Ketua preman itu menatap Olan dengan seringai menjijikan sambil melepaskan celananya.
Kejadian itu membuat amarah Olan berkobar dan terus berontak berharap bisa lepas dan menghajar pria kurang ajar itu.Kemudian laki-laki itu berjalan dalam keadaan yang sudah tidak menggunakan celana mendekati Lula.Dan menggunting semua pakaian Lula.Pakaian itu lepas hingga seluruh tubuh Lula dapat dilihat oleh lima laki-laki berbadan besar itu, sambil menelan air liurnya sendiri.Olan menutup mata sambil menahan amarah dan terus berontak.Lula pun menutup matanya yang tak henti mengeluarkan air matanya sambil berontak dan berharap sebuah pertolongan."Wah, sangat ranum sekali!" kata laki-laki itu dan mulai mengambil kesucian gadis itu.Kejadian demi kejadian selanjutnya pun tak terelakkan bersama dengan ribuan air mata Lula yang jatuh.Kelima orang itu dengan bejadnya menuntaskan hasrat mereka di depan mata Olan.Lula hancur, tubuh Lula remuk redam, kesuciannya ternoda dan direnggut paksa, harga dirinya diinjak-injak.Ruangan sempit 6 x 6 itu menjadi saksi bisu sebuah ketidakberdayaan seorang gadis tanpa ayah dan ibu.Tanpa tau alasannya, tanpa tau penyebabnya, Lula harus menanggung kesakitan yang luar biasa ditubuhnya juga kehancuran yang begitu besar dihidupnya.Di ambang kesadarannya Lula menoleh pada Olan dan melihat ekspresi marah, sedih, hancur pada mata Olan.Dan berakhir Lula menutup matanya.Bugh!Lula pingsan karena sakit yang teramat sangat mendera tubuhnya.
Olan yang melihat tatapan hancur Lula yang dilayangkan padanya membuatnya seperti berada direruntuhan bagunan tinggi yang menghujaminya dengan batuan besar.Terlebih kala melihat Lula menutup matanya.Sekuat tenaga, Olan terus berontak walaupun tangan kaki dan tubuhnya sudah banyak mengeluarkan darah akibat gesekan berjam-jam.Sayangnya, Olan merasakan pukulan yang teramat keras ditengkuk lehernya dan semuanya menjadi gelap.******Begitu sadar, pria itu sudah berada di ruangan putih dengan pergelangan tangannya sudah diperban.Selang infus kini menancap dipunggung tangannya.
Olan langsung melepas infus itu secara paksa dan turun dari ranjang rumah sakit.Kebetulan saat Olan turun dari ranjangnya seorang suster masuk ke dalam kamarnya dan terkejut melihat ulah Olan."Tuan, Anda tidak boleh seperti ini," kata suster itu."Dimana gadis yang datang bersama saya!" jawab Olan dingin."Tenang saja tuan, sedang diperiksa oleh dokter di sebelah." jawab suster itu.Olan langsung berlari keluar ruangannya dan menuju ke ruang sebelah yang dikatakan oleh suster.Saat Olan masuk ke ruangan Lula, dokter tengah membereskan alat setelah berusaha menyelamatkan nyawa Lula yang baru saja melakukan percobaan bunuh diri.Darah bercecer dimana-mana dan jas putih dokter itupun juga banyak darah pun dengan baju Lula."Dok, ada apa ini?" kata Olan mendekat."Maaf, Tuan, apa anda ini—?" tanya dokter itu terputus.Dokter bingung bagaimana menanyakan apakah Olan pelaku pelecehan."Bukan, saya pacarnya. Dan kekasih saya di perkosa, Dok." jawab Olan."Hanya itu saja? Apa Anda di lokasi kejadian?" kata dokter itu."Iya, saya diikat dan mereka merudapaksa kekasih saya sampai pingsan lalu saya dipukul sampai pingsan!" jawab Olan pada dokter itu dan mendekat."Pasien mengalami depresi, Pak. Dia melakukan percobaan bunuh diri yang sangat mengerikan," kata dokter kemudian menjelaskan.Jarum Infus yang panjang itu Lula gunakan untuk memutus urat nadinya dipergelangan jangan hingga darah muncrat-muncrat.Namun tidak berhasil karena dokter lebih dulu masuk dan menghalangi Lula melanjutkan aksinya.Olan hanya diam mendengar penuturan dokter itu."Lalu, Dok?" tanya Olan."Kekasih anda ini tidak hanya trauma akan kejadian itu, akan tetapi tekanan batin dalam hatinya karena kejadian itu dilihat langsung oleh kekasihnya mungkin, mengakibatkan dia mengalami depresi." jawab dokter itu.Jedar!Kata-kata dokter membuat Olan lemas seketika.Kenyataan bahwa para bajingan itu tidak hanya merenggut kesucian kekasihnya, harga diri kekasihnya, juga merenggut kewarasan kekasihnya membuat Olan begitu merasa tidak berguna sebagai kekasih."Lebih baik segera bawa ke rumah sakit jiwa saja, Pak. Di sana banyak psikolog atau psikiater untuk membantu penyembuhan kekasih anda!" kata dokter itu.Jelas Olan sangat terpukul.Dan Olan terdiam, kemudian menyetujui perintah dokter karena saat ini Lula sebatang kara.Olan tidak memiliki pilihan lain.Olan mencari rumah sakit jiwa yang tidak bisa dijangkau oleh Kakeknya.karena Olan tau, jika tidak ada yang bisa melakukan hal sejahat ini kecuali Kakeknya itu, hingga api amarah itu berkobar dalam mata Olan.Bagaimanapun, Olan sangat marah dengan Kakeknya.Lula selalu histeris dan selalu ketakutan melihat laki-laki tanpa terkecuali Olan.Dan hari itu, Olan mengirim Lula untuk menghuni bangkar rumah sakit jiwa di salah satu rumah sakit ternama di kota itu.Dia tak tahu apakah Lula akan sembuh? Yang jelas, dia harus segera menemui kakeknya segera!Dua tahun berlalu. Dan sayangnya, pria itu lupa untuk mengunjungi Lula.Karena sebuah ancaman Kakek Hanu yang akan menghabisi Lula jika Olan tetap menemuinya. Bahkan, Olan tidak tau jika Lula sudah dijemput di rumah sakit jiwa oleh orang tua kandungnya satu tahun lalu. Menjalani penyembuhan yang tidak mudah, dan ribuan kali percobaan bunuh diri telah Lula lakukan. Hingga akhirnya Lulan mulai stabil dan mendiami Mansion keluarga. "Sayang, Kamu sedang apa?" tanya seorang wanita paruh baya yang sangat anggun mendekati Lula yang tengah duduk di pinggir kolam. Lula menoleh dan tersenyum, "Hanya sedang menikmati sore, Mah!" Larasati, seorang wanita yang melahirkan Lula 27 tahun silam dirumah sakit sesaat sebelum lula diculik. "Kamu masih memikirkan laki-laki itu, Nak?" tanya Laras. Lula kini masih harus selalu dipantau karena disaat tertentu Lula bisa hilang akal lagi.Lula mengangguk, "Dia tidak pernah menemui Lula, Mah! Setelah semua yang terjadi dalam diri Lula. Lula memang kotor
Teriakan Laras menggema di kamar berantakan itu karena melihat Lula mengiris pergelangan tangannya sendiri. Bemo langsung berlari dan menggendong Lula menuju rumah sakit. Membawa mobilnya dengan membabi buta. Beruntung Bemo cepat sampai ke rumah sakit. Sehingga Lula berhasil diselamatkan, karena penanganan yang cepat dan juga tidak terlalu dalam, mungkin karena menggores dengan sebuah kaca. Laras dan Bemo bernafas lega. Dan malam itu, mereka menginap di rumah sakit sambil membayangkan kekasih putrinya tengah melakukan pernikahan di hotel mewah. Berita itu disorot oleh berbagai media dan menjadi tranding topik, karena banyak yang bertanya-tanya siapa gerangan penakluk hati CEO dingin dan kejam itu. Pernikahan dari dua kerajaan bisnis dua terpopuler di tanah air. Begitu banyak komen positif yang menyanjung pasangan baru itu di media sosial, hal itu membuat Bemo marah. Putrinya terbujur menderita sedangkan mereka bahagia, "Mereka yang menghancurkan putriku, harus hancur, Mah!" g
Jantung Olan berdetak sangat kencang tidak seperti biasanya, menatap wanita yang masih mendiami hatinya. Menelan ludah berat. Matanya tak bisa berpaling sedikitpun dari wanita itu. Wanita yang selama tiga tahun menghantuinya di setiap tidur. Dan kini, menjelma menjadi wanita cantik, sexy, dan cerdas. Sepanjang acara Olan tidak sedikitpun bisa fokus pada materinya, dan lebih fokus mengamati Lula yang sangat mempesona. Saat Lula berdiri memaparkan proyek yang dia tawarkan dengan kemampuan bicara dan kecantikannya membius semua orang di ruangan ini. "Kecantikan dan kecerdasan CEO Sefaca Company yang terkenal itu ternyata nyata!" kata David, kolega bisnis yang menyikut pinggang Olan. Olan hanya diam dan mengangguk. Menatap wanita yang sangat dia rindukan sejak tiga tahun silam. Wanita yang tak bisa Olan temui karena ancaman Kakek, Olan tak mau membuat Lula semakin menderita karenanya. Maka dari itu Olan meredam keinginannya untuk menyelamatkan Lula dari tangan Kakeknya yang keja
Namun, Olan tidak peduli. Dia justru menjadikan Rana sebagai pelampiasan amarah dan gairahnya.Baginya, Ranalah yang telah membuatnya hancur. Pria itu seolah lupa bahwa dirinya sendiri tidak berdaya menghadapi Kakeknya. Alih-alih berjuang, Olan justru mengikuti perintah sang Kakek untuk menjauhi Lula."Arghhhh, Lula!" erang Olan di ujung pelepasannya sambil meneriakkan nama sang pemilik hati. Seketika, air mata Rana keluar. Hatinya yang hancur berkeping-keping. Sejak itu, Sstiap kali berhubungan tubuh, Olan selalu membayangkan wanita lain. Selalu meneriakkan nama wanita lain saat ada di ujung pelepasannya. Dan setelahnya, Olan akan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Meninggalkan Rana yang tergolek dengan lelehan air mata yang tak sedikitpun mengetuk hati Olan. ****Cklek! Suara pintu kamar mandi dibuka. Rana tau betul jika sebentar lagi suaminya akan keluar dari kamar. Dan benar setelah itu Olan kembali membuka pintu kamar dan membantingnya. Hingga Rana te
Prok! Prok! Prok! "Anak Papah memang hebat!" puji Papa Bemo yang baru keluar dari dalam ruang kerjanya. "Aaaaa ... Papaku terbaik!" pekik Lula berlari menuju Papanya yang sudah merentangkan tangan. Lula kemudian menerjang pelukan Papanya dengan penuh kesenangan karena hatinya sedang membuncah. Mama Laras mau tak mau, suka tak suka kini hanya bisa berdoa dan mendukung putrinya. Melihat Lula tertawa cerah dengan binar bahagia yang nyata membuat Mama Laras kini tidak tega untuk menentang keinginan Lula. "Wah, Kita haru merayakan ini sayangku!" kata Papa Bemo. Lula dan Mama Laras mengangguk menjawab ucapan Papa Bemo karena mereka juga sangat senang dan ingin merayakan keberhasilan dan kesenangan itu. Dan Malam itu juga, keluarga Sefaca pergi privat dinner untuk merayakan keberhasilan putri mereka di sebuah hotel mewah. Malam itu mereka habiskan dengan penuh suka cita.***Keesokan harinya, Lula turun dari kamarnya dengan dress ketat waran maroon dipadukan dengan blazer warna crea
Perkataan Lula bagaikan petir yang menyambar telak ujung dadanya. Ada rasa sakit dan tidak terima di ujung hati David mendengar kenyataan yang Lula lontarkan. Harapannya seolah hancur seketika. David kemudian beranjak menuju mobilnya dengan dada yang berkecamuk, bertanya dengan hatinya sendiri apakah mampu menerima masa lalu Lula. Lula wanita yang terlihat sangat sempurna di mata David. Nyatanya menyimpan kesakitan yang luar biasa dalam hidupnya. "Apa kiranya yang membuatnya masuk ke rumah sakit jiwa? Apa dia mengalami pemerkosaan?" gumam David sambil menjalankan mobilnya. Otaknya kini hanya memikirkan tentang Lula. Dan hatinya yang tak karuan membuat David memilih mengejar mobil Lula yang baru saja pergi. Hingga David menepikan mobil dan menggiring Lula untuk menepikan juga, David terus merepet mobil Lula sampai di pinggi jalan. Kemudian keluar dari mobilnya dan mengetuk kaca mobil L
Hari yang Lula tunggu akhirnya datang juga. Selama hampir dua minggu, Lula, David dan Olan tidak saling bertemu karena tidak ada pembahasan Mega proyek yang mereka kerjakan. Semua melalui asisten pribadinya. Dan hari ini, mereka bertiga harus berangkat ke luar kota untuk meninjau proyek dan lokasi secara langsung. Karena ada pihak investor dari luar negri yang datang untuk melihat sejauh mana proyek mereka. Lula berangkat dengan supir Papa Bemo. "Apa pilihanku sudah benar?" batin Lula. Lula sudah membulatkan tekadnya, tak akan lagi goyah dengan dua pria itu. David maupun Olan, entah mereka berdua akan tersakiti bersama, Lula menguatkan tekad melanjutkan rencananya. "Terima kasih, Pak! Bapak boleh istirahat di kamar bapak!" kata Lula saat akan turun. Kebetulan pertemuan ada di Ballroom hotel tempat mereka semua menginap. Lula menegakkan kepalanya dan berjalan menuju Ballroom
Suara Lula mampu membuat David semakin bersemangat mengabsen dan berperang dengan lidah kaku Lula. Terasa syahdu. Decapan mereka berdua bersahutan dan diselingi desahan Lula, "Ahh!" Dan David cukup mengerti Lula yang memiliki trauma, sehingga tangannya hanya akan mengusap tengkuk Lula pelan.Lula yang merasakan usapan itu semakin terbuai dengan ciuman David. Hingga matanya terbuka sedikit dan melihat Olan yang sejak tadi melihat mereka dari halaman Hotel, akhirnya memasuki Lobi.Kemudian Lula melepaskan ciuman itu dengan nafas naik turun. David menatap Lula dengan tatapan dalam penuh protes, namun Lula tersenyum tipis dan kembali mengambil pizza untuk dia kunyah. "Kejam sekali! Lagi enak-enaknya juga!" gerutu David pelan. Sontak Lula tertawa mendengar gerutuan itu, "Buka mulutmu, Dav!" katanya sambil menyuapkan pizza yang baru saja dia gigit. David menurut dan menggigit pizza itu sambil bermuka m