Usaha papanya bangkrut. Fiolina juga difitnah telah menjual diri pada seorang konglomerat di Singapura. Parahnya, agensi Fio tidak membelanya, mereka malah memutus kontrak model milik Fio secara sepihak! Fio pun merasa hidupnya hancur dalam waktu singkat, terlebih saat mendengar tangisan sang adik yang baru di-bully karena keadaan mereka. Untung, nama Julio Aksara Young–pengacara brilian yang pernah ditolak cintanya sebanyak tiga kali oleh Fiolina–tiba-tiba terlintas di kepalanya! Menahan rasa malu, Fiolina pun menemui pria yang selalu ditolaknya itu untuk mengatakan bahwa dia bersedia menjadi istri Julio selama 100 hari. Dengan syarat, Julio harus menyuntikkan dana sebesar 2 triliun untuk perusahaan Papanya! Julio ternyata menerima tawaran Fiolina! Hanya saja, dendam dan ego yang terluka menjadi alasan Julio. Pria itu bersumpah akan membuat 100 hari pertama pernikahan mereka bagai neraka. Lantas, bagaimana kehidupan mereka selanjutnya? Apakah Fiolina pada akhirnya menyesali keputusan menjadi istri pria itu? Atau, benih-benih cinta hinggap di hati keduanya meski menjalani neraka 100 hari pernikahan?
View More"Maaf, Fiolina. Kontrak kerjamu dan perusahaan sepertinya harus berakhir."
Fiolina seketika terdiam mendengar ucapan Talent Manager di hadapannya.Pagi ini, Fiolina–atau yang biasa dikenal Fichow–dan manajer pribadinya mendadak dipanggil ke agensi.Setelah fitnah kejam yang menimpa dirinya pekan lalu, Fiolina pikir agensinya akan memberikan sebuah solusi untuk dirinya.Terlebih, nama baik Fiolina dipertaruhkan setelah diisukan bahwa dia telah menjual video erotisnya dalam sebuah situs jual beli aset pribadi ilegal.Fiolina pun digosipkan menjadi sugar baby dari konglomerat di Singapura! Tak berhenti sampai sana, semua orang langsung mempercayai skandal itu karena keluarganya mendadak bangkrut beberapa minggu sebelumnya.Namun, apa yang Fiolina dapat dari perusahaan agensi ini? Bukan pembelaan, dia malah dipecat mendadak!Fiolina memejamkan mata sebelum menatap lurus mata sang Talent Manager.Sayangnya, Janneth langsung mengalihkan matanya–menatap yang lain. "Ekhem … karena pihak kami yang memutus secara sepihak, tentu kami akan memberikan ganti rugi sesuai dengan kesepakatan yang ada dalam kontrak ini."Fiolina sontak mengepalkan tangan–menahan emosi.Dahulu, Janneth mendatangi Fiolina dengan manis–memberi persuasi agar dirinya mau bekerja di tempat ini. Namun, kini, dengan halus wanita itu juga yang mengusir Fiolina.Mereka bahkan tidak berusaha untuk mengkonfirmasi kebenaran skandal sama sekali!Fiolina mencoba menahan amarah dan menimbang kata demi kata yang akan dilontarkan pada wanita di hadapannya."Aku--"
