David terpekik mendengar ucapan Mommy nya, "Maksud Momy, di posisi tidak menerima Daddy?" Mom Selin mengangguk pada David. Kemudian menatap Lula, "Sayang! Mom dulu pernah menjalin hubungan dengan teman kecil, Mom!" Semua mendengarkan dengan seksama. "Dia sangat sayang pada Mom, dan Mom juga sangat menyayanginya! Kami sudah merencanakan masa depan yang indah bersama!" lanjut Mom Selin. Lula tampak tersenyum terbawa cerita Mom Selin, begitupun David. Namun tidak dengan Papa Bemo dan Mama Laras, karena menceritakan itu sama saja dengan mengorek luka lama Mom Selin. "Hingga suatu ketika, Ayahnya tidak menyetujui hubungan kami karena aku adalah wanita biasa dan dia dari keluarga terpandang!" lanjut Mom Selin. David mengerutkan dahi, "Memang ada orang tua yang mementingkan itu daripada kebahagiaan anaknya?" Mom Selin mengangguk, "Ada, bahkan melakukan banyak cara untuk memisahkan kami!" "La
David tak bisa menahan amarahnya lagi, hingga meninju meja di depannya sampai pecah. Mom Selin hanya bisa memejamkan matanya, Mama Laras semakin memeluk Papa Bemo dengan air mata yang tak menyusut. Sedang Lula hanya bisa menatap nanar kemarahan suaminya. Matanya merah, wajahnya merah, dengan tangan yang sudah berdarah karena terkena pecahan meja kaca itu. Dada David naik turun dan memilih meninggalkan rumah, berlalu dengan cepat. Melihat itu, Lula ketakutan jika David akan melakukan hal yang tidak baik. Lula reflek mengejar sang suami. Saat sampai ruang tamu Lula dapat menggapai tubuh David dan memeluknya dari belakang. Lula memeluk erat tubuh naik turun suaminya, "Jangan melakukan apapun yang merugikanmu! Kita hancurkan sama-sama! Please!" lirihnya. David bisa merasakan tubuh istrinya bergetar. David hanya bisa memejamkan matanya meredam kemarahan dan kesakitan yang luar biasa.
Hingga David lelah dan terduduk dengan nafas yang naik turun. Melihat David sudah mulai bisa menguasai dirinya, Luka berdiri dan menghampiri David. Duduk di sebelah sang suami dan memeluk tubuh penuh keringat itu dalam dekapannya. Tak ada kata terucap.Sedang David menikmati pelukan hangat istrinya yang dia rindukan. Satu hari Lula kembali trauma dan dingin padanya, membuat David sangat merindukan pelukan hangat itu. Pelukan itu kian erat, seakan mereka saling menguatkan tanpa kata. Setelah beberapa saat, David berdiri dan membawa Lula dalam gendongannya untuk kembali ke penthouse. David mendudukkan sang istri di ranjangnya, dan David memilih untuk membersihkan diri ke kamar mandi. Lula yang ada di ranjang itu tersenyum tipis, "Masih saja manis, walaupun tengah dalam keadaan kacau!" gumamnya. "Dav, Benar kata Mom, Aku sangat tau kamu mencintaiku, tapi rasa tak pantas justru semakin men
Suara acuh Rana penuh sindiran membuat Olan merasa tidak nyaman.Dan tiba-tiba perasaan Olan tak menentu, dia merasa marah dengan sikap kurang ajar Rana. Namun disisi lain, memang ucapan Rana benar. Dan di bagian hati yang lain, ada rasa tidak rela tubuh Rana menjadi tontonan laki-laki lain. "Kau masih istriku, Ran!" ketus Olan pura-pura acuh tak acuh. Sontak Rana menyeringai penuh arti dibalik punggungnya, pasalnya kini Rana tengah memunggungi suaminya. "Silahkan pulang terlebih dahulu jika tak tahan untuk segera bertemu kekasihmu, aku pergi!" ucap Rana sambil berjalan keluar. Meninggalkan Olan yang terpaku menatap pintu. Ini kali pertamanya ditinggalkan begitu saja saat masih dalam keadaan tak berbusana. Olan kesal luar biasa, namun Rana sudah menghilang dibalik pintu. "Dia sudah mulai kurang ajar!" gumam Olan. Entah kenapa Olan merasa khawatir dengan Rana juga merasa dicam
Lamo terkejut dengan ucapan Rana. "Ya, aku sudah berencana kabur namun tak punya tempat tujuan! Laki-laki itu tidak mungkin mencari aku, tapi kakek dan kakak pasti mencariku!" jelas Rana. Lamo kemudian mengeluarkan sebuah kartu dan seluruh uang kertas di dompetnya. "Carilah travel, jarak Kathmandu ke helsinki sekitar 5700 km, satu hari penuh dengan jalan darat! Itu akan menyusahkan mereka mencarimu!" kata Lamo. Rana mengangguk. "Aku harus pergi, ambil card ini dan gunakan nanti saat sudah sampai di helsinki!" kata Lamo. Rana mengangguk, "Terima kasih, Lamo!" Lamo mengangguk dan mengusap puncak kepala Rana dengan kesedihan. "Aku pergi!" pamit Lamo. Dan kali ini Lamo benar-benar pergi dengan mobilnya meninggalkan Rana yang masih mematung menatap mobil Lamo. Kemudian Rana memesan sebuah travel dan kembali ke hotel untuk menitipkan ponsel dan surat pada resepsionis. Rana tak ing
Lula terkejut dengan kabar yang baru saja didengarnya. Pasalnya tak ada kabara apapun di media tentang retaknya rumah tangga CEO Antama tersebut. Juga tak terdengar gosip di kalangan pebisnis. "Iya, saat di Nepal selang satu hari atau dua hari dari kita pulang, Sayang! Anak buah kita sedang mencari tau lebih jauh saat ini!" jelas David. Lula tampak diam berfikir. "Dav, aku yakin Rana adalah gadis penurut! Apa yang menyebabkan dia sebelas itu, aku khawatir!" ucap Lula. "Bukankah kamu tidak menyukainya, Sayang?" tanya David. Lula menggeleng, "Aku tidak menyukai Olan, aku benci pengkhianatan! Tapi saat bertemu dengan Rana, dia gadis yang baik, tolong cari dimana Rana juga!" pinta Lula. David mengangguk, "Baiklah, semua untukmu, Sayang!" Lula mengangguk tampak tersenyum. Lula juga menikmati kehangatan mereka ini, suasana yang sanga
David ternganga melihat bukti penggelapan dana di tangannya dengan nominal yang fantastic. Selain itu, ada rasa tak percaya mantan sahabatnya itu menggelapkan dana sebanyak ini. "Bukan Olan, tapi penanggung jawab yang seminggu ini Olan tunjuk!" jawab Papa Bemo. "Ha?" "Ya, kakak laki-laki dari istrinya!" jawab Papa Bemo singkat. Hal itu membuat David dan Lula mengerutkan dahinya. "Aku juga baru tau, Pah! Olan menunjuk penanggung jawab atas namanya karena sedang mencari istrinya!" jawab David. Papa Bemo tampak melebarkan matanya dan menyeringai, "Dewi fortuna benar-benar berada di pihak kita! Waktu yang sangat sempurna untuk mengeksekusi Olan!" "Pah, Terima kasih buktinya! David akan langsung bertindak besok!" kata David. Papa Bemo tersenyum sambil mengangguk, "Segeralah, sebelum tua bangka
David dan Lula yang baru saja sampai di ujung nirwana, bahkan belum selesai menikmati kedutan hangat itu dikejutkan dengan gedoran pintu Papa Bemo. "Ada apa, Pa!" teriak David. "Mansion kita di serang, segeralah pakai pakaian kalian!" pekik Papa Bemo. Lula dengan cepat mendorong tubuh David diatasnya dan berlari menuju kamar mandi. Dengan cepat mereka bebersih dan berpakaian lengkap dengan senjata api di tangan. Tak ada waktu untuk malu dengan Papa Bemo perihal mengetahui kegiatan panas mereka. "Sayang, Kamu yakin?" tanya David khawatir dengan Lula. Lula mengangguk mantap, "Tenang Dav, senjata sekarang adalah mainanku!" David mengangguk, "Tetaplah selamat tanpa luka sedikitpun atau aku akan membunuh mereka semua!" Lula tersenyum mengangguk kemudian memeluk suaminya dengan erat sebelum memulai pertempuran ini. Entah apa motif