Namun, Olan tidak peduli. Dia justru menjadikan Rana sebagai pelampiasan amarah dan gairahnya.Baginya, Ranalah yang telah membuatnya hancur. Pria itu seolah lupa bahwa dirinya sendiri tidak berdaya menghadapi Kakeknya. Alih-alih berjuang, Olan justru mengikuti perintah sang Kakek untuk menjauhi Lula."Arghhhh, Lula!" erang Olan di ujung pelepasannya sambil meneriakkan nama sang pemilik hati. Seketika, air mata Rana keluar. Hatinya yang hancur berkeping-keping. Sejak itu, Sstiap kali berhubungan tubuh, Olan selalu membayangkan wanita lain. Selalu meneriakkan nama wanita lain saat ada di ujung pelepasannya. Dan setelahnya, Olan akan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Meninggalkan Rana yang tergolek dengan lelehan air mata yang tak sedikitpun mengetuk hati Olan. ****Cklek! Suara pintu kamar mandi dibuka. Rana tau betul jika sebentar lagi suaminya akan keluar dari kamar. Dan benar setelah itu Olan kembali membuka pintu kamar dan membantingnya. Hingga Rana te
Prok! Prok! Prok! "Anak Papah memang hebat!" puji Papa Bemo yang baru keluar dari dalam ruang kerjanya. "Aaaaa ... Papaku terbaik!" pekik Lula berlari menuju Papanya yang sudah merentangkan tangan. Lula kemudian menerjang pelukan Papanya dengan penuh kesenangan karena hatinya sedang membuncah. Mama Laras mau tak mau, suka tak suka kini hanya bisa berdoa dan mendukung putrinya. Melihat Lula tertawa cerah dengan binar bahagia yang nyata membuat Mama Laras kini tidak tega untuk menentang keinginan Lula. "Wah, Kita haru merayakan ini sayangku!" kata Papa Bemo. Lula dan Mama Laras mengangguk menjawab ucapan Papa Bemo karena mereka juga sangat senang dan ingin merayakan keberhasilan dan kesenangan itu. Dan Malam itu juga, keluarga Sefaca pergi privat dinner untuk merayakan keberhasilan putri mereka di sebuah hotel mewah. Malam itu mereka habiskan dengan penuh suka cita.***Keesokan harinya, Lula turun dari kamarnya dengan dress ketat waran maroon dipadukan dengan blazer warna crea
Perkataan Lula bagaikan petir yang menyambar telak ujung dadanya. Ada rasa sakit dan tidak terima di ujung hati David mendengar kenyataan yang Lula lontarkan. Harapannya seolah hancur seketika. David kemudian beranjak menuju mobilnya dengan dada yang berkecamuk, bertanya dengan hatinya sendiri apakah mampu menerima masa lalu Lula. Lula wanita yang terlihat sangat sempurna di mata David. Nyatanya menyimpan kesakitan yang luar biasa dalam hidupnya. "Apa kiranya yang membuatnya masuk ke rumah sakit jiwa? Apa dia mengalami pemerkosaan?" gumam David sambil menjalankan mobilnya. Otaknya kini hanya memikirkan tentang Lula. Dan hatinya yang tak karuan membuat David memilih mengejar mobil Lula yang baru saja pergi. Hingga David menepikan mobil dan menggiring Lula untuk menepikan juga, David terus merepet mobil Lula sampai di pinggi jalan. Kemudian keluar dari mobilnya dan mengetuk kaca mobil L
Hari yang Lula tunggu akhirnya datang juga. Selama hampir dua minggu, Lula, David dan Olan tidak saling bertemu karena tidak ada pembahasan Mega proyek yang mereka kerjakan. Semua melalui asisten pribadinya. Dan hari ini, mereka bertiga harus berangkat ke luar kota untuk meninjau proyek dan lokasi secara langsung. Karena ada pihak investor dari luar negri yang datang untuk melihat sejauh mana proyek mereka. Lula berangkat dengan supir Papa Bemo. "Apa pilihanku sudah benar?" batin Lula. Lula sudah membulatkan tekadnya, tak akan lagi goyah dengan dua pria itu. David maupun Olan, entah mereka berdua akan tersakiti bersama, Lula menguatkan tekad melanjutkan rencananya. "Terima kasih, Pak! Bapak boleh istirahat di kamar bapak!" kata Lula saat akan turun. Kebetulan pertemuan ada di Ballroom hotel tempat mereka semua menginap. Lula menegakkan kepalanya dan berjalan menuju Ballroom
Suara Lula mampu membuat David semakin bersemangat mengabsen dan berperang dengan lidah kaku Lula. Terasa syahdu. Decapan mereka berdua bersahutan dan diselingi desahan Lula, "Ahh!" Dan David cukup mengerti Lula yang memiliki trauma, sehingga tangannya hanya akan mengusap tengkuk Lula pelan.Lula yang merasakan usapan itu semakin terbuai dengan ciuman David. Hingga matanya terbuka sedikit dan melihat Olan yang sejak tadi melihat mereka dari halaman Hotel, akhirnya memasuki Lobi.Kemudian Lula melepaskan ciuman itu dengan nafas naik turun. David menatap Lula dengan tatapan dalam penuh protes, namun Lula tersenyum tipis dan kembali mengambil pizza untuk dia kunyah. "Kejam sekali! Lagi enak-enaknya juga!" gerutu David pelan. Sontak Lula tertawa mendengar gerutuan itu, "Buka mulutmu, Dav!" katanya sambil menyuapkan pizza yang baru saja dia gigit. David menurut dan menggigit pizza itu sambil bermuka m
Desahan Lula dengan menyebut nama orang lain itu mampu menghentikan aktifitas Olan. "Lula! Teriakan namaku, bukan nama laki-laki lain!" pekik Olan marah. Dan tanpa menunggu jawaban Lula yang menatapnya dengan mata merah Olan kembali menyesap tulang selangka Lula. Gaunnya yang tidak memiliki lengan di satu sisi membuat tulang selangka Lula menonjol dan menggoda Olan. Lula sekuat pikirannya berontak namun tubuhnya tetap merespon apa yang Olan lakukan. "Ahhh, aku milik David!" desah Lula. Olan menulikan pendengarannya dan semakin menyesap hingga turun ke tulang belikat. Cklek! "BAJINGAN!" teriak David yang menerjang Olan setelah membuka pintu kamar Olan. David yang tidak melihat Lula langsung berlari menuju resepsionis meminta kunci kamar Olan. Namun tidak diberikan dengan alasan privasi. Hingga akhirnya David menyeret petugas untuk ikut memastikan. Dan benar dugaaan.
"Papah" pekik Lula menghambur memeluk Bemo, "Kenapa bisa ada disini?" Papa Bemo memeluk Lula dengan erat, "Kamu baik-baik, saja? Papa langsung terbang dengan helikopter saat mendengar kamu—" Bemo menghentikan ucapannya takut memicu depresi putrinya. Bemo yang memang sangat khawatir langsung berangkat. Dalam perjalanan bisnis, rasanya sangat tidak lucu jika Lula kembali tantrum. "Masuk dulu, Om!" kata David sambil menyalami Bemo. Papa Bemo tersenyum tipis menatap David, "Terima kasih banyak, Tuan Robinson, sudah menyelamatkan putri saya!" "Iya, Om! Sudah kewajiban saya melindungi, Lula!" jawab David. Dan Lula menggandeng tangan sang Papa untuk masuk ke dalam kamar David. "Sayang, Jangan kurang ajar dengan Tuan Robinson!" kata Bemo lirih. Lula kemudian tersenyum, "Tidak apa, Pa! ya kan, Dav?" tanya Lula pada David. Davis tersenyum sambil mengusap puncak kepala Lula, "Iya Sayan
“MANTAN KEKASIH! Camkan itu, Olan!" jawab David dengan aura permusuhan yang kental. David mendekatkan wajahnya pada Olan. "Ini kali terakhir kebaikanku sebagai teman, Olan! Setelah ini, jika kau masih macam-macam dengan kekasihku, Aku tidak akan perduli kamu temanku atau bukan!" desis Olan dengan tatapan tajam. Olan hanya menatap mata David dengan tatapan datar. David tau Olan menahan gejolak hatinya karena telah dia rendahkan. David berdiri dan berbalik, "Lepaskan dia, Pak!" singkatnya kemudian beranjak pergi meninggalkan Olan dan dua petugas keamanan itu. David kembali ke kamarnya untuk segera bersiap kembali ke kotanya malam itu juga. David tak ingin terlambat datang menemui calon mertuanya besok. Sedangkan Olan yang ditinggalkan begitu saja, menatap kepergian David dengan kebencian. Hatinya terbakar dengan ucapan David.Kenyataan jika David tau dirinya adalah mantan kekasih Lula me