David langsung melumat bibir ranum istrinya setelah mendapat lampu hijau dengan lembut.
Tak ingin menyakiti istrinya, David menyesap dan melumat dengan pelan.Sambil menikmati rasa yang sangat dia rindukan sejak terakhir kali di hotel saat itu.Nafas keduanya saling berkejaran.Tanpa Lula sadari David sudah membawanya duduk di ranjang keduanya.Ciuman itu terlepas dan David mulai beranjak menelusuri bukit menuju lembah sakral.David tidak menyia-nyiakan kesempatan dan bertekad memberikan service terbaik, agar Lula melupakan kejadian yang menimpanya tiga tahun lalu.Hingga David benar-benar terbuai dengan aset kembar Lula yang bulat, padat, berisi dan ranum.David terus melahap habis merah muda pada ujungnya, sambil sesekali meremas bulatan aset kenyal itu.Hingga David mendengar suara desahan Lula.David tak mau berhenti, mencari titik sensitif yang mampu membuat Lula terbang.Karena gerak cepat Lula, dia terjatuh karena bagian pangkal paha nya yang terasa perih. Beruntung David telah lebih dulu menangkap tubuh istrinya. "Sepertinya istriku ini benar-benar ingin olahraga bersama!" gumam David. Sontak Lula memukul lengan suaminya dengan pelan, "Dasar mesum! Otak suamiku hanya berisi pangkal paha saja!" gerutunya. David pun tertawa dan menggendong sang istri menuju kamar mandi dan berniat untuk mandi bersama. "Tidak apa jika di otakku cuma pangkal paha istriku!" jawab David dengan santai. Lula hanya tersenyum memandang wajah suaminya yang sangat tampan. David menurunkan Lula di bath up dan mengisinya dengan air, sedangkan David berdiri dan menyalakan shower. David tidak yakin bisa menahan diri jika satu bath up dengan istrinya, bisa-bisa kejadian malam tadi kembali terjadi. Lula menikmati hangatnya air dengan aroma menenangkan sambil memandang tubuh maskulin penuh otot suaminya. "Suamiku sangat sexy," batinnya. Lula justru yang tertantang dan ingin
Jantung Lula seakan berdetak sangat kencang saat mengetahui gadis cantik, muda dan imut itu bernama Belle. "Mungkinkah ini Belle yang menelpon suamiku tadi?" batinnya. Lula diam seribu bahasa. "Maaf Bi Asih, istri saya sedang kelelahan, Kalau begitu kami pamit!" kata David kemudian menyeret Lula masuk. Villa sederhana itu terbuat dari kayu, tapi sangat indah dan rapi. "Kamu kenapa, Lula?" tanya David saat sampai di kamarnya. Lula menatap David dengan tajam, "Aku kenapa? Maksudmu?" "Kenapa tak menjawab sapaan Bi Asih dan Belle?" tanyanya. Lula menyeringai, "Belle? Kamu marah karena aku tidak menyapa Belle?" "Bi Asih dan Belle, Lula! kenapa kamu jadi sensitif dengan Belle!" kata David. Entah kenapa Lula sangat marah saat ini. Semakin dia berdebat dengan suaminya semakin dia marah karena suaminya seolah sedang membela Belle. Dan Lula memutuskan untuk masuk ke dalam k
"Surprise!" pekik David. "Ha!" pekik Luka terkejut dan menoleh pada David, "Kamu menyiapkan semua ini?" tanyanya. David mendekat mengusap wajah istrinya itu dan berkata, "Ya, untuk wanita spesial dalam hidupku! Aku meminta Belle menyiapkan ini jauh-jauh hari!"Tanpa menjawab lagi, Lula langsung menyambar bibir suaminya. Meluapkan kebahagiaan dan kelegaannya dengan rasa yang dia alirkan lewat getaran pada suaminya. Tentu David menyambut dengan suka cita lumatan sang istri. Istrinya sangat menggemaskan jika tengah tersipu. "Ahh, Nikmat sayang!" lirih David di sela ciuman sang istri. Lula langsung memukul lengan David pelan sambil melepaskan ciuman itu dan David tertawa dengan lepas. "Kamu lucu sekali sayang kalau cemburu! Ternyata kamu sudah mencintai aku, ya!" goda David. "Gak!" jawab Lula meninggalkan David dan menuju ranjang di ujung kaca. David tersenyum dan hatinya berbung
"Bangsat!" "Kau jahat, Lula! Jahat!" teriak Olan kembali menggila setelah mengetahui keberangkatan honeymoon sang pujaan hati. Di belahan bumi dengan jarak ribuan mill, Olan tengah tercabik-cabik hatinya membayangkan Lula tengah membuka pahanya pada David. Sungguh, Olan tak bisa membayangkan itu. "Aku akan menyusul kalian, tunggu aku, Lulaku!" racau Olan kembali sambil terduduk di meja ruang tamu setelah menghancurkan seisi ruang tamu. Mengabaikan Rana yang tengah berlinang air mata.Menahan sakitnya hati di ujung pantry sambil menyaksikan suaminya menggila untuk wanita lain. "Mas, Apa dia begitu berharga untukmu? Apa tak ada ruang sedikitpun untukku, Mas?" batin Rana tersayat. Namun, wanita yang berstatus istri itu tak bisa berkutik, bahkan hanya untuk menegur suaminya. Rana hanya bisa melihat dan membiarkan hatinya semakin remuk redam, agar cintanya pada sang suami bisa hancur seiring dengan r
"Oke, Siapa takut!" jawab Lula dengan penuh candaan untuk mencairkan suasana. Dan David pun tersenyum, merasa gemas ingin mengigit hidung lancip istri kecilnya itu, "Hih, ternyata dibalik Bu CEO yang galak, tegas, dan sexy ini ternyata sangat menggemaskan!" "Au, Sakit tau!" timpal Lula. Dan mereka berdua tertawa kembali, sambil meneruskan acara mandi di sungai mereka.Keduanya saling membersihkan dan saling mencipratkan air, membuat suasana semakin hangat. Hingga akhirnya mereka selesai dan berjalan kembali menuju gubuk mereka. David tidak terlalu keberatan karena Lula sangat kuat berjalan walaupun medan mereka sedikit terjal. Lula yang memiliki stamina bagus karena olahraga setiap waktu, juga olahraga extreme yang dia lakukan. Sehingga, David sangat tenang selama perjalanan. Hingga sore menyapa dan keduanya sudah hampir sampai di gubuk cinta mereka. "Apa kita akan menghabiskan honeymo
David menatap intens mata Olan yang berjalan mendekatinya. "Hallo, Bro!" sapa Olan. David tampak mengernyitkan dahinya, "Ada apa kemari?" tanyanya. "Wahh, Rupanya kamu tidak ingin menerima temanmu bertamu!" sindir Olan. David tersenyum miring, "Tentu saja, Kau mengganggu bulan maduku!" "Persilahkan masuk dulu lah, Dav!" kata Olan. David mengangguk dan memberikan jalan untuk masuk ke dalam rumahnya. "Kebetulan aku di Mustang, jadi aku mampir untuk melihat keseruan honeymoon sahabatku!" kata Olan sambil duduk di sofa. "Oh, tentu saja kamu sedang berlibur dengan istrimu, kan?" jawab Olan. Olan hanya tersenyum sambil mengangguk. Sedangkan Lula telah lebih dulu tersenyum pada Rana dan menyalami Rana. "Kau sangat cantik, Rana!" puji Lula. Pasalnya Rana memang sangat cantik, dan terlihat berseri juga segar. "Bisa saja, Kau jauh lebih cantik dan mempesona, Lula!"
Lula berteriak terkejut kemudian tertawa dan melingkarkan kaki dan tangannya pada sang suami. Mereka berdua terkekeh. "Aku dibawa kemana?" tanya Lula di tengah tawanya. Pasalnya David membawa Lula menuju samping rumah bukannya masuk ke dalam rumah dan menuju kamar. "Rahasia!" jawab David. Lula hanya tersenyum dan mengeratkan pegangannya. Lula merasa senang saat digendong oleh suaminya seperti ini, David memeluknya erat seolah tak akan melepaskannya. "Ini bukan jalan ke gubuk!" kata Lula lagi. David mengangguk, "Ini gubuk baru kita! Aku sudah mengusir semua orang disini untuk ke bawah!" "Kenapa?" tanya Lula. "Spesial! Teriaklah yang kencang, Sayang, dan lihatlah wajah merahnya!" bisik David sambil mendudukkan Lula disebuah saung kecil. Lula mengernyitkan dahinya seolah tak paham dengan apa yang suaminya katakan, "Siapa?"David kemudian bergeser sedikit hingga Lula bi
"Aaaaaa!" Lula berlarian dengan cepat menuju ke dalam rumah. Dan David dengan tawanya mengejar Lula dengan cepat, hingga berhasil menyambar Lula masuk dalam gendongannya saat hampir mencapai pintu rumah. "Arkkkkk, Dav! Turunin, malu!" pekik Lula. David tampak menyeringai, "Kenapa malu, Sayang!" sindirnya. Dan Lula hanya bisa masuk ke dalam pelukan sang suami sebagai jawaban dan menurut. Membiarkan David menggendongnya sampai ke dalam kamar mereka.****Sore harinya, David keluar kamar bersama Lula setelah mengisi tenaga dengan tidur siang. Cklek!David mendapati Olan dan Rana sudah duduk di meja makan dengan banyak hidangan di sana. Entah sejak kapan mereka menunggu. "Kenapa tidak makan duluan!" sapa David. "Ck, bagaimana bisa makan tanpa tuan rumahnya!" cibir Olan. David terkekeh mendengar jawaban ketus Olan, "Ya udah, silahkan makan tamuku yang tidak tau w