Lily Mely tidak pernah menduga kalau dia akan menjadi salah satu dari sembilan tunangan Tuan Aland. Selain karena posisinya yang unik dalam keluarga Adhistira, dia juga tidak tertarik. Tetapi semuanya berubah dalam satu malam. Sang kakak angkat kabur dari rumah dan memutuskan untuk kawin lari dengan kekasihnya. Keluarga Adhistira yang tidak ingin kehilangan muka, mencoret nama Sang kakak dan menggantinya dengan Lily. Tidak punya pilihan, gadis itu terpaksa melakukan apa yang diperintahkan oleh keluarganya. Walau berdasarkan rumor yang beredar, Tuan Aland menjanjikan penderitaan bagi pada tunangan dan terutama bagi wanita yang nanti akan menjadi...istrinya. Apa yang akan terjadi pada Lily?
View MoreLily terus mengawasi kakak angkatnya Ayuna, perempuan dengan rambut ikal lebat yang terlihat lebih pucat dari beberapa hari terakhir. Lily merunduk saat Ayuna melangkah mendekatinya, wajah perempuan cantik itu pias, diraihnya kedua tangan Lily dan menggenggamnya erat.
“Ly, bolehkah aku meminta bantuanmu?”
Lily mendongak, “Apa yang bisa aku bantu, Kak?”
“Ada yang perlu kukatakan, dan aku hanya bisa mengatakannya kepadamu.” Ayuna membawa Lily ke kamarnya. Setelah mengunci pintu, langsung menunjukkan sebuah testphack yang tercentang garis dua di sana. Lily terkesiap, Ayuna ketakutan melihat reaksi adik angkatnya.
“Ly, aku hamil anak kekasihku ….” Ayuna berusaha menjelaskan. “Aku ingin membawanya bertemu dengan Papa, tapi karena aku sudah bertunangan dengan Aland, aku takut Papa akan murka dan malah tidak merestui kami. Bisa jadi, memintaku untuk menggugurkan bayi ini. Tapi aku ingin mempertahankannya.” Pelipis Ayuna dibasahi banyak peluh, maniknya memelas memohon iba, sekalipun keteledorannya tak pantas untuk diberi simpati.
“Lalu apa yang bisa aku bantu, Kak?” Lily bertanya, Ayuna langsung melepaskan genggamannya di kedua belah tangannya berganti mencekram kedua pundak Lily.
“Malam ini aku akan ikut bersama kekasihku, tak ada jalan lain selain melarikan diri dan kawin lari bersamanya. Setelah kami menghilang, aku ingin kamu menjelaskan kepada keluargaku, kenapa aku pergi dan apa yang aku alami sehingga harus melarikan diri. Aku tak berani mengatakannya langsung, takut mereka menahanku. Dan jika aku tidak memintamu menjelaskan setelah kami pergi, aku takut Papa masih mencari-cariku. Setidaknya jika tahu kalau aku hamil dan pergi bersama kekasihku, karena aku sudah pergi dengan membawa kabur aib Papa tak perlu mencariku lagi.”
“Mungkin ….” wajah Ayuna terlihat merasa bersalah. “Kamu akan kena getahnya, jika tahu ini sedari awal tapi baru mengatakannya setelah aku pergi. Tapi Ly,” manik Ayuna berkaca-kaca, benar-benar memohon iba. “Aku mohon kepadamu, sekalipun di pihakmu sangat berisiko, bantu aku kali ini. Dan jangan mengkhianatiku, dengan langsung mengatakannya kepada Papa sebelum aku dan kekasihku sempat melarikan diri.”
Awalnya meragu, Lily nyaris enggan menuruti permintaannya. Tapi melihat Ayuna begitu mengiba dengan wajah khawatir, akhirnya Lily mengangguk. Terdengar hembusan napas lega dari mulut dan hidung Ayuna. Mendadak Ayuna merasa mual, berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya. Benar-benar gejala ibu hamil. Yang berarti bukti testphack dan penjelasan keadaannya bukanlah settingan semata.
Malam harinya, Ayuna benar-benar kabur bersama kekasihnya. Diam-diam dia keluar dari rumah, dijemput seorang lelaki bermotor besar dengan wajah yang disumbat helm merah. Ayuna langsung meloncat ke goncengannya, dan motor itu melaju sejauh mungkin, memekakkan dari raungannya dan sepertinya pemandangan itu kali terakhir Lily melihat Ayuna.
