Ekspresi wajah Lula tampak berbeda Setelah mendengar ucapan Mom Selin.
Hatinya berkecamuk akibat otaknya yang berisik.Berbagai pemikiran masuk ke dalam otaknya dengan kurang ajar.Membuat Lula merasa rendah diri dan mengingat banyak kekurangan yang ada pada dirinya."Sayang, Kamu kenapa?" tanya Mom Selin.Lula menoleh dengan cepat dengan terkejut, "T—tidak, Mom!"Mom Selin tersenyum, "Jangan berfikir yang tidak-tidak, Sayang! Mom hanya mau kamu tidak terganggu sampai acara pernikahan berlangsung!" jelasnya.Lula melihat ekspresi Mom Selin dengan intens, mencari kebohongan dari kata-kata calon mertuanya itu.Namun Lula tak menemukannya.Lula tersenyum sambil mengangguk, "Maaf, Mom! Lula berfikir tak pantas bersanding dengan Dav—"Belum selesai bicara,Mom Selin langsung memotong ucapan Lula, "Bicara apa kamu, Lula! Kamu sangat pantas, Mom bersyukur bertemu denganmu!" kata Mom Selin cepSatu minggu berlalu setelah pertemuan Lula dengan Mom Selin. Selama satu minggu juga, Lula mengikuti treatment dan acara tradisional yang disiapkan Mamanya. Mama Laras yang asli Jawa, membuatnya harus dipingit dan semua tugasnya dipegang oleh sang asisten pribadi. Dan kini hari dimana dirinya akan segera menyandang status baru. Jantung Lula berdebar. Sekaligus penuh kekhawatiran dan kecemasan karena seminggu ini tak ada kabar dari David. Lula takut jika David tidak menepati janjinya. Sedang berita pernikahan mereka sudah bocor dan ramai di media hingga menjadi tranding topik. "Semua akan baik-baik saja, Sayang!" lirih Mama Laras. Sontak Lula menoleh, "Ma!"Mama Laras tersenyum, "Ayo kita turun, Nak!" ucapnya diikuti Mom Selin di belakangnya, "Cantiknya putriku ini!"Lula melebarkan matanya mendengar suara Mom Selin, "Mom!""Iya, Sayang! Ayo turun bersama Mom dan Mamam
Rana terpaku di depan pintu dengan air mata yang terus meluncur bebas. Perkataan pedas Olan beberapa saat lalu membuat hatinya sakit. Dengan botol yang di lempar dan membentur pintu hingga pecah, membuat Rana tak punya keberanian lagi untuk bersuara. "Apa sebegitu tidak berartinya aku, Mas?" lirih Rana hampir tak terdengar. "Apa keperawananku yang kau ambil adalah bukti kejalanganku?" batinnya lagi. Hatinya tersayat dengan ucapan dan tingkah suaminya. ******Berbeda suasana dengan di Ballroom hotel yang sampai malam masih saja ramai dari rekan bisnis kedua perusahaan itu. "Kamu capek, Sayang?" tanya David pelan. Lula menggeleng, "Tidak, Dav!""Jangan terpengaruh dengan Olan, aku tidak akan pernah membiarkan dia mendekatimu, Sayang!" lirihnya. Lula tersenyum dan mengangguk. Sejujurnya Lula merasa takut melihat sorot mata Olan. Belum lagi dua minggu ini seola
David langsung melumat bibir ranum istrinya setelah mendapat lampu hijau dengan lembut. Tak ingin menyakiti istrinya, David menyesap dan melumat dengan pelan. Sambil menikmati rasa yang sangat dia rindukan sejak terakhir kali di hotel saat itu. Nafas keduanya saling berkejaran. Tanpa Lula sadari David sudah membawanya duduk di ranjang keduanya. Ciuman itu terlepas dan David mulai beranjak menelusuri bukit menuju lembah sakral. David tidak menyia-nyiakan kesempatan dan bertekad memberikan service terbaik, agar Lula melupakan kejadian yang menimpanya tiga tahun lalu. Hingga David benar-benar terbuai dengan aset kembar Lula yang bulat, padat, berisi dan ranum. David terus melahap habis merah muda pada ujungnya, sambil sesekali meremas bulatan aset kenyal itu. Hingga David mendengar suara desahan Lula.David tak mau berhenti, mencari titik sensitif yang mampu membuat Lula terbang.
Karena gerak cepat Lula, dia terjatuh karena bagian pangkal paha nya yang terasa perih. Beruntung David telah lebih dulu menangkap tubuh istrinya. "Sepertinya istriku ini benar-benar ingin olahraga bersama!" gumam David. Sontak Lula memukul lengan suaminya dengan pelan, "Dasar mesum! Otak suamiku hanya berisi pangkal paha saja!" gerutunya. David pun tertawa dan menggendong sang istri menuju kamar mandi dan berniat untuk mandi bersama. "Tidak apa jika di otakku cuma pangkal paha istriku!" jawab David dengan santai. Lula hanya tersenyum memandang wajah suaminya yang sangat tampan. David menurunkan Lula di bath up dan mengisinya dengan air, sedangkan David berdiri dan menyalakan shower. David tidak yakin bisa menahan diri jika satu bath up dengan istrinya, bisa-bisa kejadian malam tadi kembali terjadi. Lula menikmati hangatnya air dengan aroma menenangkan sambil memandang tubuh maskulin penuh otot suaminya. "Suamiku sangat sexy," batinnya. Lula justru yang tertantang dan ingin
Jantung Lula seakan berdetak sangat kencang saat mengetahui gadis cantik, muda dan imut itu bernama Belle. "Mungkinkah ini Belle yang menelpon suamiku tadi?" batinnya. Lula diam seribu bahasa. "Maaf Bi Asih, istri saya sedang kelelahan, Kalau begitu kami pamit!" kata David kemudian menyeret Lula masuk. Villa sederhana itu terbuat dari kayu, tapi sangat indah dan rapi. "Kamu kenapa, Lula?" tanya David saat sampai di kamarnya. Lula menatap David dengan tajam, "Aku kenapa? Maksudmu?" "Kenapa tak menjawab sapaan Bi Asih dan Belle?" tanyanya. Lula menyeringai, "Belle? Kamu marah karena aku tidak menyapa Belle?" "Bi Asih dan Belle, Lula! kenapa kamu jadi sensitif dengan Belle!" kata David. Entah kenapa Lula sangat marah saat ini. Semakin dia berdebat dengan suaminya semakin dia marah karena suaminya seolah sedang membela Belle. Dan Lula memutuskan untuk masuk ke dalam k
"Surprise!" pekik David. "Ha!" pekik Luka terkejut dan menoleh pada David, "Kamu menyiapkan semua ini?" tanyanya. David mendekat mengusap wajah istrinya itu dan berkata, "Ya, untuk wanita spesial dalam hidupku! Aku meminta Belle menyiapkan ini jauh-jauh hari!"Tanpa menjawab lagi, Lula langsung menyambar bibir suaminya. Meluapkan kebahagiaan dan kelegaannya dengan rasa yang dia alirkan lewat getaran pada suaminya. Tentu David menyambut dengan suka cita lumatan sang istri. Istrinya sangat menggemaskan jika tengah tersipu. "Ahh, Nikmat sayang!" lirih David di sela ciuman sang istri. Lula langsung memukul lengan David pelan sambil melepaskan ciuman itu dan David tertawa dengan lepas. "Kamu lucu sekali sayang kalau cemburu! Ternyata kamu sudah mencintai aku, ya!" goda David. "Gak!" jawab Lula meninggalkan David dan menuju ranjang di ujung kaca. David tersenyum dan hatinya berbung
"Bangsat!" "Kau jahat, Lula! Jahat!" teriak Olan kembali menggila setelah mengetahui keberangkatan honeymoon sang pujaan hati. Di belahan bumi dengan jarak ribuan mill, Olan tengah tercabik-cabik hatinya membayangkan Lula tengah membuka pahanya pada David. Sungguh, Olan tak bisa membayangkan itu. "Aku akan menyusul kalian, tunggu aku, Lulaku!" racau Olan kembali sambil terduduk di meja ruang tamu setelah menghancurkan seisi ruang tamu. Mengabaikan Rana yang tengah berlinang air mata.Menahan sakitnya hati di ujung pantry sambil menyaksikan suaminya menggila untuk wanita lain. "Mas, Apa dia begitu berharga untukmu? Apa tak ada ruang sedikitpun untukku, Mas?" batin Rana tersayat. Namun, wanita yang berstatus istri itu tak bisa berkutik, bahkan hanya untuk menegur suaminya. Rana hanya bisa melihat dan membiarkan hatinya semakin remuk redam, agar cintanya pada sang suami bisa hancur seiring dengan r
"Oke, Siapa takut!" jawab Lula dengan penuh candaan untuk mencairkan suasana. Dan David pun tersenyum, merasa gemas ingin mengigit hidung lancip istri kecilnya itu, "Hih, ternyata dibalik Bu CEO yang galak, tegas, dan sexy ini ternyata sangat menggemaskan!" "Au, Sakit tau!" timpal Lula. Dan mereka berdua tertawa kembali, sambil meneruskan acara mandi di sungai mereka.Keduanya saling membersihkan dan saling mencipratkan air, membuat suasana semakin hangat. Hingga akhirnya mereka selesai dan berjalan kembali menuju gubuk mereka. David tidak terlalu keberatan karena Lula sangat kuat berjalan walaupun medan mereka sedikit terjal. Lula yang memiliki stamina bagus karena olahraga setiap waktu, juga olahraga extreme yang dia lakukan. Sehingga, David sangat tenang selama perjalanan. Hingga sore menyapa dan keduanya sudah hampir sampai di gubuk cinta mereka. "Apa kita akan menghabiskan honeymo
Deg! Mom selin kemudian mengangguk sambil mengusap rambut Olan bak anaknya sendiri, tak pernah Selin bayangkan Olan akan menganggap Aiden, kakaknya. Wajah Olan yang persis dengan kenan, membuatnya mengingat Aiden. Mungkin Aiden akan seperti Olan jika dia hidup! "Yah, Mom akan antar!""David saja tidak pernah diajak ke makam, Kakak!" seru David cemburu.Selin sontak menoleh dan tersenyum, "Bersamamu juga, Mom akan antar, Sayang!" jawabnya. Dan akhirnya mereka semua pergi ke makam surga tanpa terkecuali, Mom Selin, Olan, Rana, David, Lula, Bemo, Laras, Kenan dan Ratna, semuanya turut mengelilingi makan kecil itu. "Aiden Beevikenan!" lirih Olan dan David bersamaan. Kemudian mereka semua mengirimkan doa untuk Aiden di sana. Suasana menjadi sedikit haru setelah semua beban di hati Selin dan Lula terangkat, maaf telah mereka berdua sebar sebelumnya untuk orang-orang yang pernah menyakiti.
Deg! "Jangan!" ucap David terkejut, "Kenapa, Mommy ikut juga, Sayang?" "Aku gak tau, Sayang! Mommy tiba-tiba bilang jika besok mau datang!" jawab Lula. "Aku sebenarnya gak mau, kamu dan Mom datang! Boleh tidak, jika kalian tidak usah datang, saja?" tanya David. "Tidak, Mas! Aku dan Mom ingin melihat kehancuran dia, seperti janjimu!" jawab Lula tegas dan memilih langsung membaringkan tubuhnya. Pertanda jika dirinya tak ingin lagi dibantah, melihat itu David pun mengalah dan memilih memeluk sang istri dari belakang, "Tidurlah sayang, semoga besok menjadi akhir dari perjuangan kita!" lirihnya. Lula hanya tersenyum mendengar gumaman suaminya sambil terus- menerus menciumi kepalanya sampai terlelap. Keesokan harinya, mereka bertiga berangkat bersama menuju persidangan. Kali ini, karena sidang putusan, yang ada ada dikursi panas itu hanya Jaksa penuntut, tersangka dan juga pengacaranya. David duduk di kursi audiens. Tak lama, Mama dan Papa juga turut hadir di barisan belakang Davi
Aaaaaa! TIDAKKK MAUU!" pekik Hanu, "Lepasin! Beraninya kalian menyentuh saya!" pekiknya lantang. Rasanya harga dirinya hancur, begitu banyak media yang menyorotinya. Namun, beberapa aparat itu tak mendengarkan dan terus menyeretnya Hanu begitu saja. Dan berita penangkapannya juga dengan cepat muncul di berita semua stasiun televisi. David dan Lula di ruang keluarga tengah mengembangkan senyumannya melihat ekspresi frustasi David. "Kau memang harus mempertanggung jawabkan semua tindakan dosamu, Hanu! Mari bertemu di pengadilan!" gumam David. Lula menoleh sekilas, "Terima kasih!" lirihnya "Untuk apa, Sayang? Berterima kasihlah saat Hanu sujud di kakimu dan putusan hakim keluar, Sayang!" "Sayang!" lirih Lula. "Tekadku sudah bulat, aku berhasil jika bisa membuatnya bersujud padamu! Dia harus memohon maaf untuk dosanya padamu, Sayang!" ucapnya. Lula tersenyum dan mengangguk sambil menatap suaminya dengan intens. Satu bulan menjalani kesibukan dan menjadi parter menuruntuhkan H
"Dia senang menyiksa wanita dalam berhubungan b4dsn!" lanjut Olan menjelaskan. David dan Lula hanya bisa saling pandang, dengan apa yang baru saja di dengarnya. Rasanya, tidak percaya orang sekeras dan memiliki tangan dingin seperti Hanu pernah direndahkan dan dilecehkan bahkan oleh seseorang yang harusnya menjadi malaikat penolongnya. Efek dari kejadian di masak kecilnya, menjadikan Hanu seperti saat ini. "David! Jangan mengurungkan niatmu atau mengasihani dia! Apapun yang terjadi, kakek harusnya memiliki pilihan untuk memilih jalan baik! Tapi dia memilik membalaskan pada semua wanita di dunia ini! Dia harus tetap di adili, Dav!" lanjut Olan. "Iya, aku tidak berencana mengurungkan niatku! Aku juga memiliki pilihan, aku tidak ingin istriku terus dihantui kejadian itu dan menyimpan dendamnya sampai tua nanti! Aku ingin bahagia dengannya! Maka aku akan mencabut akar rasa sakit hati istriku!" ucap David sambil menatap intens Lula. Seolah David ingin memberitahukan, jika Lula adalah
Ruangan itu dipenuhi gelak tawa karena kehadiran Mom Selin. "Mom, titip Lula ya! David harus bertemu, Papa!" pamitnya. "Iya, Serahkan pada Mom!" jawabnya, "Gulung habis mereka bersama dengan kejahatan mereka, Dav!" "Iya, Mom! Ini cukup membuat Antama benar-benar lebur ditengah krisis kepercayaan ini!" jawabnya kemudian mencium wajah Lula, "Aku berangkat, Sayang! Cepatlah pulih dan lihatlah laki-laki iblis itu berlutut padamu!" lirih David. Lula mengangguk! Dia sangat mengerti apa yang akan David lakukan saat ini. "Iya, aku menunggunya, Dav!"David kemudian tersenyum dan bergegas meninggalkan rumah sakit. David ingin menyusun strategi dengan Papa Bemo untuk kehancuran seperti apa yang menyenangkan! Satu yang jelas, David ingin membalaskan dendam Mommy dan istrinya tanpa mengekspos kejahatan itu, karena akan menciderai harga diri mereka. David tidak ingin itu! Biarlah itu menjadi rahasia mereka! Namun, Hanu harus berlutut meminta pengampunan. "Pah!" cari David bersamaan denga
Tak! Kenan meletakkan semua harddisk di meja, "Aku ingin memberikan ini!" Glek! "Itu? Apa itu?" ucap Selin datar sambil berbalik dan duduk. "Anggaplah sebagai permintaan maafku padamu, Selin! Maaf untuk keterdiamanku, Maaf untuk ketidakmampuanku melindungimu dulu, Maaf membawamu pada pusara sakit yang tidak bertepi dan Maaf karena tidak bisa menepati janjiku!" ucap Kenan. Selin hanya menatap datar netra laki-laki yang dulu pernah membuatnya jungkir balik. Tak ada niat membalas ungkapan Kenan sedikitpun, karena nyatanya memang benar yang dia ucapkan. Laki-laki di depannya lah yang membawanya pada pusara kesakitan yang tiada bertepi, namun Selin juga sadar bukan sepenuhnya salah Kenan. "Aku akan mempertanggungjawabkan semuanya, Selin, walaupun terlambat! Setidaknya, semoga itu bisa membuatmu ikhlas memaafkan aku!" ucap Kenan lagi. Selin kemudian mengambil hardisk itu, "Aku terima permintaan maafmu, Kenan, jangan salahkan aku mempergunakan ini sebaik mungkin!" ucapnya datar. "
Olan terperanjat hingga tanpa sadar menginjak rem kakinya dengan kencang. Ciit! Brak! "Aaau!" pekik Olan saat dahinya membentur kuat kemudi, karena rem dadakannya membuat mobil di belakang tidak siap, "Akhh, sial!" Tak lama, seorang laki-laki paruh baya turun dan menghampiri Olan. Tok! Tok! Tok! Dan Olan membukanya, "Anda harus bertanggung jawab karena rem mendadak! Beruntung tidak terjadi kecelakaan beruntun!" ketusnya. "Baiklah, saya akan menanggung semua biaya perbaikannya, apa Anda juga butuh ke rumah sakit?" tawar Olan. "Tidak perlu!" Kemudian, Bapak itu pergi setelah mendapatkan kartu nama dan juga nomer ponsel Olan. Dan Olan kembali menghubungi Papanya yang sempat terputus. "Hallo, Pah?" sapanya setelah panggilan langsung diangkat. "Iya, kamu kenapa? Apa baik-baik, saja?" tanya Kenan. "Baik, Pah, hanya sedikit terkejut dan menabrak orang! Mom Selin, Pah? Aku tidak salah dengar?" tanya Olan memastikan. "Iya, Selin!""Kenapa Papah baru bilang sekarang, berarti kelua
"Kakek jahat, kakek bukan Manusia! Kakek Iblis!" teriak Olan. Olan tak pernah menyangka, Kakeknya sangat tidak tau malu setelah menghancurkan masa depan seorang gadis. Apa menurutnya yang pernah dia lakukan dulu bisa dimaafkan oleh Lula? Apa menurut kakeknya, dirudapaksa di depan kekasihnya sendiri adalah hal yang tidak mengguncang jiwa. Bahkan Olan tak berani mengingat raut wajah kehancuran Lula saat itu. Gadis yang amat sangat dia sayangi. "TURUNKAN SUARAMU! BERANINYA MEMBENTAK, KAKEK!" teriak Hanu. Brak! Olan tak lagi bisa menahannya! Kakeknya sudah sangat egois, "KAKEK! Aku bukan Olan yang dulu, jangan membuatku muak atau aku akan pergi meninggalkan Antama!" Kilat amarah tercetak jelas di dua netra Olan. Olan Tidak takut jika harus meninggalkan Antama, Olan bukannya manusia yang gila harta! "Kau tanpa Antama, tidak mungkin memiliki para anak buah yang loyal,
"Tidak!" teriak Lula penuh dengan keterkejutan karena kehilangan janin kecil yang baru dia ketahui pagi tadi, "BOHONG! Anakku pasti masih ada!" racaunya. David hanya bisa mendekap tubuh kecil istrinya dengan erat, "Kita harus sabar, Sayang!" "Anakku, aku mau anakku, Dav!" racaunya sambil menangis terisak. Walaupun tak menginginkan anak atau berencana memiliki anak dalam waktu dekat, namun mengetahui kehamilannya membuat hatinya dipenuhi letupan cinta untuk buah hatinya."Anakku!" rintihnya. Sakit! Kehilangan janin yang bahkan belum berbentuk nyatanya cukup membuat Lula terguncang. David pun juga tak kalah sedih! Menyesal dan merasa tak berguna, karena merasa tidak bisa melindungi calon anaknya. Dan David hanya bisa mengusap pelan punggung bergetar istrinya. Keduanya saling memeluk dan meluapkan rasa sedihnya akan kehilangan calon anak mereka, calon anak yang sangat diharapkan oleh David. Cukup lama, David benar-benar tak ingin bertanya atau menuntut penjelasan apapun. David