Hari yang Lula tunggu akhirnya datang juga.
Selama hampir dua minggu, Lula, David dan Olan tidak saling bertemu karena tidak ada pembahasan Mega proyek yang mereka kerjakan.Semua melalui asisten pribadinya.Dan hari ini, mereka bertiga harus berangkat ke luar kota untuk meninjau proyek dan lokasi secara langsung.Karena ada pihak investor dari luar negri yang datang untuk melihat sejauh mana proyek mereka.Lula berangkat dengan supir Papa Bemo."Apa pilihanku sudah benar?" batin Lula.Lula sudah membulatkan tekadnya, tak akan lagi goyah dengan dua pria itu.David maupun Olan, entah mereka berdua akan tersakiti bersama, Lula menguatkan tekad melanjutkan rencananya."Terima kasih, Pak! Bapak boleh istirahat di kamar bapak!" kata Lula saat akan turun.Kebetulan pertemuan ada di Ballroom hotel tempat mereka semua menginap.Lula menegakkan kepalanya dan berjalan menuju BallroomSuara Lula mampu membuat David semakin bersemangat mengabsen dan berperang dengan lidah kaku Lula. Terasa syahdu. Decapan mereka berdua bersahutan dan diselingi desahan Lula, "Ahh!" Dan David cukup mengerti Lula yang memiliki trauma, sehingga tangannya hanya akan mengusap tengkuk Lula pelan.Lula yang merasakan usapan itu semakin terbuai dengan ciuman David. Hingga matanya terbuka sedikit dan melihat Olan yang sejak tadi melihat mereka dari halaman Hotel, akhirnya memasuki Lobi.Kemudian Lula melepaskan ciuman itu dengan nafas naik turun. David menatap Lula dengan tatapan dalam penuh protes, namun Lula tersenyum tipis dan kembali mengambil pizza untuk dia kunyah. "Kejam sekali! Lagi enak-enaknya juga!" gerutu David pelan. Sontak Lula tertawa mendengar gerutuan itu, "Buka mulutmu, Dav!" katanya sambil menyuapkan pizza yang baru saja dia gigit. David menurut dan menggigit pizza itu sambil bermuka m
Desahan Lula dengan menyebut nama orang lain itu mampu menghentikan aktifitas Olan. "Lula! Teriakan namaku, bukan nama laki-laki lain!" pekik Olan marah. Dan tanpa menunggu jawaban Lula yang menatapnya dengan mata merah Olan kembali menyesap tulang selangka Lula. Gaunnya yang tidak memiliki lengan di satu sisi membuat tulang selangka Lula menonjol dan menggoda Olan. Lula sekuat pikirannya berontak namun tubuhnya tetap merespon apa yang Olan lakukan. "Ahhh, aku milik David!" desah Lula. Olan menulikan pendengarannya dan semakin menyesap hingga turun ke tulang belikat. Cklek! "BAJINGAN!" teriak David yang menerjang Olan setelah membuka pintu kamar Olan. David yang tidak melihat Lula langsung berlari menuju resepsionis meminta kunci kamar Olan. Namun tidak diberikan dengan alasan privasi. Hingga akhirnya David menyeret petugas untuk ikut memastikan. Dan benar dugaaan.
"Papah" pekik Lula menghambur memeluk Bemo, "Kenapa bisa ada disini?" Papa Bemo memeluk Lula dengan erat, "Kamu baik-baik, saja? Papa langsung terbang dengan helikopter saat mendengar kamu—" Bemo menghentikan ucapannya takut memicu depresi putrinya. Bemo yang memang sangat khawatir langsung berangkat. Dalam perjalanan bisnis, rasanya sangat tidak lucu jika Lula kembali tantrum. "Masuk dulu, Om!" kata David sambil menyalami Bemo. Papa Bemo tersenyum tipis menatap David, "Terima kasih banyak, Tuan Robinson, sudah menyelamatkan putri saya!" "Iya, Om! Sudah kewajiban saya melindungi, Lula!" jawab David. Dan Lula menggandeng tangan sang Papa untuk masuk ke dalam kamar David. "Sayang, Jangan kurang ajar dengan Tuan Robinson!" kata Bemo lirih. Lula kemudian tersenyum, "Tidak apa, Pa! ya kan, Dav?" tanya Lula pada David. Davis tersenyum sambil mengusap puncak kepala Lula, "Iya Sayan
“MANTAN KEKASIH! Camkan itu, Olan!" jawab David dengan aura permusuhan yang kental. David mendekatkan wajahnya pada Olan. "Ini kali terakhir kebaikanku sebagai teman, Olan! Setelah ini, jika kau masih macam-macam dengan kekasihku, Aku tidak akan perduli kamu temanku atau bukan!" desis Olan dengan tatapan tajam. Olan hanya menatap mata David dengan tatapan datar. David tau Olan menahan gejolak hatinya karena telah dia rendahkan. David berdiri dan berbalik, "Lepaskan dia, Pak!" singkatnya kemudian beranjak pergi meninggalkan Olan dan dua petugas keamanan itu. David kembali ke kamarnya untuk segera bersiap kembali ke kotanya malam itu juga. David tak ingin terlambat datang menemui calon mertuanya besok. Sedangkan Olan yang ditinggalkan begitu saja, menatap kepergian David dengan kebencian. Hatinya terbakar dengan ucapan David.Kenyataan jika David tau dirinya adalah mantan kekasih Lula me
