Share

Pembalasan Kekasih yang Tak Diinginkan
Pembalasan Kekasih yang Tak Diinginkan
Penulis: Roro Halus

1. Penghinaan

"Beraninya anak seorang pelacur sepertimu berhubungan dengan cucu saya. Punya nyali kamu!" teriak kakek Hanu.

Lula tengah duduk menunduk ketakutan di kamar kos 6x6 meter itu.

Lula terkejut dengan kedatangan seseorang yang mengaku sebagai kakek dari kekasihnya itupun gemetaran dengan teriakan kakek Hanu.

"M—maaf, Kek! Lu—"

Belum selesai Lula menjawab, Kakek Hanu sudah terlebih dahulu memotong dengan suara ketusnya.

"Aku bukan kakek kamu! dan aku tidak sudi menerimamu menjadi cucu menantuku ... Cucuku begitu berharga untuk gadis sepertimu, bisa jadi virus HIV ibumu ada dalam dirimu!"

Ibu Lula memang tengah berada diambang kematian karena penyakit HIV yang dideritanya semenjak tiga tahun lalu.

"Kek!" pekik Olan sambil memasuki kamar Lula.

Olan yang akan menjemput Lula untuk kerumah sakit dikejutkan dengan kehadiran dan ancaman sang Kakek.

"Olan ...!" kata kakek Hanu dan Lula bersamaan.

Mereka berdua terkejut karena Olan tiba-tiba muncul.

"Kenapa kakek menggertak kekasihku? Aku yang mencintai Lula, Kek!" kata Olan pada kakek Hanu dengan ekspresi seriusnya.

Kakek Hanu menggeleng tidak habis pikir, "Dia wanita tidak jelas siapa bapaknya, Olan ... Anak haram yang lahir dari seorang perempuan malam! Buka mata kamu Olan!"

Kakek Hanu mulai tersulut dengan jawaban Olan.

"Aku tau dan aku mencintai Lula, Kek! Lula tidak salah karena lahir seperti ini," jawab Olan.

Olan menjeda ucapannya berharap Kakeknya akan mengerti.

"Lula tidak bisa memilih mau lahir dari ibu seperti apa? yang penting, Lula gadis baik-baik dan aku sangat mencintainya, Kek!" lanjut Olan.

"Berhenti berhubungan dengan cucuku atau kamu akan tau akibatnya!" gertak Kakek Hanu tajam.

Kakek Hanu beralih menatap cucunya.

"Olan, jika kamu tidak berhenti disini maka kakek akan menggunakan cara kakek agar kalian berhenti sampai disini!" lanjutnya penuh penekanan.

Aura mafia di dalam tubuhnya masih sangat kental walaupun sudah berhenti dari dunia gelap itu sejak lama.

"Kek, Olan tidak bis—" bantah Olan terpotong.

"Apa lagi, Olan?" pekik kakek Hanu.

Urat-urat di wajah Kakek Hanu semakin menonjol menghadapi cucunya.

"Tolong izinkan Olan dan Lula menikah. Olan akan lakukan apapun untuk menyenangkan hati kakek," rayu Olan.

Olan memegang tangan Kakeknya.

"Mengembangkan perusahaan? memiliki banyak anak? bekerja sungguh-sungguh? belajar dunia bawah tanah? Olan akan lakukan semua, asal kakek izinkan Olan menikahi Lula, Kek!" lanjut Olan memelas.

"Kamu sudah termakan tipu daya wanita ini, Olan! Sadarlah!" pekik kakek Hanu benar-benar sudah sangat marah mendengar keinginan Olan.

"tidak, Kek! Olan benar-benar mencintai Lula, Kek!" jawab Olan memelas.

"JANGAN MEMPERMALUKAN KELUARGA! KAKEK TIDAK AKAN MEMBIARKAN PEWARIS KELUARGA ANTAMA LAHIR DARI RAHIM KOTOR ANAK HARAM SEORANG PELACUR. CAMKAN ITU OLAN!" teriak Kakek Hanu.

Jedar!

Kakek Hanu kemudian pergi dari kosan sempit itu setelah berteriak.

Meninggalkan dua manusia yang tengah terpaku karena ucapan kasar kakek Hanu.

Kata-kata kakek Hanu menyadarkan Lula dimana letak posisinya yang seharusnya.

Seperti petir disiang bolong, tapi petir itu mampu memporak-porandakan hidup Lula.

Sesak dan sakit sekali hinaan yang dilontarkan oleh Kakek dari seseorang yang sangat dicintainya.

Lula sudah terbiasa dengan hinaan dan cacian yang dialaminya sejak kecil, tapi ini jauh berkali-kali lipat sakitnya daripada hinaan tetangganya dulu.

Entah karena hinaannya atau karena kenyataan bahwa dia tidak akan bisa bersama dengan Olan yang membuat hatinya seakan tersayat-sayat.

Melihat sang kekasih berurai air mata, Olan langsung mendekat dan memeluk Lula dengan erat.

Olan mengusap punggung bergetar Lula dengan penuh kasih dan juga rasa bersalah.

"Maafkan Kakekku ya, nanti aku akan bicara kembali pada Kakek. Kamu tenang saja," kata Olan menenangkan Lula.

"Tidak usah menghiburku dengan harapan palsumu, Olan!" kata Lula.

"Apa maksudmu, Lula?" tanya Olan.

Olan terkejut sambil melonggarkan pelukannya dan memandang wajah kekasihnya itu.

"Kita tidak akan pernah bersatu, Olan. Mengertilah! Kakekmu benar, aku tidak pantas mendampingimu! aku hanya seorang anak haram yang lahir dari wanita malam tanpa tau siapa ayahnya!" ketus Lula.

Dengan suara meningginya, Lula mengulangi kata-kata kakek Hanu.

Olan menggeleng, "Stop Lula, aku menerima itu semua dan itu bukan salah mu! Jangan berfikir—"

"Berfikir apa? memang kenyataannya aku tidak pantas untukmu. Aku seperti punuk yang merindukan bulan. Kau terlalu tinggi untuk digapai manusia hina sepertiku!" kata Lula dengan nada tingginya dengan air mata yang berurai.

Lula terlalu emosional karena terlalu banyak yang dia pikirkan saat ini.

Keadaan ibunya yang sudah di ujung tanduk dan juga penghinaan kakek Hanu secara tiba-tiba.

Olan tak lagi menjawab Lula yang tengah diliputi amarah.

Olan merengkuh Lula dalam pelukannya walaupun Lula terus berontak melepaskan diri.

Olan sangat sedih karena ini kali pertamanya Olan dan Lula bertengkar cukup hebat.

Sebelumnya setiap ada masalah selalu berakhir dengan kepala dingin dan saling evalusi diri agar lebih baik.

Hal itu yang selalu menenangkan hati Olan dan membuat Olan jatuh cinta pada Lula dari jaman kuliah.

Olan dan Lula sudah berpacaran selama empat tahun terakhir.

Olan sangat mencintai Lula, begitupun dengan Lula.

Bagi Olan, Lula adalah satu-satunya wanita yang membuatnya jatuh cinta.

Pria dingin dengan berjuta kharisma yang membuatnya menjadi idola kampus, namun lebih memilih bersama gadis kupu-kupu.

Karena Lula hanya kuliah pulang kuliah pulang, tak pernah bermain dengan teman lain.

"Tenanglah, serahkan semuanya padaku! aku akan berjuang agar bisa bersatu denganmu! kamu cukup berdiri ditempatmu dan aku akan datang menjemputmu! jangan kemana-mana!" kata Olan.

Suara lembut Olan sambil memeluknya, membuat Lula sedikit tenang.

"Jangan menjanjikan sesuatu yang sulit kamu lakukan Olan, karena itu akan memupuk harapanku!" kata Lula pelan tapi menyaratkan sebuah luka.

"Aku yakin—" jawab Olan terputus.

Lula membalikkan badannya, "Stop Olan! Jangan melambungkan harapanku sampai ke Langit. Aku takut jika terjatuh, aku tak akan bisa bangkit lagi. Pergilah!".

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Viala La
aku tidak bisa menyalahkan kakeknya Olan..wajar dia tidak setuju, tapi kasihan lula
goodnovel comment avatar
Baby Yangfa
bab 1 aja udah sedih banget
goodnovel comment avatar
Rifatul Mahmuda
part 1nya udah bikin nyesek
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status