Malam ini, ada kesepakatan di antara keluarga Adhistira dan Asrazaq untuk melakukan makan malam formal bersama. Yuda, Ayah kandung Ayuna dan ketiga anaknya yang lain sekaligus seorang lelaki berkharisma yang memungut Lily sebagai anak, mengamuk tidak mendapati Ayuna, yang menjadi inti utama makan malam yang akan diselenggarakan.
Yuda baru saja mengerahkan seluruh anak buahnya untuk mencari Ayuna. Lily yang memberanikan diri melangkah menghadap ayah angkatnya, bibir kecilnya bergetar dan semampunya berusaha mengimbuhkan. “Kak Ayuna … sudah kabur bersama pacarnya.”
“Hah?” Yuda menyahut terkejut, melangkah mendekat dan mulai meinterogasi. “Dari mana kamu tahu itu?”
“Kak Ayuna tadi dijemput seorang lelaki …." Dengan gagap, Ayuna menjelaskan semampunya. “Kak Ayuna juga sempat mengatakan padaku, kalau dia akan melarikan diri bersama kekasihnya, karena dia tengah mengandung anak pacarnya. Jadi, dia tidak bisa terus menjadi tunangan Tuan Aland. Untuk mengatakannya langsung kepada anda, Kak Ayuna tidak memiliki keberanian. J-jadi dia memintaku untuk menyampaikan ini, agar kalian tidak usah mencarinya lagi.”
Yuda diselimuti amarah. Tangannya sudah terangkat, jika gadis satu ini buka mulut sejak awal Ayuna pasti sempat ditahan, tapi Lily malah bekerjasama dengan anaknya yang tidak tahu diri itu. Sekejap, penglihatan yang merekayasa pemandangannya membuat Yuda membeku di tempat, wujud Ayuna sempat berubah menjadi seorang wanita yang sangat dia kenal di masa lalu, yang menjadi alasan, karena darah yang sama mengalir di tubuh di hadapannya, tanpa meminta persetujuan istri dan keluarganya Yuda mengangkat Lily sebagai anak.
Yuda menahan napas, urung melakukan kekerasan. Tubuhnya berbalik, berusaha menahan gejolak rindu di dalam dirinya pada seseorang yang tak pernah dia miliki seutuhnya, dijauhkan oleh waktu perempuan itu semakin jauh oleh kematian, hanya meninggalkan seorang anak yang bahkan darah Yuda tidak mengalir di sana.
“Seharusnya kamu buka mulut sejak awal!” Yuda membentak, tapi tidak terlalu menggelegar. Bayangan Ibu dari gadis itu, membuat emosinya menurun dan tergantikan oleh perasaan perih. Yuda menoleh sinis, “Aku tidak mau mempermalukan keluarga ini karena ulah Ayuna dan karena kebodohanmu. Sebagai gantinya, kamu harus menggantikan posisi Ayuna, harus! Tak ada bantahan! Mulai sekarang, kamu akan menjadi salahsatu dari sembilan tunangan Aland, anak sulung dari keluarga Asrazaq!”
Lily tertegun. Tak menyangka, nasibnya dengan Ayuna akan bertukar peran. Dia ingin protes, tapi menyadarkan diri, bahkan Lily tidak punya hak untuk mengutarakan rasa keberatan.
“Hans!” Jerit Yuda, memanggil salahsatu bawahan yang paling dia percaya.
Hans datang tergopoh dengan setelan kemejanya yang maskulin, menghadap Yuda dan membungkuk.
“Masukkan Lily ke dalam daftar keluarga Adhistira.”
Satu ruangan hening, membelalak kaget.
“Mulai hari ini, Lily bukan hanya sekedar menumpang makan dan hidup, dia resmi menjadi bagian dalam keluarga kita. Namanya bukan lagi Lily M-melly--” Yuda tergagap dan bersuara lirih saat menyebut nama panjang Lily, karena nama belakang Lily mengambil langsung nama panggilan Ibunya. “--Tapi Lily Adhistira.” Yuda menegaskan, pandangannya mengitari penjuru ruangan, mencari wajah yang hendak mengajukan protes. “Tak ada yang keberatan, ‘kan?” Yuda menyahut dingin.
“Tapi, Pa.” Yadi menyela, masih dengan suara khasnya yang tegas, sekalipun menghadapi Yuda secara langsung, Yadi tidak pernah memperlihatkan raut ketakutan. “Dalam hukum agama, kita tidak boleh menyambung nasab seenaknya? Benarkah begitu?”
“Tidak, tidak.” Yuda menggeleng, sunggingan senyumnya terukir dingin. Seperti menyeringai. “Lily hanya masuk dalam daftar keluarga, menjadi bagian dari keluarga Adhistira, bukan dinasabkan kepadaku. Hanya saja, dia perlu marga dan nama yang bagus untuk bersanding dengan keluarga terkemuka. Seperti memberikan nama dan gelar yang baru, untuk kehidupannya yang juga baru.”
Yuda melirik Lily penuh arti, sebenarnya jauh di lubuk hatinya. Dia berharap, Lily adalah darah-dagingnya. Buah hati yang lahir dari hubungannya bersama Ibunya di masa lalu. Setidaknya, Yuda bisa menganggap kenang-kenangan yang ditinggalkan Melly benar-benar hak dan miliknya. Tapi setelah hasil tes DNA keluar, semua itu mengecewakan Yuda.
Dia langsung merobeknya, tapi penjelasan dari mulutnya ke keluarganya tak pernah seutuhnya dipercayai, karena bukti langsungnya sudah Yuda robek hanya karena kecewa dengan hasilnya dan tidak mau melakukan pengecekan ulang. Lily bukan anaknya dan memang … mereka tidak pernah berhubungan intim untuk melahirkan seorang anak. Yuda hanya tengah mengkhayal, barang kali di masa lalu dia pernah khilaf melakukan sesuatu yang salah.
“Kukira akhirnya kamu mengaku, kalau Lily ternyata benar-benar anakmu.” Nyonya Adhistira berujar sinis, lalu melengos pergi. Dengan congkak, dia meninggalkan ruangan. Yuda mengabaikannya, lalu menggerakkan dagunya, meminta Hans untuk melakukan apapun yang dia suruh.
Bukan lagi Lily Melly, sekarang yang adanya hanyalah Lily Adhistira!
Yang Lucas lakukan pemaksaan, dan tindakan di luar prikemanusiaan.“Kamu tidak perawan?”Lucas bisa membedakan, mana yang bersegel dan mana yang berpengalaman. Sekalipun Binarji yang dia paksa tidak seantusias wanita jalang, wanita itu yang bergetar dalam tangis itu. Meraung, menjerit dan menangis kencang. Wanita itu … begitu frustrasi. Memekakkan telinga Lucas yang menahan emosi.Lucas meremuk mulutnya, “heh pelacur, jangan menangis! Kamu pikir, kamu pantas menangis, hah!? Emangnya apa yang aku rebut darimu jika sudah kehilangannya!” Seorang bajingan baru saja menyebut korbannya yang tak berdaya dengan sebutan pelacur. Binarji tidak bersalah, perempuan itu tidak menyahut. Masih menangis, kencang, keras. Seakan menderita. Seakan ditimpa kemalangan besar untuk kedua kalinya.Mengingat betapa tidak tahu dirinya saat itu, cekraman Lucas semakin kuat. Dia berlari sekalipun lututnya seperti menjeritkan kesakita, terluka, tapi dip
Dengan gesit, sekalipun sebelah langkah Lucas pincang, Lucas menangkap tubuh Fino. Bocah yang kehilangan kendali itu menarik berkali-kali pelatuknya yang melayang ke plafon, hingga pelurunya habis. Lucas terus mendekapnya, lalu mengambil alih pistolnya. Fino yang ketakutan akan dibunuh menangis kencang di atas bahunya. “Jangan bunuh aku … jangan bunuh aku ….” rengek bocah itu, terlihat menyedihkan. “Kak Path bilang di telepon, jika dia udah nggak ada aku harus tetap hidup dan kuat untuk mengurus adik-adikku yang lain … jangan bunuh aku, kumohon ….”Lucas tersenyum geli, lalu menjunjung tubuh mungil itu. Dari atas menatapnya dengan mata memerah. Marah, yang didominasi rasa takut dan memohon belas kasihan. “Jika sudah besar, kamu akan malu jika teringat pernah memohon seperti ini kepada lelaki yang menjadi alasan kenapa Kakakmu bunuh diri.” Lucas kembali menjatuhkannya ke bahunya, mendekap tubuh mungil itu. “
“Bisa-bisanya dia datang tanpa Nonanya.”Itu yang sebagian pekerja keluarga Asrazaq pikirkan, jika melihat Moca berjalan melewati mereka.“Jika Nonanya kenapa-napa seperti Nona Anatasha dan Nona Miranda, aku jamin, dia akan menembak kepalanya sendiri seperti Path.”Moca pergi tanpa Nonanya, itu merupakan bentuk dari bolongnya sebuah tanggung jawab. Mutlak bagi para pelayan untuk selalu ada di sisi Nona mereka, Moca ‘pun termasuk. Pelayan Nona Lulu itu menggulung lengan kemeja hitamnya lalu mulutnya mendesis samar. Mengitari rumah keluarga Asrazaq, tanpa Lulu, Moca benar-benar dianggap mencuri waktu senggang di tengah pekerjaan. Dan terbunuhnya seorang Nona, selalu diawali oleh kelalaian kecil itu.“Bagaimana dengan Xin?” Masih dengan bisikan samar yang menusuk pendengaran Moca saat berlalu.Mereka melirik ke arah Moca, membelalak, lalu kembali membahas Xin. “Dia cukup tidak tahu malu. Seharusnya dia s
"Semenjak dua hari yang lalu, aku sudah seperti gelandangan yang tidak memiliki tempat tinggal." Desah Aland kesal, sambil mengusap kedua telapak tangannya, berusaha menghangatkan diri."Layaknya saya, mengikuti Anda, saya juga gelandangan, Tuan."Aland tersenyum tipis, membenarkan. "Benar, sadar juga ternyata."Flo kaget saat mendapati Aland tanpa izin menggunakan card-nya untuk masuk ke dalam apartemen Lily. Bahkan menggunakan 'hak'-nya untuk membuka seenaknya semua pintu di dalam ruangan tersebut. Aland yang menggigil kedinginan bertanya, "di mana Lily?" Flo yang disorot menelan ludah. Jika diberitahu, apakah Nona-nya akan selamat dari segi kehormatan dan kegadisan? Para Nona memang patut dijaga, tapi pihak yang berwenang seperti Aland belum tentu bisa dipercaya 'kan?Lucas yang meyakinkan, "jawab saja. Tuan Aland tak patut dicurigai karena pada dasarnya dia bukan lelaki normal--" Aland menoleh sambil mendesis. Lelaki itu sudah kedinginan tapi Lucas ti
"Sebenarnya uang dan peranku sebagai Ibu--istri--nggak ada artinya, 'kan? Mama hanya ingin menghasilkan sesuatu yang tidak berharga--uang--yang diakui banyak orang hingga mayoritas manusia mengusahakannya mati-matian, dari status Mama--sebagai Ibu dan istri--yang tak ada artinya sama sekali ... seharusnya kamu paham, Aland.""Aku sama sekali tidak paham," Aland bersuara lirih."Pelukan ini akan membuatmu mengerti," Alana merapatkan tubuhnya, memeluk anaknya. Aland membeku, dia bisa merasakan tubuh Ibunya yang bergetar ketakutan. Seperti ada teriakan teredam dari dalam, yang menjeritkan tangis tanpa suara yang sekejap membuat Aland mengerti. Apakah Ibunya tidak bisa bahagia? Sekalipun dia bisa menghasilkan sekian dollar di setiap detik belaiannya, hanya dari tangan, hanya dari kalimat manis di bibirnya, hanya dari hal-hal kecil yang bisa dia lakukan.Aland balas memeluk. Mereka yang berada di meja makan sudah berpencar. Andar bermain dengan adik-adik Path, Ellan
"Lucas," Aland menengahi. Membuyarkan lamunan Lucas yang dengan tajam menyorot tubuh Binarji yang menjauhinya. Aland sudah mengetahui, Binarji mantannya Lucas. Pacaran cuma dua bulan, Lucas sudah kehilangan rasa manusiawinya dalam memperlakukan Binarji. Alhasil, Binarji pendarahan aborsi, Lucas yang membunuh anaknya sendiri ... dan Binarji yang stres masuk rumah sakit, koma dan semacamnya. Drama itu berlanjut, Lucas tertangkap polisi karena membunuh Ayahnya Binarji yang ingin memisahkan mereka, terlebih kasus Lucas yang lain saat dirinya masih dilacak, membunuh banyak orang dan memerkosa beberapa gadis. Pembunuh dan pemerkosa, seperti hewan buas. Disampaikan berita palsu Binarji meninggal di ranjang rumah sakit jiwa, Lucas hendak bunuh diri.Saat itu, Lucas menghentikannya. Mengeluarkannya dari penjara, menyogok hakim hingga uang membungkam segalanya. Kalimat Aland yang membangkitkan api semangat Lucas yang sempat redup, "Binarji masih hidup. Demimu, aku menjadikan semua nyaw
Olivia tahu, Lico adiknya. Sebagai Kakak, dia malah terlalu manja seperti adik. Lico sengaja mendaftarkan diri menjadi petugas keluarga Asrazaq demi menjaga Kakaknya dari dekat. Memang keputusan bagus untuk merekrut Lico, meskipun kelak akan memperumit Lucas untuk mengatasi Olivia saat diperintah.Lucas mendengus kesal sesampainya dia di basement apartemen, mobil yang ditumpangi Aland tidak ada di sana. Aland benar-benar pergi tanpa menunggunya. Seperti semalam Lucas terpaksa pergi menggunakan taksi. Semakin lama Lucas berjalan-jalan di trotoar pinggir jalan, tidak ada satupun taxi yang lewat. Memesan taxi online, Lucas ingat ponselnya kehabisan batere. Sembari menunggu keberuntungan, Lucas berjalan-jalan kecil.Kepalanya menoleh, saat melirik dua anak SD tengah menunggu untuk menyeberang. Lucas mendekati mereka dan hendak membantu keduanya, malah keduanya melangkah mundur dan terlihat takut.Mata Lucas menyipit, lalu berjongkok. "Mau Kakak bantu nyeberang?" Diu
Aland tanpa menunggu agar bisa bergegas pergi lebih cepat, sudah melahap sarapan di atas meja terlebih dahulu. Dihabiskannya separuh, lalu bangkit hendak pergi. Sedetik, Aland terdiam saat Lily keluar dari ruangan. Rambut panjangnya yang hitam dan lurus, Aland mendadak kesusahan bernapas. Mereka bertemu pandang, secara ajaib air liur yang biasanya Aland telan terasa pahit."Sial," maki Aland pelan. Dia terpesona. Sekalipun cuma sedetik."Apa-apaan ini," dengan angkuh lelaki itu berjalan mendekat, menyibak rambut palsu yang menawan tersebut. Di satu sibakan, lancangnya Aland diam-diam mencuri kesempatan untuk mengelus dan mengusapnya sedikit. Lucas satu-satunya orang yang menyadari hal itu. Rambut panjang, hitam, menawan, sekalipun palsu Aland masih kesusahan menahan diri agar tidak tergoda begitu saja.Satu hal yang identik dengan Ibunya, yang memang Aland benci, tapi tergila-gila."Apa rambutmu memanjang dalam semalam?" Tangan Aland masih sibuk di rambut
Aland bisa merasakan hangatnya tubuh yang dirinya dekap. Aland melenguh, memutar tubuh yang berada dalam dekapannya, lalu menindihnya. Persetan bagaimana kesalnya Lucas, Aland masih kedinginan. Tapi saat suara ringisan feminim terdengar, Aland tersentak bangun. Tidak, tidak. Aland menelan ludah, yang dia dekap semalaman bukan Lucas … tapi gadis ini--Lily. Aland menghindar, lalu berteriak kesal. “APA-APAAN KAMU?!” Aland menoleh ke sekitar, bukan di sofa, Aland terbaring di ranjang kamar Lily. Terlebih ditolehnya tubuh Lily, perempuan itu memakai pakaian yang sedikit terbuka. Lengannya terekspos meskipun yang lain aman.Kerongkongan Aland berbunyi. Apa yang dia lakukan semalam? Meskipun pakaiannya terbilang aman. Kenapa gadis itu di sini--tepatnya kenapa Aland di sini? Dan mendekap gadis itu semalaman. Lily merapikan rambutnya acak-acakan, teringat pesan Lucas, untuk tetap terlihat cantik dan memesona di depan Aland.“Kenapa kamu ada di sini--tep
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments