kalian!" teriak Lula lagi mulai ketakutan.

Kemudian seseorang menggumpal mulut Lula dengan kain namun Lula terus berontak.

Hingga lula tak bisa lagi mengeluarkan suaranya karena tersumpal gumpalan kain yang meredam suaranya.

Dugh!

Bruak!

Detik berikutnya seorang pemuda menerjang dan berusaha menolong Lula.

Namun dengan mudahnya diringkus oleh dua laki-laki berbadan besar itu.

Kemudian Olan diikat dengan tali tambang yang sangat kuat dikursi yang diikat tiang pintu.

"Kalian siapa? Bedebah!" pekik Olan.

Saat ini dirinya sudah terikat sempurna tidak bisa bergerak.

"Periksa pintu depan, dan kunci semua!" perintah ketua bandit itu.

"Siap bos!" jawab salah satu anak buahnya dan pergi.

Kemudian detik berikutnya lampu dinyalakan dan Olan melihat kedua tangan kekasihnya sudah terikat erat dikayu senderan ranjang atas kepalanya.

Dengan mulut tersumpal dan kedua kakinya dipegang oleh dua laki-laki berbadan besar.

Lula terus berontak dengan suara tertahan mencoba melepaskan cengkeraman tangan laki-laki itu.

Lula menatap mata Olan dengan tatapan penuh permohonan agar diselamatkan.

Ya, Olan yang perasaannya tidak enak memilih kembali dan memastikan kekasihnya tidur dengan nyaman.

Namun Olan justru mendapati Lula tengah diserang oleh laki-laki berbadan besar penuh tato dan memakai topeng.

Olan berontak dengan sepenuh tenaga tapi tidak menghasilkan apapun, karena ikatan Olan yang erat dan banyak, juga mulut tersumpal sama seperti Lula.

Mata Olan merah menyala mengisyaratkan kemarahan yang luar biasa.

"Baiklah kekasih yang baik hati, aku akan berbaik hati memberimu kesempatan untuk melihatku mengambil kesucian kekasihmu!" kata laki-laki itu.

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Ririichan13
kasian banget Lula
goodnovel comment avatar
Baby Yangfa
kasihan banget Lulaaa ahh thorr gak tega
goodnovel comment avatar
Allyaalmahira
kasihan Lula..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status