David menatap intens mata Olan yang berjalan mendekatinya.
"Hallo, Bro!" sapa Olan.David tampak mengernyitkan dahinya, "Ada apa kemari?" tanyanya."Wahh, Rupanya kamu tidak ingin menerima temanmu bertamu!" sindir Olan.David tersenyum miring, "Tentu saja, Kau mengganggu bulan maduku!""Persilahkan masuk dulu lah, Dav!" kata Olan.David mengangguk dan memberikan jalan untuk masuk ke dalam rumahnya."Kebetulan aku di Mustang, jadi aku mampir untuk melihat keseruan honeymoon sahabatku!" kata Olan sambil duduk di sofa."Oh, tentu saja kamu sedang berlibur dengan istrimu, kan?" jawab Olan.Olan hanya tersenyum sambil mengangguk.Sedangkan Lula telah lebih dulu tersenyum pada Rana dan menyalami Rana."Kau sangat cantik, Rana!" puji Lula.Pasalnya Rana memang sangat cantik, dan terlihat berseri juga segar."Bisa saja, Kau jauh lebih cantik dan mempesona, Lula!"Lula berteriak terkejut kemudian tertawa dan melingkarkan kaki dan tangannya pada sang suami. Mereka berdua terkekeh. "Aku dibawa kemana?" tanya Lula di tengah tawanya. Pasalnya David membawa Lula menuju samping rumah bukannya masuk ke dalam rumah dan menuju kamar. "Rahasia!" jawab David. Lula hanya tersenyum dan mengeratkan pegangannya. Lula merasa senang saat digendong oleh suaminya seperti ini, David memeluknya erat seolah tak akan melepaskannya. "Ini bukan jalan ke gubuk!" kata Lula lagi. David mengangguk, "Ini gubuk baru kita! Aku sudah mengusir semua orang disini untuk ke bawah!" "Kenapa?" tanya Lula. "Spesial! Teriaklah yang kencang, Sayang, dan lihatlah wajah merahnya!" bisik David sambil mendudukkan Lula disebuah saung kecil. Lula mengernyitkan dahinya seolah tak paham dengan apa yang suaminya katakan, "Siapa?"David kemudian bergeser sedikit hingga Lula bi
"Aaaaaa!" Lula berlarian dengan cepat menuju ke dalam rumah. Dan David dengan tawanya mengejar Lula dengan cepat, hingga berhasil menyambar Lula masuk dalam gendongannya saat hampir mencapai pintu rumah. "Arkkkkk, Dav! Turunin, malu!" pekik Lula. David tampak menyeringai, "Kenapa malu, Sayang!" sindirnya. Dan Lula hanya bisa masuk ke dalam pelukan sang suami sebagai jawaban dan menurut. Membiarkan David menggendongnya sampai ke dalam kamar mereka.****Sore harinya, David keluar kamar bersama Lula setelah mengisi tenaga dengan tidur siang. Cklek!David mendapati Olan dan Rana sudah duduk di meja makan dengan banyak hidangan di sana. Entah sejak kapan mereka menunggu. "Kenapa tidak makan duluan!" sapa David. "Ck, bagaimana bisa makan tanpa tuan rumahnya!" cibir Olan. David terkekeh mendengar jawaban ketus Olan, "Ya udah, silahkan makan tamuku yang tidak tau w
Jantung David seakan hancur saat melihat sang istri tengah menangis sambil terus menggosok tubuhnya dengan keras hingga memerah di berbagai sudut. "Sayang!" pekik David sambil menahan tangan sang istri dan menariknya dalam pelukannya. "Aku kotor! Aku hina!" racau Lula terus menerus. "Lula! Sayang! Kamu tidak kotor! Kamu istimewa! Kamu istriku!" teriak David. Lula menggeleng dan terus menangis. David tersayat dengan keadaan itu, melihat kehancuran sang istri membuatnya iku hancur. "Aku kotor! Aku menjijikan! Lebih baik aku mati!" racau Lula. Mendengar itu, David tak mampu lagi membentak sang istri untuk menyadarkannya. David memeluk erat sang istri dibawah guyuran air itu sambil meneteskan air mata. David tidak tega melihat sang istri. Namun di sisi lain, dia harus kuat agar bisa menjadi tumpuan sang istri. David mengelus punggung sang istri dengan pelan dan membiarkan dia te
