"M—mas! Kamu disana?" gumam Rana sambil sebisa mungkin menutupi di kembar dan bagian bawahnya.
Olan hanya menyeringai melihat Rana, kemudian mengambil segelas air putih.Dengan dada telanjang dan celana panjang yang dia gunakan.Olan tampak fresh setelah mandi dengan rambut yang basah, membuat Rana salah tingkah.Rana kemudian berbalik berkata apapun dan naik ke kamarnya untuk segera membersihkan diri dan tidur.Tidak perduli dengan ucapan dan seringai sang suami.****Keesokan harinya David sampai di lapangan golf satu jam sebelum janji temu dengan Papa Bemo.Lengkap dengan stylenya saat olahraga golf dengan stick kesayangannya.Dan ternyata, Papa Bemo juga datang satu jam sebelumnya, dan hanya berbeda lima menit dengan David."Sudah datang?" tanya Papa Bemo mendekati David yang masih duduk di gazebo.David menoleh, "Loh, Sudah Om! Om juga sudah datang?" tanyanya sambil berdiMom Selin terpekik sambil menggebrak meja penuh emosi. "Kau bercanda, Dav?" kata Mom Selin dengan penuh penekanan. David hanya mengangguk, "Serius, David hanya ingin menikahi dia, Mom!" tegas David. Mom Selin terduduk kembali di kursinya dengan dada yang naik turun. "Kurang ajar, Tua bangka itu!" desisnya. David menyadari jika Momnya pasti menginginkan yang terbaik untuk putra semata wayangnya. Namun, David merasa hatinya sudah berlabuh pada gadis malang itu. David kemudian berdiri dan duduk di lantai di depan Mom nya, memegang tangan bergetar wanita yang sangat dia sayangi itu. "Dav, tidak ingin berbohong dengan Mom! Maafkan Dav, Mom! Dav mencintai gadis malang itu!" lirihnya sambil merebahkan kepalanya pada paha Mommy Selin. Tangan Mommy Selin kemudian terulur dan mengusap kepala sang putra. Putranya yang kini memohon demi memiliki seorang gadis untuk mendampinginya. "Dav
Lula yang kebetulan turun dari kamarnya terpaku dengan ucapan Mom Selin hingga tanpa sadar menjatuhkan ponselnya. Semua mata sontak menatap Lula yang hanya memakai yang tang top dan celana pendek. "La!" gumam David terkejut. "Hmm, Eh ... M—maaf!" kata Lula berbalik dan kembali ke kamarnya. Kini di ruang tamu, semuanya diam. "Biarkan Lula keluar dengan pakaian lebih sopan, dan kita dengar jawabannya atas lamaranmu, Selin!" jawab Mama Laras. Mom Selin mengangguk, "Semoga mereka bisa segera menikah!" Mama Laras tersenyum dan detik berikutnya Lula sudah keluar dengan dress rumahan putih lebih sopan. Justru dress rumahan itu membuat Lula terlihat sangat cantik. Kulit susunya yang berbahaya karena baju putih itu kalah membuat David semakin tak kuasa melihat pesona Lula. Lula seperti bidadari yang turun dari kayangan. "M_maaf, Saya tidak tau jika ada tamu!" kata Lula sambil menundu
Ekspresi wajah Lula tampak berbeda Setelah mendengar ucapan Mom Selin. Hatinya berkecamuk akibat otaknya yang berisik. Berbagai pemikiran masuk ke dalam otaknya dengan kurang ajar. Membuat Lula merasa rendah diri dan mengingat banyak kekurangan yang ada pada dirinya. "Sayang, Kamu kenapa?" tanya Mom Selin. Lula menoleh dengan cepat dengan terkejut, "T—tidak, Mom!" Mom Selin tersenyum, "Jangan berfikir yang tidak-tidak, Sayang! Mom hanya mau kamu tidak terganggu sampai acara pernikahan berlangsung!" jelasnya. Lula melihat ekspresi Mom Selin dengan intens, mencari kebohongan dari kata-kata calon mertuanya itu. Namun Lula tak menemukannya. Lula tersenyum sambil mengangguk, "Maaf, Mom! Lula berfikir tak pantas bersanding dengan Dav—" Belum selesai bicara,Mom Selin langsung memotong ucapan Lula, "Bicara apa kamu, Lula! Kamu sangat pantas, Mom bersyukur bertemu denganmu!" kata Mom Selin cep
Satu minggu berlalu setelah pertemuan Lula dengan Mom Selin. Selama satu minggu juga, Lula mengikuti treatment dan acara tradisional yang disiapkan Mamanya. Mama Laras yang asli Jawa, membuatnya harus dipingit dan semua tugasnya dipegang oleh sang asisten pribadi. Dan kini hari dimana dirinya akan segera menyandang status baru. Jantung Lula berdebar. Sekaligus penuh kekhawatiran dan kecemasan karena seminggu ini tak ada kabar dari David. Lula takut jika David tidak menepati janjinya. Sedang berita pernikahan mereka sudah bocor dan ramai di media hingga menjadi tranding topik. "Semua akan baik-baik saja, Sayang!" lirih Mama Laras. Sontak Lula menoleh, "Ma!"Mama Laras tersenyum, "Ayo kita turun, Nak!" ucapnya diikuti Mom Selin di belakangnya, "Cantiknya putriku ini!"Lula melebarkan matanya mendengar suara Mom Selin, "Mom!""Iya, Sayang! Ayo turun bersama Mom dan Mamam
