Desahan Lula dengan menyebut nama orang lain itu mampu menghentikan aktifitas Olan.
"Lula! Teriakan namaku, bukan nama laki-laki lain!" pekik Olan marah.Dan tanpa menunggu jawaban Lula yang menatapnya dengan mata merah Olan kembali menyesap tulang selangka Lula.Gaunnya yang tidak memiliki lengan di satu sisi membuat tulang selangka Lula menonjol dan menggoda Olan.Lula sekuat pikirannya berontak namun tubuhnya tetap merespon apa yang Olan lakukan."Ahhh, aku milik David!" desah Lula.Olan menulikan pendengarannya dan semakin menyesap hingga turun ke tulang belikat.Cklek!"BAJINGAN!" teriak David yang menerjang Olan setelah membuka pintu kamar Olan.David yang tidak melihat Lula langsung berlari menuju resepsionis meminta kunci kamar Olan.Namun tidak diberikan dengan alasan privasi.Hingga akhirnya David menyeret petugas untuk ikut memastikan.Dan benar dugaaan."Papah" pekik Lula menghambur memeluk Bemo, "Kenapa bisa ada disini?" Papa Bemo memeluk Lula dengan erat, "Kamu baik-baik, saja? Papa langsung terbang dengan helikopter saat mendengar kamu—" Bemo menghentikan ucapannya takut memicu depresi putrinya. Bemo yang memang sangat khawatir langsung berangkat. Dalam perjalanan bisnis, rasanya sangat tidak lucu jika Lula kembali tantrum. "Masuk dulu, Om!" kata David sambil menyalami Bemo. Papa Bemo tersenyum tipis menatap David, "Terima kasih banyak, Tuan Robinson, sudah menyelamatkan putri saya!" "Iya, Om! Sudah kewajiban saya melindungi, Lula!" jawab David. Dan Lula menggandeng tangan sang Papa untuk masuk ke dalam kamar David. "Sayang, Jangan kurang ajar dengan Tuan Robinson!" kata Bemo lirih. Lula kemudian tersenyum, "Tidak apa, Pa! ya kan, Dav?" tanya Lula pada David. Davis tersenyum sambil mengusap puncak kepala Lula, "Iya Sayan
“MANTAN KEKASIH! Camkan itu, Olan!" jawab David dengan aura permusuhan yang kental. David mendekatkan wajahnya pada Olan. "Ini kali terakhir kebaikanku sebagai teman, Olan! Setelah ini, jika kau masih macam-macam dengan kekasihku, Aku tidak akan perduli kamu temanku atau bukan!" desis Olan dengan tatapan tajam. Olan hanya menatap mata David dengan tatapan datar. David tau Olan menahan gejolak hatinya karena telah dia rendahkan. David berdiri dan berbalik, "Lepaskan dia, Pak!" singkatnya kemudian beranjak pergi meninggalkan Olan dan dua petugas keamanan itu. David kembali ke kamarnya untuk segera bersiap kembali ke kotanya malam itu juga. David tak ingin terlambat datang menemui calon mertuanya besok. Sedangkan Olan yang ditinggalkan begitu saja, menatap kepergian David dengan kebencian. Hatinya terbakar dengan ucapan David.Kenyataan jika David tau dirinya adalah mantan kekasih Lula me
"M—mas! Kamu disana?" gumam Rana sambil sebisa mungkin menutupi di kembar dan bagian bawahnya. Olan hanya menyeringai melihat Rana, kemudian mengambil segelas air putih. Dengan dada telanjang dan celana panjang yang dia gunakan. Olan tampak fresh setelah mandi dengan rambut yang basah, membuat Rana salah tingkah. Rana kemudian berbalik berkata apapun dan naik ke kamarnya untuk segera membersihkan diri dan tidur. Tidak perduli dengan ucapan dan seringai sang suami. ****Keesokan harinya David sampai di lapangan golf satu jam sebelum janji temu dengan Papa Bemo. Lengkap dengan stylenya saat olahraga golf dengan stick kesayangannya. Dan ternyata, Papa Bemo juga datang satu jam sebelumnya, dan hanya berbeda lima menit dengan David."Sudah datang?" tanya Papa Bemo mendekati David yang masih duduk di gazebo. David menoleh, "Loh, Sudah Om! Om juga sudah datang?" tanyanya sambil berdi
Mom Selin terpekik sambil menggebrak meja penuh emosi. "Kau bercanda, Dav?" kata Mom Selin dengan penuh penekanan. David hanya mengangguk, "Serius, David hanya ingin menikahi dia, Mom!" tegas David. Mom Selin terduduk kembali di kursinya dengan dada yang naik turun. "Kurang ajar, Tua bangka itu!" desisnya. David menyadari jika Momnya pasti menginginkan yang terbaik untuk putra semata wayangnya. Namun, David merasa hatinya sudah berlabuh pada gadis malang itu. David kemudian berdiri dan duduk di lantai di depan Mom nya, memegang tangan bergetar wanita yang sangat dia sayangi itu. "Dav, tidak ingin berbohong dengan Mom! Maafkan Dav, Mom! Dav mencintai gadis malang itu!" lirihnya sambil merebahkan kepalanya pada paha Mommy Selin. Tangan Mommy Selin kemudian terulur dan mengusap kepala sang putra. Putranya yang kini memohon demi memiliki seorang gadis untuk mendampinginya. "Dav
Lula yang kebetulan turun dari kamarnya terpaku dengan ucapan Mom Selin hingga tanpa sadar menjatuhkan ponselnya. Semua mata sontak menatap Lula yang hanya memakai yang tang top dan celana pendek. "La!" gumam David terkejut. "Hmm, Eh ... M—maaf!" kata Lula berbalik dan kembali ke kamarnya. Kini di ruang tamu, semuanya diam. "Biarkan Lula keluar dengan pakaian lebih sopan, dan kita dengar jawabannya atas lamaranmu, Selin!" jawab Mama Laras. Mom Selin mengangguk, "Semoga mereka bisa segera menikah!" Mama Laras tersenyum dan detik berikutnya Lula sudah keluar dengan dress rumahan putih lebih sopan. Justru dress rumahan itu membuat Lula terlihat sangat cantik. Kulit susunya yang berbahaya karena baju putih itu kalah membuat David semakin tak kuasa melihat pesona Lula. Lula seperti bidadari yang turun dari kayangan. "M_maaf, Saya tidak tau jika ada tamu!" kata Lula sambil menundu
Ekspresi wajah Lula tampak berbeda Setelah mendengar ucapan Mom Selin. Hatinya berkecamuk akibat otaknya yang berisik. Berbagai pemikiran masuk ke dalam otaknya dengan kurang ajar. Membuat Lula merasa rendah diri dan mengingat banyak kekurangan yang ada pada dirinya. "Sayang, Kamu kenapa?" tanya Mom Selin. Lula menoleh dengan cepat dengan terkejut, "T—tidak, Mom!" Mom Selin tersenyum, "Jangan berfikir yang tidak-tidak, Sayang! Mom hanya mau kamu tidak terganggu sampai acara pernikahan berlangsung!" jelasnya. Lula melihat ekspresi Mom Selin dengan intens, mencari kebohongan dari kata-kata calon mertuanya itu. Namun Lula tak menemukannya. Lula tersenyum sambil mengangguk, "Maaf, Mom! Lula berfikir tak pantas bersanding dengan Dav—" Belum selesai bicara,Mom Selin langsung memotong ucapan Lula, "Bicara apa kamu, Lula! Kamu sangat pantas, Mom bersyukur bertemu denganmu!" kata Mom Selin cep
Satu minggu berlalu setelah pertemuan Lula dengan Mom Selin. Selama satu minggu juga, Lula mengikuti treatment dan acara tradisional yang disiapkan Mamanya. Mama Laras yang asli Jawa, membuatnya harus dipingit dan semua tugasnya dipegang oleh sang asisten pribadi. Dan kini hari dimana dirinya akan segera menyandang status baru. Jantung Lula berdebar. Sekaligus penuh kekhawatiran dan kecemasan karena seminggu ini tak ada kabar dari David. Lula takut jika David tidak menepati janjinya. Sedang berita pernikahan mereka sudah bocor dan ramai di media hingga menjadi tranding topik. "Semua akan baik-baik saja, Sayang!" lirih Mama Laras. Sontak Lula menoleh, "Ma!"Mama Laras tersenyum, "Ayo kita turun, Nak!" ucapnya diikuti Mom Selin di belakangnya, "Cantiknya putriku ini!"Lula melebarkan matanya mendengar suara Mom Selin, "Mom!""Iya, Sayang! Ayo turun bersama Mom dan Mamam
Rana terpaku di depan pintu dengan air mata yang terus meluncur bebas. Perkataan pedas Olan beberapa saat lalu membuat hatinya sakit. Dengan botol yang di lempar dan membentur pintu hingga pecah, membuat Rana tak punya keberanian lagi untuk bersuara. "Apa sebegitu tidak berartinya aku, Mas?" lirih Rana hampir tak terdengar. "Apa keperawananku yang kau ambil adalah bukti kejalanganku?" batinnya lagi. Hatinya tersayat dengan ucapan dan tingkah suaminya. ******Berbeda suasana dengan di Ballroom hotel yang sampai malam masih saja ramai dari rekan bisnis kedua perusahaan itu. "Kamu capek, Sayang?" tanya David pelan. Lula menggeleng, "Tidak, Dav!""Jangan terpengaruh dengan Olan, aku tidak akan pernah membiarkan dia mendekatimu, Sayang!" lirihnya. Lula tersenyum dan mengangguk. Sejujurnya Lula merasa takut melihat sorot mata Olan. Belum lagi dua minggu ini seola