Keesokan harinya, Lula terbangun dengan ringisan kecil karena perih di beberapa tubuhnya. Tubuhnya terasa sakit. "Eghhh!" lenguhnya. David yang sudah selesai mandi dan berganti pakaian mendekat untuk memeluk istri tercintanya. Cup! "Sudah bangun?" kata David. Lula mengerjapkan matanya beberapa kali kemudian mengangguk dengan ekspresi datarnya. Sebenarnya Lula merasa kikuk pada suaminya atas insiden kemarin. Lula merasa jika David bisa mendapatkan wanita lebih baik darinya.Ketidakpercayaan dirinya kembali menyerang dan membuat Lula tampak dingin pada David. "Mau mandi atau sarapan dulu?" tanya David. "Mandi!" jawab Lula dingin. David tersenyum dan mengangguk, kemudian membantu sang istri untuk bangun, namun Lula menolak. David pun tak memaksa dan lebih memilih untuk menunggu sang istri. David juga sangat mengerti perilaku Lula karena kondisinya m
Jawaban dingin Lula membuat jantung Papa dan Mamanya terkejut. Sedangkan David menelan salivanya dengan berat, "Apa sebegitu inginnya berpisah denganku, Lula? Apa tidak ada artinya kebahagiaan kita tiga hari ini?" batin David. Karena David sangat bahagia dari hari lamarannya diterima. Namun Lula seenaknya saja ingin berpisah dengannya. Mama Laras dan Papa Bemo menatap David dengan tatapan penuh harap seolah berkata untuk tidak melepaskan sang putri. "Baiklah! Jika aku yang benar, maka kembalikan Lulaku yang bahagia, ceria, bebas, dan nakal kemarin!" jawab David penuh penekanan. Lula hanya diam dengan sisa isakannya dan mempererat pelukannya pada sang Mama. "Mencintai adalah kebebasan, bahagia adalah bebas untuk siapa saja, menjadi wanita bebas dan bercint4 dimanapun seperti kemarin sebelum Olan datang ... Berkeliling dunia seperti rencanamu! Aku mau Lulaku yang itu, kembali!" lanjut David. Perkataan David membuat Mama dan Papa menatap dengan terbelalak. Kini mereka ta
David terpekik mendengar ucapan Mommy nya, "Maksud Momy, di posisi tidak menerima Daddy?" Mom Selin mengangguk pada David. Kemudian menatap Lula, "Sayang! Mom dulu pernah menjalin hubungan dengan teman kecil, Mom!" Semua mendengarkan dengan seksama. "Dia sangat sayang pada Mom, dan Mom juga sangat menyayanginya! Kami sudah merencanakan masa depan yang indah bersama!" lanjut Mom Selin. Lula tampak tersenyum terbawa cerita Mom Selin, begitupun David. Namun tidak dengan Papa Bemo dan Mama Laras, karena menceritakan itu sama saja dengan mengorek luka lama Mom Selin. "Hingga suatu ketika, Ayahnya tidak menyetujui hubungan kami karena aku adalah wanita biasa dan dia dari keluarga terpandang!" lanjut Mom Selin. David mengerutkan dahi, "Memang ada orang tua yang mementingkan itu daripada kebahagiaan anaknya?" Mom Selin mengangguk, "Ada, bahkan melakukan banyak cara untuk memisahkan kami!" "La
David tak bisa menahan amarahnya lagi, hingga meninju meja di depannya sampai pecah. Mom Selin hanya bisa memejamkan matanya, Mama Laras semakin memeluk Papa Bemo dengan air mata yang tak menyusut. Sedang Lula hanya bisa menatap nanar kemarahan suaminya. Matanya merah, wajahnya merah, dengan tangan yang sudah berdarah karena terkena pecahan meja kaca itu. Dada David naik turun dan memilih meninggalkan rumah, berlalu dengan cepat. Melihat itu, Lula ketakutan jika David akan melakukan hal yang tidak baik. Lula reflek mengejar sang suami. Saat sampai ruang tamu Lula dapat menggapai tubuh David dan memeluknya dari belakang. Lula memeluk erat tubuh naik turun suaminya, "Jangan melakukan apapun yang merugikanmu! Kita hancurkan sama-sama! Please!" lirihnya. David bisa merasakan tubuh istrinya bergetar. David hanya bisa memejamkan matanya meredam kemarahan dan kesakitan yang luar biasa.
Hingga David lelah dan terduduk dengan nafas yang naik turun. Melihat David sudah mulai bisa menguasai dirinya, Luka berdiri dan menghampiri David. Duduk di sebelah sang suami dan memeluk tubuh penuh keringat itu dalam dekapannya. Tak ada kata terucap.Sedang David menikmati pelukan hangat istrinya yang dia rindukan. Satu hari Lula kembali trauma dan dingin padanya, membuat David sangat merindukan pelukan hangat itu. Pelukan itu kian erat, seakan mereka saling menguatkan tanpa kata. Setelah beberapa saat, David berdiri dan membawa Lula dalam gendongannya untuk kembali ke penthouse. David mendudukkan sang istri di ranjangnya, dan David memilih untuk membersihkan diri ke kamar mandi. Lula yang ada di ranjang itu tersenyum tipis, "Masih saja manis, walaupun tengah dalam keadaan kacau!" gumamnya. "Dav, Benar kata Mom, Aku sangat tau kamu mencintaiku, tapi rasa tak pantas justru semakin men
Deg! Mom selin kemudian mengangguk sambil mengusap rambut Olan bak anaknya sendiri, tak pernah Selin bayangkan Olan akan menganggap Aiden, kakaknya. Wajah Olan yang persis dengan kenan, membuatnya mengingat Aiden. Mungkin Aiden akan seperti Olan jika dia hidup! "Yah, Mom akan antar!""David saja tidak pernah diajak ke makam, Kakak!" seru David cemburu.Selin sontak menoleh dan tersenyum, "Bersamamu juga, Mom akan antar, Sayang!" jawabnya. Dan akhirnya mereka semua pergi ke makam surga tanpa terkecuali, Mom Selin, Olan, Rana, David, Lula, Bemo, Laras, Kenan dan Ratna, semuanya turut mengelilingi makan kecil itu. "Aiden Beevikenan!" lirih Olan dan David bersamaan. Kemudian mereka semua mengirimkan doa untuk Aiden di sana. Suasana menjadi sedikit haru setelah semua beban di hati Selin dan Lula terangkat, maaf telah mereka berdua sebar sebelumnya untuk orang-orang yang pernah menyakiti.
Deg! "Jangan!" ucap David terkejut, "Kenapa, Mommy ikut juga, Sayang?" "Aku gak tau, Sayang! Mommy tiba-tiba bilang jika besok mau datang!" jawab Lula. "Aku sebenarnya gak mau, kamu dan Mom datang! Boleh tidak, jika kalian tidak usah datang, saja?" tanya David. "Tidak, Mas! Aku dan Mom ingin melihat kehancuran dia, seperti janjimu!" jawab Lula tegas dan memilih langsung membaringkan tubuhnya. Pertanda jika dirinya tak ingin lagi dibantah, melihat itu David pun mengalah dan memilih memeluk sang istri dari belakang, "Tidurlah sayang, semoga besok menjadi akhir dari perjuangan kita!" lirihnya. Lula hanya tersenyum mendengar gumaman suaminya sambil terus- menerus menciumi kepalanya sampai terlelap. Keesokan harinya, mereka bertiga berangkat bersama menuju persidangan. Kali ini, karena sidang putusan, yang ada ada dikursi panas itu hanya Jaksa penuntut, tersangka dan juga pengacaranya. David duduk di kursi audiens. Tak lama, Mama dan Papa juga turut hadir di barisan belakang Davi
Aaaaaa! TIDAKKK MAUU!" pekik Hanu, "Lepasin! Beraninya kalian menyentuh saya!" pekiknya lantang. Rasanya harga dirinya hancur, begitu banyak media yang menyorotinya. Namun, beberapa aparat itu tak mendengarkan dan terus menyeretnya Hanu begitu saja. Dan berita penangkapannya juga dengan cepat muncul di berita semua stasiun televisi. David dan Lula di ruang keluarga tengah mengembangkan senyumannya melihat ekspresi frustasi David. "Kau memang harus mempertanggung jawabkan semua tindakan dosamu, Hanu! Mari bertemu di pengadilan!" gumam David. Lula menoleh sekilas, "Terima kasih!" lirihnya "Untuk apa, Sayang? Berterima kasihlah saat Hanu sujud di kakimu dan putusan hakim keluar, Sayang!" "Sayang!" lirih Lula. "Tekadku sudah bulat, aku berhasil jika bisa membuatnya bersujud padamu! Dia harus memohon maaf untuk dosanya padamu, Sayang!" ucapnya. Lula tersenyum dan mengangguk sambil menatap suaminya dengan intens. Satu bulan menjalani kesibukan dan menjadi parter menuruntuhkan H
"Dia senang menyiksa wanita dalam berhubungan b4dsn!" lanjut Olan menjelaskan. David dan Lula hanya bisa saling pandang, dengan apa yang baru saja di dengarnya. Rasanya, tidak percaya orang sekeras dan memiliki tangan dingin seperti Hanu pernah direndahkan dan dilecehkan bahkan oleh seseorang yang harusnya menjadi malaikat penolongnya. Efek dari kejadian di masak kecilnya, menjadikan Hanu seperti saat ini. "David! Jangan mengurungkan niatmu atau mengasihani dia! Apapun yang terjadi, kakek harusnya memiliki pilihan untuk memilih jalan baik! Tapi dia memilik membalaskan pada semua wanita di dunia ini! Dia harus tetap di adili, Dav!" lanjut Olan. "Iya, aku tidak berencana mengurungkan niatku! Aku juga memiliki pilihan, aku tidak ingin istriku terus dihantui kejadian itu dan menyimpan dendamnya sampai tua nanti! Aku ingin bahagia dengannya! Maka aku akan mencabut akar rasa sakit hati istriku!" ucap David sambil menatap intens Lula. Seolah David ingin memberitahukan, jika Lula adalah
Ruangan itu dipenuhi gelak tawa karena kehadiran Mom Selin. "Mom, titip Lula ya! David harus bertemu, Papa!" pamitnya. "Iya, Serahkan pada Mom!" jawabnya, "Gulung habis mereka bersama dengan kejahatan mereka, Dav!" "Iya, Mom! Ini cukup membuat Antama benar-benar lebur ditengah krisis kepercayaan ini!" jawabnya kemudian mencium wajah Lula, "Aku berangkat, Sayang! Cepatlah pulih dan lihatlah laki-laki iblis itu berlutut padamu!" lirih David. Lula mengangguk! Dia sangat mengerti apa yang akan David lakukan saat ini. "Iya, aku menunggunya, Dav!"David kemudian tersenyum dan bergegas meninggalkan rumah sakit. David ingin menyusun strategi dengan Papa Bemo untuk kehancuran seperti apa yang menyenangkan! Satu yang jelas, David ingin membalaskan dendam Mommy dan istrinya tanpa mengekspos kejahatan itu, karena akan menciderai harga diri mereka. David tidak ingin itu! Biarlah itu menjadi rahasia mereka! Namun, Hanu harus berlutut meminta pengampunan. "Pah!" cari David bersamaan denga
Tak! Kenan meletakkan semua harddisk di meja, "Aku ingin memberikan ini!" Glek! "Itu? Apa itu?" ucap Selin datar sambil berbalik dan duduk. "Anggaplah sebagai permintaan maafku padamu, Selin! Maaf untuk keterdiamanku, Maaf untuk ketidakmampuanku melindungimu dulu, Maaf membawamu pada pusara sakit yang tidak bertepi dan Maaf karena tidak bisa menepati janjiku!" ucap Kenan. Selin hanya menatap datar netra laki-laki yang dulu pernah membuatnya jungkir balik. Tak ada niat membalas ungkapan Kenan sedikitpun, karena nyatanya memang benar yang dia ucapkan. Laki-laki di depannya lah yang membawanya pada pusara kesakitan yang tiada bertepi, namun Selin juga sadar bukan sepenuhnya salah Kenan. "Aku akan mempertanggungjawabkan semuanya, Selin, walaupun terlambat! Setidaknya, semoga itu bisa membuatmu ikhlas memaafkan aku!" ucap Kenan lagi. Selin kemudian mengambil hardisk itu, "Aku terima permintaan maafmu, Kenan, jangan salahkan aku mempergunakan ini sebaik mungkin!" ucapnya datar. "
Olan terperanjat hingga tanpa sadar menginjak rem kakinya dengan kencang. Ciit! Brak! "Aaau!" pekik Olan saat dahinya membentur kuat kemudi, karena rem dadakannya membuat mobil di belakang tidak siap, "Akhh, sial!" Tak lama, seorang laki-laki paruh baya turun dan menghampiri Olan. Tok! Tok! Tok! Dan Olan membukanya, "Anda harus bertanggung jawab karena rem mendadak! Beruntung tidak terjadi kecelakaan beruntun!" ketusnya. "Baiklah, saya akan menanggung semua biaya perbaikannya, apa Anda juga butuh ke rumah sakit?" tawar Olan. "Tidak perlu!" Kemudian, Bapak itu pergi setelah mendapatkan kartu nama dan juga nomer ponsel Olan. Dan Olan kembali menghubungi Papanya yang sempat terputus. "Hallo, Pah?" sapanya setelah panggilan langsung diangkat. "Iya, kamu kenapa? Apa baik-baik, saja?" tanya Kenan. "Baik, Pah, hanya sedikit terkejut dan menabrak orang! Mom Selin, Pah? Aku tidak salah dengar?" tanya Olan memastikan. "Iya, Selin!""Kenapa Papah baru bilang sekarang, berarti kelua
"Kakek jahat, kakek bukan Manusia! Kakek Iblis!" teriak Olan. Olan tak pernah menyangka, Kakeknya sangat tidak tau malu setelah menghancurkan masa depan seorang gadis. Apa menurutnya yang pernah dia lakukan dulu bisa dimaafkan oleh Lula? Apa menurut kakeknya, dirudapaksa di depan kekasihnya sendiri adalah hal yang tidak mengguncang jiwa. Bahkan Olan tak berani mengingat raut wajah kehancuran Lula saat itu. Gadis yang amat sangat dia sayangi. "TURUNKAN SUARAMU! BERANINYA MEMBENTAK, KAKEK!" teriak Hanu. Brak! Olan tak lagi bisa menahannya! Kakeknya sudah sangat egois, "KAKEK! Aku bukan Olan yang dulu, jangan membuatku muak atau aku akan pergi meninggalkan Antama!" Kilat amarah tercetak jelas di dua netra Olan. Olan Tidak takut jika harus meninggalkan Antama, Olan bukannya manusia yang gila harta! "Kau tanpa Antama, tidak mungkin memiliki para anak buah yang loyal,
"Tidak!" teriak Lula penuh dengan keterkejutan karena kehilangan janin kecil yang baru dia ketahui pagi tadi, "BOHONG! Anakku pasti masih ada!" racaunya. David hanya bisa mendekap tubuh kecil istrinya dengan erat, "Kita harus sabar, Sayang!" "Anakku, aku mau anakku, Dav!" racaunya sambil menangis terisak. Walaupun tak menginginkan anak atau berencana memiliki anak dalam waktu dekat, namun mengetahui kehamilannya membuat hatinya dipenuhi letupan cinta untuk buah hatinya."Anakku!" rintihnya. Sakit! Kehilangan janin yang bahkan belum berbentuk nyatanya cukup membuat Lula terguncang. David pun juga tak kalah sedih! Menyesal dan merasa tak berguna, karena merasa tidak bisa melindungi calon anaknya. Dan David hanya bisa mengusap pelan punggung bergetar istrinya. Keduanya saling memeluk dan meluapkan rasa sedihnya akan kehilangan calon anak mereka, calon anak yang sangat diharapkan oleh David. Cukup lama, David benar-benar tak ingin bertanya atau menuntut penjelasan apapun. David