"Aaaaaa!" Lula berlarian dengan cepat menuju ke dalam rumah.
Dan David dengan tawanya mengejar Lula dengan cepat, hingga berhasil menyambar Lula masuk dalam gendongannya saat hampir mencapai pintu rumah."Arkkkkk, Dav! Turunin, malu!" pekik Lula.David tampak menyeringai, "Kenapa malu, Sayang!" sindirnya.Dan Lula hanya bisa masuk ke dalam pelukan sang suami sebagai jawaban dan menurut.Membiarkan David menggendongnya sampai ke dalam kamar mereka.****Sore harinya, David keluar kamar bersama Lula setelah mengisi tenaga dengan tidur siang.Cklek!David mendapati Olan dan Rana sudah duduk di meja makan dengan banyak hidangan di sana.Entah sejak kapan mereka menunggu."Kenapa tidak makan duluan!" sapa David."Ck, bagaimana bisa makan tanpa tuan rumahnya!" cibir Olan.David terkekeh mendengar jawaban ketus Olan, "Ya udah, silahkan makan tamuku yang tidak tau wJantung David seakan hancur saat melihat sang istri tengah menangis sambil terus menggosok tubuhnya dengan keras hingga memerah di berbagai sudut. "Sayang!" pekik David sambil menahan tangan sang istri dan menariknya dalam pelukannya. "Aku kotor! Aku hina!" racau Lula terus menerus. "Lula! Sayang! Kamu tidak kotor! Kamu istimewa! Kamu istriku!" teriak David. Lula menggeleng dan terus menangis. David tersayat dengan keadaan itu, melihat kehancuran sang istri membuatnya iku hancur. "Aku kotor! Aku menjijikan! Lebih baik aku mati!" racau Lula. Mendengar itu, David tak mampu lagi membentak sang istri untuk menyadarkannya. David memeluk erat sang istri dibawah guyuran air itu sambil meneteskan air mata. David tidak tega melihat sang istri. Namun di sisi lain, dia harus kuat agar bisa menjadi tumpuan sang istri. David mengelus punggung sang istri dengan pelan dan membiarkan dia te
Keesokan harinya, Lula terbangun dengan ringisan kecil karena perih di beberapa tubuhnya. Tubuhnya terasa sakit. "Eghhh!" lenguhnya. David yang sudah selesai mandi dan berganti pakaian mendekat untuk memeluk istri tercintanya. Cup! "Sudah bangun?" kata David. Lula mengerjapkan matanya beberapa kali kemudian mengangguk dengan ekspresi datarnya. Sebenarnya Lula merasa kikuk pada suaminya atas insiden kemarin. Lula merasa jika David bisa mendapatkan wanita lebih baik darinya.Ketidakpercayaan dirinya kembali menyerang dan membuat Lula tampak dingin pada David. "Mau mandi atau sarapan dulu?" tanya David. "Mandi!" jawab Lula dingin. David tersenyum dan mengangguk, kemudian membantu sang istri untuk bangun, namun Lula menolak. David pun tak memaksa dan lebih memilih untuk menunggu sang istri. David juga sangat mengerti perilaku Lula karena kondisinya m
Jawaban dingin Lula membuat jantung Papa dan Mamanya terkejut. Sedangkan David menelan salivanya dengan berat, "Apa sebegitu inginnya berpisah denganku, Lula? Apa tidak ada artinya kebahagiaan kita tiga hari ini?" batin David. Karena David sangat bahagia dari hari lamarannya diterima. Namun Lula seenaknya saja ingin berpisah dengannya. Mama Laras dan Papa Bemo menatap David dengan tatapan penuh harap seolah berkata untuk tidak melepaskan sang putri. "Baiklah! Jika aku yang benar, maka kembalikan Lulaku yang bahagia, ceria, bebas, dan nakal kemarin!" jawab David penuh penekanan. Lula hanya diam dengan sisa isakannya dan mempererat pelukannya pada sang Mama. "Mencintai adalah kebebasan, bahagia adalah bebas untuk siapa saja, menjadi wanita bebas dan bercint4 dimanapun seperti kemarin sebelum Olan datang ... Berkeliling dunia seperti rencanamu! Aku mau Lulaku yang itu, kembali!" lanjut David. Perkataan David membuat Mama dan Papa menatap dengan terbelalak. Kini mereka ta
David terpekik mendengar ucapan Mommy nya, "Maksud Momy, di posisi tidak menerima Daddy?" Mom Selin mengangguk pada David. Kemudian menatap Lula, "Sayang! Mom dulu pernah menjalin hubungan dengan teman kecil, Mom!" Semua mendengarkan dengan seksama. "Dia sangat sayang pada Mom, dan Mom juga sangat menyayanginya! Kami sudah merencanakan masa depan yang indah bersama!" lanjut Mom Selin. Lula tampak tersenyum terbawa cerita Mom Selin, begitupun David. Namun tidak dengan Papa Bemo dan Mama Laras, karena menceritakan itu sama saja dengan mengorek luka lama Mom Selin. "Hingga suatu ketika, Ayahnya tidak menyetujui hubungan kami karena aku adalah wanita biasa dan dia dari keluarga terpandang!" lanjut Mom Selin. David mengerutkan dahi, "Memang ada orang tua yang mementingkan itu daripada kebahagiaan anaknya?" Mom Selin mengangguk, "Ada, bahkan melakukan banyak cara untuk memisahkan kami!" "La
David tak bisa menahan amarahnya lagi, hingga meninju meja di depannya sampai pecah. Mom Selin hanya bisa memejamkan matanya, Mama Laras semakin memeluk Papa Bemo dengan air mata yang tak menyusut. Sedang Lula hanya bisa menatap nanar kemarahan suaminya. Matanya merah, wajahnya merah, dengan tangan yang sudah berdarah karena terkena pecahan meja kaca itu. Dada David naik turun dan memilih meninggalkan rumah, berlalu dengan cepat. Melihat itu, Lula ketakutan jika David akan melakukan hal yang tidak baik. Lula reflek mengejar sang suami. Saat sampai ruang tamu Lula dapat menggapai tubuh David dan memeluknya dari belakang. Lula memeluk erat tubuh naik turun suaminya, "Jangan melakukan apapun yang merugikanmu! Kita hancurkan sama-sama! Please!" lirihnya. David bisa merasakan tubuh istrinya bergetar. David hanya bisa memejamkan matanya meredam kemarahan dan kesakitan yang luar biasa.
Hingga David lelah dan terduduk dengan nafas yang naik turun. Melihat David sudah mulai bisa menguasai dirinya, Luka berdiri dan menghampiri David. Duduk di sebelah sang suami dan memeluk tubuh penuh keringat itu dalam dekapannya. Tak ada kata terucap.Sedang David menikmati pelukan hangat istrinya yang dia rindukan. Satu hari Lula kembali trauma dan dingin padanya, membuat David sangat merindukan pelukan hangat itu. Pelukan itu kian erat, seakan mereka saling menguatkan tanpa kata. Setelah beberapa saat, David berdiri dan membawa Lula dalam gendongannya untuk kembali ke penthouse. David mendudukkan sang istri di ranjangnya, dan David memilih untuk membersihkan diri ke kamar mandi. Lula yang ada di ranjang itu tersenyum tipis, "Masih saja manis, walaupun tengah dalam keadaan kacau!" gumamnya. "Dav, Benar kata Mom, Aku sangat tau kamu mencintaiku, tapi rasa tak pantas justru semakin men
Suara acuh Rana penuh sindiran membuat Olan merasa tidak nyaman.Dan tiba-tiba perasaan Olan tak menentu, dia merasa marah dengan sikap kurang ajar Rana. Namun disisi lain, memang ucapan Rana benar. Dan di bagian hati yang lain, ada rasa tidak rela tubuh Rana menjadi tontonan laki-laki lain. "Kau masih istriku, Ran!" ketus Olan pura-pura acuh tak acuh. Sontak Rana menyeringai penuh arti dibalik punggungnya, pasalnya kini Rana tengah memunggungi suaminya. "Silahkan pulang terlebih dahulu jika tak tahan untuk segera bertemu kekasihmu, aku pergi!" ucap Rana sambil berjalan keluar. Meninggalkan Olan yang terpaku menatap pintu. Ini kali pertamanya ditinggalkan begitu saja saat masih dalam keadaan tak berbusana. Olan kesal luar biasa, namun Rana sudah menghilang dibalik pintu. "Dia sudah mulai kurang ajar!" gumam Olan. Entah kenapa Olan merasa khawatir dengan Rana juga merasa dicam
Lamo terkejut dengan ucapan Rana. "Ya, aku sudah berencana kabur namun tak punya tempat tujuan! Laki-laki itu tidak mungkin mencari aku, tapi kakek dan kakak pasti mencariku!" jelas Rana. Lamo kemudian mengeluarkan sebuah kartu dan seluruh uang kertas di dompetnya. "Carilah travel, jarak Kathmandu ke helsinki sekitar 5700 km, satu hari penuh dengan jalan darat! Itu akan menyusahkan mereka mencarimu!" kata Lamo. Rana mengangguk. "Aku harus pergi, ambil card ini dan gunakan nanti saat sudah sampai di helsinki!" kata Lamo. Rana mengangguk, "Terima kasih, Lamo!" Lamo mengangguk dan mengusap puncak kepala Rana dengan kesedihan. "Aku pergi!" pamit Lamo. Dan kali ini Lamo benar-benar pergi dengan mobilnya meninggalkan Rana yang masih mematung menatap mobil Lamo. Kemudian Rana memesan sebuah travel dan kembali ke hotel untuk menitipkan ponsel dan surat pada resepsionis. Rana tak ing