Rana terpaku di depan pintu dengan air mata yang terus meluncur bebas. Perkataan pedas Olan beberapa saat lalu membuat hatinya sakit. Dengan botol yang di lempar dan membentur pintu hingga pecah, membuat Rana tak punya keberanian lagi untuk bersuara. "Apa sebegitu tidak berartinya aku, Mas?" lirih Rana hampir tak terdengar. "Apa keperawananku yang kau ambil adalah bukti kejalanganku?" batinnya lagi. Hatinya tersayat dengan ucapan dan tingkah suaminya. ******Berbeda suasana dengan di Ballroom hotel yang sampai malam masih saja ramai dari rekan bisnis kedua perusahaan itu. "Kamu capek, Sayang?" tanya David pelan. Lula menggeleng, "Tidak, Dav!""Jangan terpengaruh dengan Olan, aku tidak akan pernah membiarkan dia mendekatimu, Sayang!" lirihnya. Lula tersenyum dan mengangguk. Sejujurnya Lula merasa takut melihat sorot mata Olan. Belum lagi dua minggu ini seola
David langsung melumat bibir ranum istrinya setelah mendapat lampu hijau dengan lembut. Tak ingin menyakiti istrinya, David menyesap dan melumat dengan pelan. Sambil menikmati rasa yang sangat dia rindukan sejak terakhir kali di hotel saat itu. Nafas keduanya saling berkejaran. Tanpa Lula sadari David sudah membawanya duduk di ranjang keduanya. Ciuman itu terlepas dan David mulai beranjak menelusuri bukit menuju lembah sakral. David tidak menyia-nyiakan kesempatan dan bertekad memberikan service terbaik, agar Lula melupakan kejadian yang menimpanya tiga tahun lalu. Hingga David benar-benar terbuai dengan aset kembar Lula yang bulat, padat, berisi dan ranum. David terus melahap habis merah muda pada ujungnya, sambil sesekali meremas bulatan aset kenyal itu. Hingga David mendengar suara desahan Lula.David tak mau berhenti, mencari titik sensitif yang mampu membuat Lula terbang.
Karena gerak cepat Lula, dia terjatuh karena bagian pangkal paha nya yang terasa perih. Beruntung David telah lebih dulu menangkap tubuh istrinya. "Sepertinya istriku ini benar-benar ingin olahraga bersama!" gumam David. Sontak Lula memukul lengan suaminya dengan pelan, "Dasar mesum! Otak suamiku hanya berisi pangkal paha saja!" gerutunya. David pun tertawa dan menggendong sang istri menuju kamar mandi dan berniat untuk mandi bersama. "Tidak apa jika di otakku cuma pangkal paha istriku!" jawab David dengan santai. Lula hanya tersenyum memandang wajah suaminya yang sangat tampan. David menurunkan Lula di bath up dan mengisinya dengan air, sedangkan David berdiri dan menyalakan shower. David tidak yakin bisa menahan diri jika satu bath up dengan istrinya, bisa-bisa kejadian malam tadi kembali terjadi. Lula menikmati hangatnya air dengan aroma menenangkan sambil memandang tubuh maskulin penuh otot suaminya. "Suamiku sangat sexy," batinnya. Lula justru yang tertantang dan ingin
Jantung Lula seakan berdetak sangat kencang saat mengetahui gadis cantik, muda dan imut itu bernama Belle. "Mungkinkah ini Belle yang menelpon suamiku tadi?" batinnya. Lula diam seribu bahasa. "Maaf Bi Asih, istri saya sedang kelelahan, Kalau begitu kami pamit!" kata David kemudian menyeret Lula masuk. Villa sederhana itu terbuat dari kayu, tapi sangat indah dan rapi. "Kamu kenapa, Lula?" tanya David saat sampai di kamarnya. Lula menatap David dengan tajam, "Aku kenapa? Maksudmu?" "Kenapa tak menjawab sapaan Bi Asih dan Belle?" tanyanya. Lula menyeringai, "Belle? Kamu marah karena aku tidak menyapa Belle?" "Bi Asih dan Belle, Lula! kenapa kamu jadi sensitif dengan Belle!" kata David. Entah kenapa Lula sangat marah saat ini. Semakin dia berdebat dengan suaminya semakin dia marah karena suaminya seolah sedang membela Belle. Dan Lula memutuskan untuk masuk ke dalam k