"M—mas! Kamu disana?" gumam Rana sambil sebisa mungkin menutupi di kembar dan bagian bawahnya. Olan hanya menyeringai melihat Rana, kemudian mengambil segelas air putih. Dengan dada telanjang dan celana panjang yang dia gunakan. Olan tampak fresh setelah mandi dengan rambut yang basah, membuat Rana salah tingkah. Rana kemudian berbalik berkata apapun dan naik ke kamarnya untuk segera membersihkan diri dan tidur. Tidak perduli dengan ucapan dan seringai sang suami. ****Keesokan harinya David sampai di lapangan golf satu jam sebelum janji temu dengan Papa Bemo. Lengkap dengan stylenya saat olahraga golf dengan stick kesayangannya. Dan ternyata, Papa Bemo juga datang satu jam sebelumnya, dan hanya berbeda lima menit dengan David."Sudah datang?" tanya Papa Bemo mendekati David yang masih duduk di gazebo. David menoleh, "Loh, Sudah Om! Om juga sudah datang?" tanyanya sambil berdi
Mom Selin terpekik sambil menggebrak meja penuh emosi. "Kau bercanda, Dav?" kata Mom Selin dengan penuh penekanan. David hanya mengangguk, "Serius, David hanya ingin menikahi dia, Mom!" tegas David. Mom Selin terduduk kembali di kursinya dengan dada yang naik turun. "Kurang ajar, Tua bangka itu!" desisnya. David menyadari jika Momnya pasti menginginkan yang terbaik untuk putra semata wayangnya. Namun, David merasa hatinya sudah berlabuh pada gadis malang itu. David kemudian berdiri dan duduk di lantai di depan Mom nya, memegang tangan bergetar wanita yang sangat dia sayangi itu. "Dav, tidak ingin berbohong dengan Mom! Maafkan Dav, Mom! Dav mencintai gadis malang itu!" lirihnya sambil merebahkan kepalanya pada paha Mommy Selin. Tangan Mommy Selin kemudian terulur dan mengusap kepala sang putra. Putranya yang kini memohon demi memiliki seorang gadis untuk mendampinginya. "Dav
Lula yang kebetulan turun dari kamarnya terpaku dengan ucapan Mom Selin hingga tanpa sadar menjatuhkan ponselnya. Semua mata sontak menatap Lula yang hanya memakai yang tang top dan celana pendek. "La!" gumam David terkejut. "Hmm, Eh ... M—maaf!" kata Lula berbalik dan kembali ke kamarnya. Kini di ruang tamu, semuanya diam. "Biarkan Lula keluar dengan pakaian lebih sopan, dan kita dengar jawabannya atas lamaranmu, Selin!" jawab Mama Laras. Mom Selin mengangguk, "Semoga mereka bisa segera menikah!" Mama Laras tersenyum dan detik berikutnya Lula sudah keluar dengan dress rumahan putih lebih sopan. Justru dress rumahan itu membuat Lula terlihat sangat cantik. Kulit susunya yang berbahaya karena baju putih itu kalah membuat David semakin tak kuasa melihat pesona Lula. Lula seperti bidadari yang turun dari kayangan. "M_maaf, Saya tidak tau jika ada tamu!" kata Lula sambil menundu
Ekspresi wajah Lula tampak berbeda Setelah mendengar ucapan Mom Selin. Hatinya berkecamuk akibat otaknya yang berisik. Berbagai pemikiran masuk ke dalam otaknya dengan kurang ajar. Membuat Lula merasa rendah diri dan mengingat banyak kekurangan yang ada pada dirinya. "Sayang, Kamu kenapa?" tanya Mom Selin. Lula menoleh dengan cepat dengan terkejut, "T—tidak, Mom!" Mom Selin tersenyum, "Jangan berfikir yang tidak-tidak, Sayang! Mom hanya mau kamu tidak terganggu sampai acara pernikahan berlangsung!" jelasnya. Lula melihat ekspresi Mom Selin dengan intens, mencari kebohongan dari kata-kata calon mertuanya itu. Namun Lula tak menemukannya. Lula tersenyum sambil mengangguk, "Maaf, Mom! Lula berfikir tak pantas bersanding dengan Dav—" Belum selesai bicara,Mom Selin langsung memotong ucapan Lula, "Bicara apa kamu, Lula! Kamu sangat pantas, Mom bersyukur bertemu denganmu!" kata Mom Selin cep