"Omong kosong! Perusahaan macam apa ini?! Harusnya kalian membuka diskusi dulu sebelum memutuskan akan mendepak Fichow." Sayangnya, tidak seperti Fiolina, David–manajer pribadi Fiolina–langsung meledak. Pria itu bahkan tak bisa menutupi amarahnya.Sontak Fiolina menghela nafas. Dia tidak ingin keributan terjadi di ruangan ini. Sudah cukup dunianya hancur karena kebangkrutan keluarganya bulan lalu dan disusul skandal pekan lalu.Dia tak mau menambah skandal baru karena pemecatan tak hormat ini."Udahlah, Dave. Biarin aja. Terserah mereka. Lagipula, lumayan angka ganti ruginya,” ucap Fiolina menepuk pundak sang manager.Kemudian, Fiolina kembali menatap Janneth–mantan atasannya, “Jane, aku tunggu transferannya, ya. Kalau ada apapun yang perlu aku tanda tangani atau sebagainya, hubungi David aja."Dengan anggun, Fiolina berdiri dan melenggang pergi meninggalkan keduanya. Dia bertingkah seolah tak peduli walau sebenarnya dalam hati dia sangat kecewa.Sumber penghasilan yang dia harapkan bisa menyokong keluarganya untuk saat ini telah menghilang. Tapi, setidaknya uang pemutusan kontrak bisa dipergunakan untuk sementara waktu.*****"Wow! Lihat siapa yang barusan lewat?" Suara sumbang seorang wanita terdengar begitu Fiolina melewati lobby perusahaan."The most talented international model from Indonesia yang udah terjun bebas jadi seonggok sampah gak berguna," lanjut suara sumbang itu diikuti oleh cekikan tidak natural dari gadis-gadis di sekitarnya."Ops, kenapa? Gak terima dibilang seonggok sampah?" tambah Javeline ketika melihat Fiolina menghentikan langkah dan berjalan ke arahnya.Model keturunan Indonesia dan Jerman itu memang telah lama menyimpan dengki kepada Fiolina yang selalu sukses dalam karyanya. Melihat kehancuran Fiolina adalah hal yang perempuan itu tunggu selama ini!Sementara itu, gadis-gadis lainnya hanya menatap mereka berdua. Sambil berbisik, mereka tampak antusias menunggu “perang” terjadi.Sayangnya, Fiolina tampak tak terpancing sama sekali. Perempuan itu justru tersenyum miring menatap Javeline."Well, selamat ya! Akhirnya, setelah puluhan usaha yang gagal buat menyingkirkan aku dari agensi ini bahkan sampe tidur sama the Big Boss, usaha kamu kali ini cukup sukses."PLAK!!Sebuah tamparan dilayangkan Javeline di pipi kiri Fiolina."Hati-hati kalau ngomong! Aku gak murahan kayak kamu ya! Dan, kamu tuh tersingkir karena kamu jual diri. Sadar, dong!"Fiolina sontak tersenyum melihat tingkah juniornya yang arogan ini. "Javeline, kamu tahu seperti apa aku, kan? Aku akan segera tahu siapa yang nyebarin skandal fitnah itu. Jadi, kamu siap-siap aja ketahuan. Oh iya, walaupun aku udah gak di sini, bahkan kalaupun aku berhenti jadi model sekalipun, karir kamu juga gak bakal naik. Karena kemampuanmu, gak lebih bagus daripada model tabloid murahan."Mendengar ucapan Fiolina, wanita itu pun mendadak emosi lagi."Hah, belagu banget! Udah jatuh miskin, dipecat, dan gak ada masa depan, masih sombong aja! Buktiin aja ucapanmu barusan. Aku yakin kamu gak bisa ngapa-ngapain. Emang sekarang backing-an kamu siapa? Papa tajir kamu kan udah jatuh miskin! Hahaha."
"Backingan-ku lebih banyak dari yang kamu tahu, tenang aja," ucap Fiolina datar."Oh wait wait, jangan - jangan si Singaporean Sugar Daddy kamu itu ya?"Fiolina hanya tersenyum. Rasanya percuma melanjutkan pembicaraan dengan Javeline. Otak wanita itu sepertinya penuh dengan kotoran."Terserah. Aku gak ada waktu buat melayani orang kayak kamu. Bye."Fiolina kemudian berlalu dari sana--tak berniat berada lebih lama bersama musuhnya itu.Namun, baru beberapa langkah, seseorang menabraknya dan menumpahkan segelas kopi di jaketnya."Ops, sorry," ucap gadis yang menabraknya. Tentu saja ucapan maaf itu hanya formalitas belaka. Tatapan gadis itu tak menunjukkan penyesalan sama sekali."Nicky? Kamu sengaja, kan?" Fiolina jelas menyadari tatapan tak berempati dari sahabatnya itu."Hm... iya, aku sengaja." Nicky hendak pergi, namun Fiolina menahan tangannya."Kamu kenapa, sih? Salah aku apa?" Kali ini, Fiolina tampak emosional.Dia tak habis pikir dengan kelakuan sahabatnya itu. Wajar jika Javeline yang merupakan lawan bebuyutannya, menantikan kejatuhannya.Tapi, Nicky? Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa dia berubah?"Ck!” Nicky berdecak malas. “Aku cuma gak suka aja sama kamu. Selama ini, kamu selalu jadi yang terbaik dan aku cuma jadi bayangan aja. Gak ada yang peduli dengan seorang Nicky sekalipun dia bareng sama Fiolina Chow. Oh, bahkan mereka bilang aku sengaja deket-deket kamu buat pansos.”Senyum miring tiba-tiba ditampilkan Nicky.“Sekarang, kami miskin dan pengangguran. Status kamu di bawah aku lho sekarang. See? Fiolina, kamu yang sebenarnya gak pantes jadi temenku."2 hari kemudian. "Argh! Kenapa gaunnya begini? Ini... ini sobek!" teriak seorang penata rias yang akan turut mendandani Fiolina untuk upacara pemberkatan hari ini. Fiolina dengan panik menghampiri penata rias itu. Fiolina terperangah melihat gaun pernikahannya yang sudah sobek. "Astaga! Kenapa bisa begini?" keluh Fiolina. Terry berlari menghampiri setelah mendengar kehebohan di kamar Fiolina. "Ada apa?" tanyanya. "Ma, lihat ini gaunku sobek!" "Ya Tuhan! Siapa yang melakukan ini sih?" Nicole menampakkan ekspresi sebal. "Ma, apa yang harus aku lakukan?" rengek Fiolina.Nicole terlihat berpikir sejenak. Dia lalu membongkar lemari Fiolina dan mengeluarkan sebuah kotak. "Ini, pakai ini aja," ucap Terry sambil menyerahkan gaun pernikahan lawas Fiolina dari dalam kotak. Fiolina meragu."Udah gak papa. Ini masih bagus." "Iya aku tahu ini masih bagus. Tapi ini gaun pernikahanku dan Julio dulu. Bagaimana perasaan Ferdian kalau tahu?""Ferdian akan tahu keadaannya. Gaun kamu robek dan
TING TONG! Bel pintu rumah Nicole berbunyi. Ibu kandung dari Julio itu jarang menerima tamu. Dia tidaj punya banyak teman terlebih setelah dia menjalani beberapa tahun hidupnya untuk perawatan di rumah sakit jiwa. Keadaannya sekarang tentu jauh lebih baik. Dia sudah ikhlas dan hari - harinya jauh lebih bahagia. Sekarang, dia banyak menghabiskan waktunya untuk menulis puisi sebanyak yang dia mampu. Pagi ini dia juga sedang menulis puisi saat seseorang membunyikan bel pintu rumahnya. Dengan segera dia bangkit dari kursi santainya lalu membuka pintu. "Nicole, apa kabar?" tamu itu menyapa Nicole. "Terry? Ada apa?" Terry melah menangis dan berlutut di hadapan Nicole. "Maaf, maafkan aku... tolong maafkan aku." Nicole bingung dengan sikap Terry yang tiba - tiba. Terry memeluk kakinya seperti anak kecil yang tidak mau ditinggal ibunya. "Terry, cukup, kenapa kamu begini? Ayo masuk, jangan di luar rumah," Nicole membantu Terry berdiri dan mengajaknya masuk ke dalam rumah. Terry duduk
"Fiolina, Fio! Bangun Nak!" Terry membangunkan Fiolina yang saat tengah malam dia dapati tertidur di lantai kamarnya, tersungkur dengan mengenakan gaun pengantin. Fiolina mengerjapkan matanya. Dia terbangun dengan tubuh yang lemas. "Kamu kenapa tidur di sini? Dan kenapa kamu pakai gaun ini? Mama tadinya mau kasih tahu kamu kalau Jovan udah tidur sama Papa kamu di kamar kami. Tapi... kamu..." "Aku gak papa Ma. Aku ketiduran karena kecapekan," Fiolina hendak bangkit berdiri, namun Terry menahannya. "Fio, mata kamu sangat bengkak. Kamu habis menangis?" Fiolina menggeleng. "Jangan bohong. Mama ini ibu kamu. Mama tahu kalau kamu lagi sedih. Kamu habis menangis kan? Kenapa Nak?" Fiolina menggeleng lagi. Tapi kali ini dia tidak mampu menahan air matanya lagi. Sekuat apapun Fiolina, setegar apapun dia, dia tidak pernah bisa menutupi kesedihannya di depan ibunya. Karena baginya ibunya adalah tempat ternyaman untuknya berkeluh kesah. Terry tak banyak bertanya, dia seketika merangkul Fio
"Jovan.. hati - hati! Pelan - pelan yang naik tangganya," teriak Fiolina. Jovan hanya mengangkat satu tangannya membentuk tanda 'OK' lalu lanjut menaiki tangga perosotan yang mungkin sudah dua puluh kali dia naiki. Tidak jauh ada area bermain, ada Ferdian yang sedang duduk sambil memegang bola kaki. Dia beristirahat setelah setengah jam penuh bermain bola bersama Jovan.Julio mengawasi dari dalam mobilnya yang berjarak kurang lebih 50 meter dari mereka. Dia merasa hatinya sakit, Jovan adalah anak kandungnya dan sekarang Ferdian bermain dengan bebas bersama anak itu sedangkan dirinya harus sembunyi - sembunyi hanya untuk memandangnya bermain. Dia ingin anaknya. Dia juga ingin istrinya kembali. Tapi egonya terlalu besar untuk menjadi menantu Terry. Julio pulang dengan beban berat di dalam hatinya. Sepulang dari bermain di taman bersama Fiolina dan Ferdian, Jovan dikagetkan dengan rumah Keluarga Chow yang penuh dengan bingkisan. "Wow, apa ini Oma?" tanyanya. "Seseorang mengirim
Fiolina melihat sekeliling playground dan tidak menemukan Sarah dan Jovan. Dia tidak mendengar teriakan Jovan yang memanggilnya sebelum ini. Jadi, dia menelepon Sarah. Sarah menjawab panggilannya. "Halo, Fiolina, hm... ini Jovan lagi sama aku. Kali lagi...." Julio menarik ponsel Sarah dan mengambil alihnya. "Halo Fiolina. Jovan dan Sarah sedang bersama aku. Lihatlah ke arah jam 10." "Julio?" "Ya aku Julio."Fiolina panik. Dia menoleh ke arah jam 10 dan mendapati ada Jovan, Sarah, Julio dan Glins! Dia segera mendatangi mereka sambil memikirkan kebohongan apa yang akan dia ucapkan kepada Julio. "Kalian sedang apa di sini?" ucap Fiolina basa - basi. Tidak tahu harus berkata apa. Jantungnya berdebar. "Jovan, apa dia mama kamu?" tanya Julio kepada Jovan. "Iya. Dia mama," jawab Jovan. Julio menatap tajam ke arah Fiolina. Fiolina berusaha menghindari tatapannya. "Jovan, berapa usia kamu?" "Hm... sebentar. Usiaku empat tahun," jawabnya sambil memperagakan angka lima dengan jari -
"Yang benar?" ucap Julio. Julio pun berlutut agar dia sejajar dengan anak laki - laki yang menabraknya barusan. "Benar juga, kita sangat mirip," ucap Julio. "Oke, aku akui Om memang ganteng. Tapi Om tua dan aku masih kecil," celatuk Jovan. Julio dan Glins tertawa renyah. Julio sengaja mengajak Glins ke mall hari ini untuk membelikannya barang - barang yang Glins mau sebagai ganti kalung yang dia berikan pada Javeline. Tidak disangka seorang anak kecil berlarian dan menabrak Julio dengan keras. "Itu sudah pasti," ucap Julio. "Maksudku, kamu mirip Om waktu Om masih kecil dulu." "Oh begitu rupanya," ujar Jovan. "Tapi, kalau dilihat - lihat pun, sekarang kalian tetap mirip," komentar Glins. "Kalian cocok sebagai ayah dan anak." "Benar juga. Ngomong - ngomong di mana orang tuamu? Kenapa kamu sendirian?" tanya Julio. "Itu dia masalahnya. Aku tersesat. Mama sedang belanja dan menitipkan aku pada tante. Tante ke toilet dan aku pergi dari playground diam - diam karena mengejar kereta
Javeline menutup mulutnya, tak percaya dengan apa yang Julio barusan lakukan. Bertahun - tahun dia mencintai Julio. Selama ini cintanya selalu bertepuk sebelah tangan, tapi sekarang Julio menyiapkan hadiah mahal untuknya dan melamarnya di depan semua orang. "Iya, aku mau," jawab Javeline dengan raut penuh kebahagiaan Julio lalu memasangkan kalung itu ke lehernya. Saat Julio berada di balik punggung Javeline, dia menatap Glins yang memberinya tatajam tajam. Julio membentuk ekspresi wajah meminta maaf yang membuat Glins memutar matanya. Javeline melirik ke meja sebelah dan melihat wajah datar Fiolina di sana, dia merasa puas. "Permisi aku mau ke toilet dulu," Fiolina meninggalkan mejanya untuk menuju ke toilet. Dia berdiri di depan kaca besar toilet wanita, tidak tahu harus melakukan apa. Akhirnya dia hanya mencuci tangannya untuk membuang waktu. Dia sangat membenci Julio. Laki - laki itu menceraikannya tanpa memberinya kesempatan untuk memahami situasinya. Setelahnya, Julio ba
DEG! Jantung Fiolina berasa hampir copot. Dia bersyukur Jovan tidak ikut. "Stt! bukankah itu keluarga Young di meja sebelah?" bisik Terry. Sontak Bernard dan juga Ferdian melirik ke meja sebelah. Namun mereka tahu untuk tidak menatap terlalu lama. "Iya benar itu mereka. Berikan sapaan sewajarnya kalau mereka menoleh. Selebihnya kita nikmati saja makan malam kita," ucap Bernard lirih. Julio juga sedikit terkejut saat dia tanpa sengaja melirik ke meja sebelahnya dan melihat ada keluarga chow di sana. Pandangannya tertuju pada Fiolina yang menurutnya semakin cantik. Namun dia mendadak sebal saat melihat siapa yang duduk di samping Fiolina. Julio berusaha untuk mengabaikan. "Itu Fiolina dan keluarganya," bisik Glins kepada Julio. "Ya aku tahu," ucap Julio. Oma mendengar apa yang Glins bisikkan kepada Julio. Dia pun menoleh dan bertemu tatap dengan Bernard. Untuk sopan santun, Oma mengangukkan kepalanya dan tersenyum untuk menyapa mereka. Bernard pun menganggukkan kepalanya da
Hari Jumat yang dinantikan Jovan pun tiba. Mulai pagi, dia bangun dengan penuh semangat membayangkan keseruan di camp memasak yang akan dia ikuti. "Ingat semua pesan Mama ya, selalu bilang ke pengawas kalau merasa sakit, lapar atau apapun yang butuh bantuan. Jangan sungkan, anggap mereka pengganti Mama oke? Dan jangan menganggu anak lain. Sebaliknya, adukan ke pangawas kalau ada yang mengganggumu," Fiolina mengulang- ulang wejangannya kepada Jovan. "Iya Ma. Aku sudah hafal itu. Jangan khawatir." "Nah, ini dia kita sampai," Fiolina menghentikan mobilnya. "Aku turun sekarang." "Hati - hati sayang ya, kiss me," Fiolina menyodorkan pipinya ke wajah Jovan. "Muach," Jovan mengecupnya lalu turun dan melambaikan tangan. Fiolina meninggalkannya dengan perasaan campur aduk. Dia senang Jovan berani, tapi dia juga sedikit patah hati karena harus menahan rindu selama 7 hari. Dia belum pernah berpisah dengan Jovan selama itu. "Jovan gak nangis?" tanya Terry begitu Fiolina tiba lagi di apart
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments