Ini kali kedua, Aland menghadiri makan malam formal bersama keluarga Adhistira. Putri dari keluarga Adhistira adalah tunangan ke-9 Aland. Setelah selama 9 tahun berturut-turut, Aland dipilihkan satu tunangan baru setiap setahun sekali. Aland belum pernah berkencan atau bertemu secara pribadi dengan tunangan barunya, seperti yang dia lakukan kepada Olivia barusan. Masih dalam tahap pengenalan, pertemuan mereka hanya antar dua keluarga.
Menjelang makan malam, Aland kewalahan karna harus mengingat nama tunangan barunya. Dia takut salah sebut, dan malah mempermalukan Ayah dan Kakeknya di depan keluarga lain. Sebenarnya Aland tidak begitu perduli, tapi Ayah dan Kakeknya adalah tipe yang tidak segan menarik telinga meskipun anak atau cucunya sudah nyaris berusia kepala 3.
“Ayura … Ayuri? Yuni? Aduh …” Aland menepuk dahi, lalu berbalik menghadap Lucas. “Siapa namanya tadi?”
Lucas menanggapinya dengan malas, “Ayuna, Tuan Muda.”
“Oke, Ayuna.” Aland menjentikkan jari dengan antusias.
Makan malam berlangsung, setelah Yuda Adhistira bersama Nyonya Adhistira dan salah seorang putri mereka hadir di restoran mewah yang ditujukan sejak awal. Aland heran tidak menemukan wajah tunangannya yang dia kenali dari ketiga orang itu. Setahunya, tunangan barunya berambut ikal lebat? Tapi malah dihadirkan gadis polos dengan rambut pendek, bibir tipisnya jelas berbeda dari bibir tebal Ayuna yang asli.
“Saya tahu apa yang tengah anda pikirkan, Tuan Muda.” Di balik punggungnya, pelan-pelan Lucas berbisik selambat mungkin.
Aland mengangguk, meminta Lucas melanjutkan. “Ceweknya ganti.” Aland setuju dengan pendapat Lucas yang ternyata masih begitu jeli.
“Ehem.” Aland berdeham, membuat banyak kepala menoleh ke arahnya. “Ini bukan Ayuna yang kemaren ‘kan?” Tanyanya, membuat Ayah dan Kakeknya saling pandang dan sama-sama mengarahkan tatapan ke satu titik, ke gadis yang menjadi terdakwa.
“Perlihatkan cincin tunanganmu.” Sekalipun sudah jelas wajah mereka berbeda. Takutnya Aland mendadak face syndrome, Aland mengangkat telapak tangannya, menunjukkan satu cincin berlian yang melingkari satu jemarinya. Tangan gadis itu tidak bergerak, jelas sekali tidak memiliki cincin yang sama.
Ngomong-ngomong, Aland memiliki sembilan cincin sekaligus. Secara berganti dia memakainya, tergantung kepada siapa dia akan bertemu. Tapi jika sembilan tunangannya digabungkan sekaligus, Aland pernah memasang sembilan cincin di kesembilan jemarinya. Sebenarnya Aland tidak mau bertingkah konyol meskipun diharuskan begitu, tapi ide itu diajukan oleh Kakeknya yang berarti adalah perintah untuknya.
Yuda Adhistira terlihat tenang saat berganti menjadi sorotan utama, lalu menjelaskan. “Maafkan saya karna tidak memberitahukannya sedari awal, Tuan Aland, Tuan Andar dan Tuan Kaizer.” Yuda mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya, lalu meletakkannya ke atas meja. Sebuah surat duka, wajah Ayuna terpampang di sana, sudah dicap sebagai mendiang.
“Putri saya, Ayuna, sudah meninggal sedari sehari yang lalu, tapi mayatnya tidak ditemukan.” Mencoret nama Ayuna dalam kartu keluarganya digantikan dengan nama Lily, Yuda sudah menganggap Ayuna telah mati. Yuda tidak terlalu memperdulikannya, siapa yang berani mencoreng nama keluarga, bersiaplah namanya untuk dicoret dari daftar keluarga. Yuda tidak segan untuk menggantikan posisi mereka dengan seorang rendahan sekalipun seorang pengemis.
Aland terlihat tidak yakin, sedangkan Ayah dan Kakeknya terlihat prihatin. “Kami turut berduka, Tuan Yuda.” Aland melirik Andar, Kakeknya yang berkaca-kaca. Sekalipun galak, Andar adalah lelaki yang sentimental. Mudah marah, mudah terharu, mudah diambil hati dan mudah diporoti.
Yuda mengangguk sekenanya, berlagak sendu. Seperti bersedih, hanya rekayasa. Lily diam tidak berkutik, nafsu makannya ikut menghilang. Dia menyaksikan sebuah kebohongan, tapi mulai hari ini dia juga harus berakting. Di depan Yuda, Nyonya Adhistira, di depan tunangannya dan di depan keluarga besar Asrazaq.
“Kami turut bersedih, kamu sebagai adik kehilangan seorang Kakak, Nona.” Kaizer bersuara. Ayah dan anak, benar-benar banding sebelas dan duabelas. Sama-sama mudah terbawa suasana, layaknya Anzar. Kedua raut mereka hampir sama, mata berembun, seperti berkaca-kaca, dengan bibir mengerut. Hanya Aland sebagai anak sekaligus cucu yang masih bertampang sama, wajah datar, tidak mengiba, wajah cuek, dan memiliki firasat seakan tengah dibohongi.
Fokus Aland teralih pada gadis yang diserahkan untuk menggantikan posisi Kakaknya. Aland harus memberi tanda agar bisa mengenali gadis itu sebagai salahsatu tunangannya. “Kuberikan cincinku.” Aland berkata, melepaskan cincin berlian yang mengerat di jarinya lalu meletakkannya ke punggung tangan Lily. “Pakai itu, label kalau kamu adalah tunanganku.”
“Perkenalkan,” dengan berwibawa Aland mengulurkan tangan besarnya, terpampang menghadap gadis berambut pendek yang terlihat begitu kikuk. “Aku Aland Asrazaq, tunanganmu.” Boro-boro hendak meraih tangan Aland yang berurat, Aland memotong pergerakan Lily dengan penegasan dinginnya. “Seorang lelaki yang patut kamu hargai, orang pertama setelah ini yang harus kamu hormati. Jika kuperintah, kamu harus mematuhi. Jika aku membutuhkan sesuatu pada dirimu, kamu harus memenuhi.”Seringaian Aland menutupi niat buruknya, “Itu resiko jika menjadi salahsatu tunangan seorang Aland Asrazaq.”Wajah Lily terlihat sendu, lalu mengangguk lambat. Seperti pasrah, dan kali ini tangan Aland benar-benar diraih. Bukan berjabat, atau menyalaminya. Ini sudah menjadi tradisi keluarga Asrazaq jika menyapa wanita yang akan menjadi salahsatu kandidat istri, perempuan yang dipilihkan akan meraih tangan calon suami, membawa telapaknya ke pipi lalu m
“Pakai itu, label kalau kamu adalah tunanganku.”Teringat perkataan Aland, Lily melirik sebuah lingkaran cincin berlian di tangannya. Modelnya lebih maskulin karena terbentuknya untuk dipasangkan ke jemari lelaki. Tapi Aland memberikan langsung cincin itu kepadanya, langsung dari tangan lelaki itu. Yang bagi pandangan publik layaknya sebuah kehormatan tersendiri yang patut dibanggakan di depan rekan-rekan lain, sedangkan Lily selalu mengeluh karena cincin itu terlalu longgar di jemarinya.Cincin yang dipakai sebagai ‘label’, sama saja dengan istilah ‘merk’. Yang menegaskan, inilah tanda dari kepunyaan seorang Aland Asrazaq, mengenalkan kepunyaan siapa dia kepada semua orang saat sang tunangan berlalu-lalang. Dengan statusnya yang sekarang, Lily tidak berhak menanggali cincin sebagai label itu dari jemarinya.Lily sudah mendapatkan bukti nyata, pengaruh besar ‘label’ itu saat dia melangkah keluar dari resto
“Menjadi tunangan dari seorang Aland Asrazaq memang merupakan kebanggaan utama. Terlebih jika terpilih menjadi istri di dalam persaingan yang begitu ketat.” Yale menengahi, Putra ke-2 dari keluarga Adhistira. Sifat Yuda banyak menurun ke dirinya. Mulai dari tampang, tegap tubuh dan perilaku yang dingin tapi berkharisma. “Sebagai anggota keluarga yang diangkat cuma-cuma, itu salahsatu pencapaian terbesar yang paling mustahil untuk dilakukan, tapi kamu bisa meraihnya dan membuktikannya. Meskipun keberhasilanmu buah dari kaburnya Kak Ayuna dan kamu mengambil peran pengganti untuk itu.”Yale mendekat, dengan langkah lebar pada sepatu pantofelnya, dan berhenti di sisi Lily. Kepalanya tercondong dan berbisik ke sebelah telinga Lily, dengan kedua tangan yang menyelip ke saku celana. “Jangan remehkan, Aland Asrazaq, Nona Lily Adhistira. Dia tidak akan luluh pada bentukan wanita manapun. Bahkan, sekarang kamu tengah mengambil peran yang berbahaya …
“Hamili atau bunuh.”Lucas tidak kaget. Itu penawaran yang sama untuk kesekian kalinya yang dia dengar dari mulut Aland. Aland menyuruh Lucas untuk menghamili ‘mereka’ atau membunuh ‘mereka’. Di keduanya tidak ada pilihan yang baik, semuanya terdengar buruk di telinga Lucas, meskipun kedua hal itu identik dengan masa lalu Lucas.“Tunggu sebentar lagi, Tuan Muda.”Lucas berkata tenang.“Barangkali suatu saat, ada yang menarik di mata Tuan di antara mereka.”Aland menimpali sinis, “Bahkan aku lebih tidak mau itu terjadi. Mereka bersembilan termasuk yang baru … semuanya memuakkan. Entah mengapa aku harus terjebak oleh permainan konyol ini. Lari dari ini aku tidak bisa, hanya satu cara yang dapat kulakukan, menyingkirkan mereka! Setelah tahu akibatnya menjadi tunangan seorang Aland Asrazaq, maka setelah itu tidak akan ada lagi yang berani mendaftarkan diri untuk menjadi pendamping
Gelar Adhistira, dibentuk dengan sertifikat. Nama Lily Adhistira terukir dengan tinta emas di sana. Hans bertekuk, sertifikat bertinta emas terlampir di kedua telapak tangannya dengan posisi menghadap Lily. Lily duduk di atas sofa, sedikit merunduk. Jari jempolnya yang dilumuri cat terulur, lalu menekannya ke sudut kertas, meresmikan namanya menjadi bagian dalam keluarga Adhistira! Satu ruangan disambut tepukan riuh.Dengan sertifikat itu sebagai bukti. Menggantikan posisi Ayuna, Lily benar-benar bagian dalam keluarga Adhistira. Nama belakangnya sudah tidak bisa lagi diganggu gugat. Dengan nama yang baru, banyak orang yang mengajaknya bercengkerama terlebih lagi labelnya sebagai salahsatu tunangan Tuan Aland yang dianggap istimewa.Ada jamuan singkat pada malam ini. Beberapa keluarga besar Adhistira melangsungkan makan malam besar sekeluarga. Bukan hanya sekeluarga Yuda, tapi benar-benar sekeluarga Adhistira yang dapat hadir. Untuk meresmikan posisi Lily dan membangga-
Dor! Mendengar suara tembakan samar yang teredam di balik dinding, seorang perempuan bertubuh langsing dengan balutan handuk di sekujur tubuhnya melangkah keluar dari kamar mandi setelah mengguyur tubuh dengan air hangat, membersihkan sisa-sisa parfum lelaki yang habis menemaninya beberapa saat yang lalu.Bau amis terendus, wajah Anatasha berubah gelisah. Dijelajahinya seisi kamar apartemen, lalu terlonjak menemukan sosok lelaki muda yang tengah mengganti isi pelurunya. Di lantai, seorang lelaki yang menemaninya terkapar dengan kepala bolong. Anatasha menjerit seketika, berbalik dan hendak berlari, memekik-mekik meminta tolong, tubuhnya seketika kaku saat lelaki muda yang sudah membunuh selingkuhannya mengambil vas dan melemparkannya ke punggung Anatasha.Prak! Anatasha terkapar dengan punggung kelu, kepalanya mendongak ke atas menemukan Lucas yang berjalan mendekatinya, lalu menekankan telapak pantofel ke punggung tubuhnya yang handuknya mulai longgar.“K
Setelah menjadi salahsatu tunangan Aland, sekalipun kesembilannya memiliki keluarga yang lebih dalam hal finansial, dari segi manapun mereka tetap kewajiban keluarga Arazaq. Biaya, kebutuhan, keuangan, tempat tinggal dan semacamnya, segala yang dibutuhkan oleh mereka bersembilan ditanggung oleh keluarga Arazaq, sekalipun tidak tentu ‘kan terpilih menjadi istri.Inilah bentuk tanggung jawab dari istilah ‘tangan’ yang menjaga, melindungi dan memberi. Sekalipun dijelaskan demikian, hanya untuk formal di muka publik saja, di realitanya hanya bentuk ego yang mengikat kesembilan keluarga karena masing-masing putri mereka di bawah tanggung jawab keluarga Asrazaq. Jika ada konflik, mereka tidak bisa berkutik.Apapun yang mereka butuhkan. Uang belanja, kosmetik, perhiasan, tempat tinggal, dan apapun yang diinginkan perempuan, wajib bagi Aland--tepatnya keluarga Asrazaq--untuk mencukupi. Masing-masing mereka disediakan satu apartemen megah, yang wajib mereka te
Cklek! Pintu terbuka saat salahsatu pelayan yang menemani Lily menggesekkan kartu ke muka pintu. Lily menyeret tubuhnya memasuki kediaman barunya, yang saat dia kelilingi, segalanya sudah tersedia dan tercukupi. Lily tidak perlu mengambil barang lebih, sekalipun membawa beberapa baju ternyata di sudut yang terdapat lemari berukuran besar, berisi ratusan gaun yang indah dan beberapa model pakaian lainnya.Lily menggeser sebuah jendela besar, memasuki balkon, lalu menghirup udara segar di ketinggian gedung lantai 9 dalam-dalam. Hembusannya terdengar teratur. Lengannya menyanggah telapak tangannya yang menjadi penahan dagu, lamunan Lily terbuyar saat seorang pelayan lelaki yang mengangkat barang-barangnya memanggil namanya, “Nona Lily.”Lily tertegun dan menoleh. Senyumannya terlihat ramah, berjalan mendekat, menanggapi pelayannya dengan sikap lebih. “Ada apa?”“Perlu saya buatkan sesuatu?”Lily berdeham, memikirkannya sej
Yang Lucas lakukan pemaksaan, dan tindakan di luar prikemanusiaan.“Kamu tidak perawan?”Lucas bisa membedakan, mana yang bersegel dan mana yang berpengalaman. Sekalipun Binarji yang dia paksa tidak seantusias wanita jalang, wanita itu yang bergetar dalam tangis itu. Meraung, menjerit dan menangis kencang. Wanita itu … begitu frustrasi. Memekakkan telinga Lucas yang menahan emosi.Lucas meremuk mulutnya, “heh pelacur, jangan menangis! Kamu pikir, kamu pantas menangis, hah!? Emangnya apa yang aku rebut darimu jika sudah kehilangannya!” Seorang bajingan baru saja menyebut korbannya yang tak berdaya dengan sebutan pelacur. Binarji tidak bersalah, perempuan itu tidak menyahut. Masih menangis, kencang, keras. Seakan menderita. Seakan ditimpa kemalangan besar untuk kedua kalinya.Mengingat betapa tidak tahu dirinya saat itu, cekraman Lucas semakin kuat. Dia berlari sekalipun lututnya seperti menjeritkan kesakita, terluka, tapi dip
Dengan gesit, sekalipun sebelah langkah Lucas pincang, Lucas menangkap tubuh Fino. Bocah yang kehilangan kendali itu menarik berkali-kali pelatuknya yang melayang ke plafon, hingga pelurunya habis. Lucas terus mendekapnya, lalu mengambil alih pistolnya. Fino yang ketakutan akan dibunuh menangis kencang di atas bahunya. “Jangan bunuh aku … jangan bunuh aku ….” rengek bocah itu, terlihat menyedihkan. “Kak Path bilang di telepon, jika dia udah nggak ada aku harus tetap hidup dan kuat untuk mengurus adik-adikku yang lain … jangan bunuh aku, kumohon ….”Lucas tersenyum geli, lalu menjunjung tubuh mungil itu. Dari atas menatapnya dengan mata memerah. Marah, yang didominasi rasa takut dan memohon belas kasihan. “Jika sudah besar, kamu akan malu jika teringat pernah memohon seperti ini kepada lelaki yang menjadi alasan kenapa Kakakmu bunuh diri.” Lucas kembali menjatuhkannya ke bahunya, mendekap tubuh mungil itu. “
“Bisa-bisanya dia datang tanpa Nonanya.”Itu yang sebagian pekerja keluarga Asrazaq pikirkan, jika melihat Moca berjalan melewati mereka.“Jika Nonanya kenapa-napa seperti Nona Anatasha dan Nona Miranda, aku jamin, dia akan menembak kepalanya sendiri seperti Path.”Moca pergi tanpa Nonanya, itu merupakan bentuk dari bolongnya sebuah tanggung jawab. Mutlak bagi para pelayan untuk selalu ada di sisi Nona mereka, Moca ‘pun termasuk. Pelayan Nona Lulu itu menggulung lengan kemeja hitamnya lalu mulutnya mendesis samar. Mengitari rumah keluarga Asrazaq, tanpa Lulu, Moca benar-benar dianggap mencuri waktu senggang di tengah pekerjaan. Dan terbunuhnya seorang Nona, selalu diawali oleh kelalaian kecil itu.“Bagaimana dengan Xin?” Masih dengan bisikan samar yang menusuk pendengaran Moca saat berlalu.Mereka melirik ke arah Moca, membelalak, lalu kembali membahas Xin. “Dia cukup tidak tahu malu. Seharusnya dia s
"Semenjak dua hari yang lalu, aku sudah seperti gelandangan yang tidak memiliki tempat tinggal." Desah Aland kesal, sambil mengusap kedua telapak tangannya, berusaha menghangatkan diri."Layaknya saya, mengikuti Anda, saya juga gelandangan, Tuan."Aland tersenyum tipis, membenarkan. "Benar, sadar juga ternyata."Flo kaget saat mendapati Aland tanpa izin menggunakan card-nya untuk masuk ke dalam apartemen Lily. Bahkan menggunakan 'hak'-nya untuk membuka seenaknya semua pintu di dalam ruangan tersebut. Aland yang menggigil kedinginan bertanya, "di mana Lily?" Flo yang disorot menelan ludah. Jika diberitahu, apakah Nona-nya akan selamat dari segi kehormatan dan kegadisan? Para Nona memang patut dijaga, tapi pihak yang berwenang seperti Aland belum tentu bisa dipercaya 'kan?Lucas yang meyakinkan, "jawab saja. Tuan Aland tak patut dicurigai karena pada dasarnya dia bukan lelaki normal--" Aland menoleh sambil mendesis. Lelaki itu sudah kedinginan tapi Lucas ti
"Sebenarnya uang dan peranku sebagai Ibu--istri--nggak ada artinya, 'kan? Mama hanya ingin menghasilkan sesuatu yang tidak berharga--uang--yang diakui banyak orang hingga mayoritas manusia mengusahakannya mati-matian, dari status Mama--sebagai Ibu dan istri--yang tak ada artinya sama sekali ... seharusnya kamu paham, Aland.""Aku sama sekali tidak paham," Aland bersuara lirih."Pelukan ini akan membuatmu mengerti," Alana merapatkan tubuhnya, memeluk anaknya. Aland membeku, dia bisa merasakan tubuh Ibunya yang bergetar ketakutan. Seperti ada teriakan teredam dari dalam, yang menjeritkan tangis tanpa suara yang sekejap membuat Aland mengerti. Apakah Ibunya tidak bisa bahagia? Sekalipun dia bisa menghasilkan sekian dollar di setiap detik belaiannya, hanya dari tangan, hanya dari kalimat manis di bibirnya, hanya dari hal-hal kecil yang bisa dia lakukan.Aland balas memeluk. Mereka yang berada di meja makan sudah berpencar. Andar bermain dengan adik-adik Path, Ellan
"Lucas," Aland menengahi. Membuyarkan lamunan Lucas yang dengan tajam menyorot tubuh Binarji yang menjauhinya. Aland sudah mengetahui, Binarji mantannya Lucas. Pacaran cuma dua bulan, Lucas sudah kehilangan rasa manusiawinya dalam memperlakukan Binarji. Alhasil, Binarji pendarahan aborsi, Lucas yang membunuh anaknya sendiri ... dan Binarji yang stres masuk rumah sakit, koma dan semacamnya. Drama itu berlanjut, Lucas tertangkap polisi karena membunuh Ayahnya Binarji yang ingin memisahkan mereka, terlebih kasus Lucas yang lain saat dirinya masih dilacak, membunuh banyak orang dan memerkosa beberapa gadis. Pembunuh dan pemerkosa, seperti hewan buas. Disampaikan berita palsu Binarji meninggal di ranjang rumah sakit jiwa, Lucas hendak bunuh diri.Saat itu, Lucas menghentikannya. Mengeluarkannya dari penjara, menyogok hakim hingga uang membungkam segalanya. Kalimat Aland yang membangkitkan api semangat Lucas yang sempat redup, "Binarji masih hidup. Demimu, aku menjadikan semua nyaw
Olivia tahu, Lico adiknya. Sebagai Kakak, dia malah terlalu manja seperti adik. Lico sengaja mendaftarkan diri menjadi petugas keluarga Asrazaq demi menjaga Kakaknya dari dekat. Memang keputusan bagus untuk merekrut Lico, meskipun kelak akan memperumit Lucas untuk mengatasi Olivia saat diperintah.Lucas mendengus kesal sesampainya dia di basement apartemen, mobil yang ditumpangi Aland tidak ada di sana. Aland benar-benar pergi tanpa menunggunya. Seperti semalam Lucas terpaksa pergi menggunakan taksi. Semakin lama Lucas berjalan-jalan di trotoar pinggir jalan, tidak ada satupun taxi yang lewat. Memesan taxi online, Lucas ingat ponselnya kehabisan batere. Sembari menunggu keberuntungan, Lucas berjalan-jalan kecil.Kepalanya menoleh, saat melirik dua anak SD tengah menunggu untuk menyeberang. Lucas mendekati mereka dan hendak membantu keduanya, malah keduanya melangkah mundur dan terlihat takut.Mata Lucas menyipit, lalu berjongkok. "Mau Kakak bantu nyeberang?" Diu
Aland tanpa menunggu agar bisa bergegas pergi lebih cepat, sudah melahap sarapan di atas meja terlebih dahulu. Dihabiskannya separuh, lalu bangkit hendak pergi. Sedetik, Aland terdiam saat Lily keluar dari ruangan. Rambut panjangnya yang hitam dan lurus, Aland mendadak kesusahan bernapas. Mereka bertemu pandang, secara ajaib air liur yang biasanya Aland telan terasa pahit."Sial," maki Aland pelan. Dia terpesona. Sekalipun cuma sedetik."Apa-apaan ini," dengan angkuh lelaki itu berjalan mendekat, menyibak rambut palsu yang menawan tersebut. Di satu sibakan, lancangnya Aland diam-diam mencuri kesempatan untuk mengelus dan mengusapnya sedikit. Lucas satu-satunya orang yang menyadari hal itu. Rambut panjang, hitam, menawan, sekalipun palsu Aland masih kesusahan menahan diri agar tidak tergoda begitu saja.Satu hal yang identik dengan Ibunya, yang memang Aland benci, tapi tergila-gila."Apa rambutmu memanjang dalam semalam?" Tangan Aland masih sibuk di rambut
Aland bisa merasakan hangatnya tubuh yang dirinya dekap. Aland melenguh, memutar tubuh yang berada dalam dekapannya, lalu menindihnya. Persetan bagaimana kesalnya Lucas, Aland masih kedinginan. Tapi saat suara ringisan feminim terdengar, Aland tersentak bangun. Tidak, tidak. Aland menelan ludah, yang dia dekap semalaman bukan Lucas … tapi gadis ini--Lily. Aland menghindar, lalu berteriak kesal. “APA-APAAN KAMU?!” Aland menoleh ke sekitar, bukan di sofa, Aland terbaring di ranjang kamar Lily. Terlebih ditolehnya tubuh Lily, perempuan itu memakai pakaian yang sedikit terbuka. Lengannya terekspos meskipun yang lain aman.Kerongkongan Aland berbunyi. Apa yang dia lakukan semalam? Meskipun pakaiannya terbilang aman. Kenapa gadis itu di sini--tepatnya kenapa Aland di sini? Dan mendekap gadis itu semalaman. Lily merapikan rambutnya acak-acakan, teringat pesan Lucas, untuk tetap terlihat cantik dan memesona di depan Aland.“Kenapa kamu ada di sini--tep