Di kediaman besar Anthony.
Masih terdengar suara amukan seorang wanita di balik pintu kamar kokoh juga mewah itu.Suara tangisan juga teriakkan sang nona muda Valerie membuat, para pelayan semakin khawatir."Bagaimana? Apa tuan Sebastian menjawabnya?" Tanya seorang pelayan wanita yang berusia 35 tahun.Kepala pelayan itu menggeleng dengan wajah panik. "Dia mematikan ponselnya," jawab kepala pelayan sambil terus terlihat mondar-mandir."Kita harus melakukan apa?" Tanyanya kepada pelayan juniornya.Pelayan lebih muda dari kepala pelayan itu pun mencoba berpikir dan ia pun segera memberitahukan kepala pelayan untuk menghubungi seseorang."Aku tahu, siapa yang harus kita hubungi!" Serunya."Siapa?! Tanya kepala pelayan dengan penasaran."Nyonya Carina. Istri tuan, Sebastian," sahut pelayan junior itu."Kau yakin ingin menghubunginya? Tanya kepala pelayan dengan ragu."Hm! Hanya dia yang bisa kita harapkan," sahut sang pelayan muda itu.Mereka pun mencoba menyambungkan panggilan. berdering! Terdengar suara sambungan di sana, namun belum juga mendapatkan jawaban.Satu kali panggilan mereka gagal, kedua kalinya pun masih gagal dan ketiga kalinya terjawab, namun suara jeritan sakit terdengar di dalam kamar sang nona muda."Astaga! Apa yang terjadi," ujar kepala pelayan dengan wajah semakin panik."Cepat! Buka pintunya," teriak pelayan junior.Sementara ponsel yang terjatuh di atas lantai, terus menangkap suara seruan di sana.…."Clek!""Nona!" Pekik kedua pelayan itu, saat melihat keadaan sana nona muda sudah terkapar di atas lantai dengan cairan merah mengalir di pergelangan tangan kanannya."Astaga, apa yang anda lakukan nona," ujar kepala pelayan dengan suara bergetar takut.Pelayan satunya terlihat kebingungan harus melakukan apa, ia masih tercengang melihat kondisi tragis — majikannya itu."Cepat! Cari bantuan untuk membawa nona muda ke rumah sakit!" Pekik kepala pelayan dengan wajah panik."B-baik," sahut pelayan junior itu. Segera berlari keluar kamar untuk mencari bantuan."Oh Tuhan, apa yang anda lakukan," ucap kepala pelayan dengan nada bergetar takut.Wanita itu merobek ujung pakaiannya dan mengikatkan di pergelangan tangan — Valerie. Dengan raut wajah pucat dan berkeringat dingin.Sedangkan Valerie sudah tak sadarkan diri dengan kedua telapak kakinya terasa dingin dan wajahnya sudah memucat, akibat aliran darah terus menerus keluar dari pergelangan tangannya yang terbuka oleh sayatan benda — tajam.………"Ada apa?" Tanya seorang pria setengah baya yang baru saja memasuki Mansion mewahnya."Tuan Jones!" Sahut salah satu pengawalnya yang bertugas menjaga keamanan Mansion Anthony."Kenapa, kamu berada di sini? Bukan melakukan tugasmu?" Tanya tuan Jones dengan wajah — menyelidik."N-nona… m-muda, tuan," sahut sang pengawal dengan terbata dan wajah tegang.Tuan Jones Anthony menatap pengawalannya itu dengan wajah penasaran juga khawatir."Ada apa dengan putriku?" Tanya tuan Jones dingin."Katakan!" Bentaknya, saat sang pengawal hanya terdiam dengan tubuh gemetar."Nona muda melukai dirinya sendiri, tuan," jawab pengawal itu.Pria penuh karismatik itu, dengan wajah terlihat gagah di usianya yang memasuki setengah abad, segera berlari ke arah tangga untuk menuju kamar putri semata wayangnya.Sedangkan di kamar mewah itu, masih terlihat beberapa pelayan juga pengawal, mencoba mengangkat tubuh sang nona muda untuk dibawa ke rumah sakit."Cepatlah!" Seru kepala pelayan yang semakin panik, saat wajah sang nona muda semakin pucat dan telapak tangan juga kakinya begitu dingin."Tubuhnya, semakin dingin. Lihat wajahnya yang memucat," sentak kepala pelayan dengan ekspresi ketakutan nona mudanya mengalami hal serius."Apa yang terjadi!" Sentak kasar seorang pria dengan suara beratnya.Para pelayan yang membantu — Valerie menghentikan langkah mereka, saat seorang pria berwajah syok kini berdiri di hadapan mereka."Valerie sayang!" Sentaknya kembali.Segera meraih tubuh lemah sang putri dan memeluknya erat. Tuan Jones begitu terkejut, saat melihat pergelangan tangan putrinya juga raut wajah pucat — putri semata wayangnya itu."Bangunlah, nak. Apa yang sedang kamu lakukan. kenapa, kamu melakukan hal senekat ini, nak," tutur tuan Jones dengan wajah terpukul, melihat putri satu-satunya tega melukai dirinya sendiri. Padahal dia selalu menjaga dan melindungi sang putri dari segala hal-hal yang bisa melukai sang putri, walaupun hanya luka kecil saja."Sayang, sadarlah. Jangan tinggalkan daddy nak," ucapnya lirih sambil menitikkan air mata, melihat wajah pucat putrinya."Tuan!" Sela kepala pelayan memberanikan diri untuk menegur.Tuan Jones hanya menatapnya dengan intimidasi mengerikan, seakan ingin mencabik-cabik seluruh tubuh, wanita setengah baya di depannya."Kita harus segera membawa nona muda, ke rumah sakit," sambung kepala pelayan dengan wajah tegang juga suara terbata.Wanita dengan penampilan rapi khas seorang kepala pelayan di kediaman mewah itu, hanya bisa menundukkan kepalanya.Tidak berani untuk mengangkat kepalanya apalagi, memandangi wajah marah, sang tuan besar — Jones Anthony.Tanpa banyak menunggu lama, tuan Jones segera menggendong putrinya itu dan membawanya dengan gerakan cepat juga tergesa-gesa, ke arah lift khusus, untuk digunakan saat dalam keadaan darurat — saja.…….."Bagaimana keadaan putriku?" Tuan Jones segera melayangkan pertanyaan kepada dokter pria yang, memeriksa keadaan — Valerie Anthony.Dokter pria dewasa itu, menghela nafas panjang sejenak, lalu menghembuskannya secara perlahan.Ia memasang wajah serius di hadapan tuan besar Jones Anthony. Pengusaha terkenal di kota — Berlin. Sosok penguasa di kalangan pebisnis di kota besar itu.Bisnisnya pun, merambat ke beberapa bagian benua lainnya. Membuat pria itu di kagumi pun di segani di kalangan pebisnis lainnya.Kesuksesan juga kepintarannya dalam berbisnis kini menurun kepada, pewaris satu-satunya semua aset kekayaannya.Bakat yang ia miliki diturunkan kepada sang putri. membuat putrinya itu sukses sebagai wanita karir berpengaruh di kota Berlin"Kondisinya tidak terlalu begitu serius, karena luka sayatan di pergelangan tangannya tidak melukai nadinya, tapi …." Terang dokter dewasa itu dan menggantung ucapnya."Tapi apa?! Tanya tuan Jones geram, ia tidak merasa senang dengan sikap dokter tersebut yang seakan mempermainkannya."Putri anda mengalami, depresi ringan. Kami juga menemukan zat yang terkandung dalam obat penenang di dalam tubuh putri, anda," sambung dokter itu dengan nada tegas penuh wibawa.Tuan Jones begitu terkejut, dengan apa yang ia dengar. Bagaimana mungkin, putrinya yang terkenal cerdas dengan pemikiran modern juga dewasa, melakukan hal di luar batas kewajaran."Mungkin, putri anda dalam masa-masa sulit, atau bisa saja dia dalam terpuruk dengan perasaannya," timpal dokter itu lagi. Membuat wajah tuan Jones, tercengang.Hal macam apa yang membuat, putri kesayangannya itu terpuruk juga menderita tekanan perasaan."Apa dia memiliki, kekasih?" Tanya dokter itu yang membuat tuan Jones terkejut, sekaligus membeku di tempatnya."Apa hubungannya dengan kondisi putri saya dengan, kekasih?" Tanya tuan Jones kembali dengan raut tidak dapat di baca."Mungkin saja putri anda, mengalami patah hati yang membuatnya tertekan juga berakibat depresi ringan." Jelas sang dokter.Pria gagah penuh kharisma itu, terdiam sejenak. Memikirkan kehidupan pribadi putrinya yang tidak pernah, terbuka mengenai hal tabu kepadanya.Tuan Jones tidak begitu mengekang sang putri dalam hal privasi putrinya itu. Ia memberikan kebebasan dan ia begitu cuek tentang hubungan perasaan putrinya."Anda bisa menemui putri tuan. Sepertinya dia sudah sadar," sela sang dokter tiba-tiba kembali membuat tuan Jones terkejut.Pria berusia 50 tahun itu masuk kedalam kamar pasien putrinya, tanpa mempedulikan dokter yang sejak tadi bersama dengannya.Terdengar suara tarikan nafas frustasi dari sosok pria berusia — setengah abad. Mata tajam sosok itu, terus memantau, wanita muda yang sedang berada di balkon kamar pasien. Ia berjalan mendekat, saat melihat pergerakan halus dari wanita muda itu yang berusaha bangkit dari kursi rodanya.Pergerakan gesitnya menahan bobot tubuh wanita itu yang hampir saja terhempas ke belakang."Berhati-hatilah, honey!" Serunya dengan mimik wajah khawatir.Wanita itu hanya menampilkan wajah dingin dengan tatapan kosong, tidak ada lagi senyum hangat yang sering ia berikan kepada pria di sampingnya."Kamu menginginkan sesuatu, honey?" Pertanyaan berasal dari sang pria, yang berusaha mencairkan suasana sunyi di antara mereka.Sang wanita pun masih terdiam dengan sorot mata tajam menerawang ke depan. Wajah pucat itu masih terlihat sembab, dengan jejak air mata terlukis jelas di kedua kelopak mata.Sekali lagi, sang pria penuh perhatian itu, hanya bisa menarik nafas panjang dengan raut wajah kebingungan. Ia
Keluarga kecil bahagia Sebastian kini sedang menikmati kebersamaan di taman hiburan kota. Tawa bahagia juga keceriaan terlihat jelas di wajah keluarga kecil itu. Apalagi putra Sebastian yang terlihat begitu ceria.Seharian ini Sebastian menemani sang putra bermain dan bersenang-senang. Carina hanya menyaksikan dengan sesekali mengabadikan momen bahagia itu dengan ponselnya.Wanita itu begitu bahagia bisa menghabiskan waktu seharian dengan keluarga kecilnya. Jarang sekali mereka bisa seperti ini, itu dikarenakan pekerjaan suaminya yang begitu padat."Mommy!" Panggil putra tampan mereka."Kemarilah mom!" Pinta bocah tampan itu, salah satu tangannya melambai kepada sang mommy.Carina tersenyum sembari berjalan mendekati kedua pria kesayangannya."Ada apa sayang?" Tanya Carina saat berada di depan putranya."Mom, temani kami menaiki itu." Bocah laki-laki berusia 5 tahun itu menunjuk ke arah wahana permainan yang terlihat ekstrim bagi kalangan anak di bawah umur.Carina mengikuti arah telu
Masih terlihat jelas ketegangan di dalam mobil mewah, milik tuan Jones. Pria berusia setengah abad itu tampak tidak terima dengan ucapan Sebastian. Bagaimanapun, ia harus membuat pria yang merupakan bawahannya untuk menemui putrinya.Wajah gagah itu terlihat mengeras hingga terlihat merah, tatapan mata tajam ia tujukan kepada pria lebih muda yang duduk di sampingnya."Aku ingin kau menemui putriku!" Titah tuan Jones. Ucapannya melebihi sebuah perintah yang harus Sebastian patuhi. Bagaimanapun pria berpostur tegap itu, memiliki kuasa untuk menekan pria di sampingnya.Sebastian melirik atasannya dengan bibir tersenyum sinis. Juga terdengar decakan kasar dari bibir pria itu."Maaf, saya tidak bisa melakukannya." Sebastian menolak dengan wajah tidak acuh.Bagaimanapun ia berhak menolak segala tekanan yang diberikan oleh atasannya ini. Sebastian tidak ingin terus menerus di tekan oleh egoisan mereka."Lakukan Lah, apabila kamu menginginkan kedamaian bersama keluargamu." Tuan Jones berka
Tubuh lemah itu kini, berdiri kaku di depan pria pujaannya. Tatapan mata berkaca-kaca mendengar Ungkapan kekesalan pria di hadapan. Hatinya teriris pilu dan rasa sesak kini menyerang rongga dadanya, mengapa begitu menyakitkan mencintai seorang pria.Walaupun ini salah, namun perasaannya begitu tulus. Bukan sekedar obsesi atau pelarian semata dari kesunyian yang menemaninya.Hanya saja perasaan juga hatinya hanya memilih pria ini. Pria yang begitu membencinya. Pria yang merupakan milik orang lain.Tidak bisakah, dia berbagi sedikit saja waktu bersama suaminya? Atau bisakah wanita itu memberikan dirinya ruang untuk menjadi bagian dari perasaan pria ini? Dia akan membayarnya mahal bahkan akan memberikan seluruh miliknya agar bisa bersama dengan sosok pria rupawan di depannya.Tubuh lemah itu semakin mendekat kepada pria di hadapannya, dengan tatapan penuh cinta dan puja.Langkah pelan itu kembali terhenti saat mendengar penuturan pria di depannya. Penuturan yang lagi-lagi membuatnya beg
Sebastian turun dari mobil mewahnya, ia berjalan memasuki rumah dengan perasaan kesal. Sebelum membuka pintu rumah, Sebastian sebisa mungkin mengontrol perasaan emosinya."Aku pulang!" Serunya saat sudah berada di dalam rumah. membuka sepatu dan mengganti dengan sandal rumahan. "Kau sudah pulang?" Carina muncul dari arah dapur. Menyambut suami dengan senyum hangat. Tidak lupa, membantu membuka jaket sang suami dna menyampirkan di salah satu tangannya."Apa kau ingin makan malam sekarang?" Tanya Carina.Wanita dengan potongan rambut pendek sebahu itu, mengikuti sang suami berjalan di belakangnya."Tidak!" Sahut Sebastian. menjatuhkan tubuh kekarnya di atas sofa panjang. Pria itu terlihat memijit pelipisnya yang begitu terasa nyeri.Carina yang mengerti dengan keadaan suaminya hanya terdiam, wanita bertubuh semampai itu, duduk di samping suaminya. Mencoba membantu menenangkan perasaan suaminya dengan mengusap lembut lengan kekar pria-nya."Apa ada masalah?" Dengan hati-hati Carina menc
Seutas senyum, terpatri di kedua sudut bibir indah seorang wanita cantik, yang menatap penuh puja kepada sosok pria yang terbaring di atas ranjang.Tubuh setengah polos pria itu terpampang nyata di hadapannya, dada bidang yang terlihat kekar dan seksi.Wanita dengan tubuh ideal itu meneguk berulang kali ludahnya, ia mengarahkan jari-jarinya untuk menyentuh wajah rupawan di hadapannya ini. Wajah yang selalu ia ingin dan harapkan selalu berada disisinya.Terlihat pergerakan halus dari pria itu. Tidak lama kemudian, kedua kelopak mata tajam pria itu terbuka.Pria itu terlihat tersentak kaget saat menyadari hal asing di sekitarnya, ia terbangun dengan wajah linglung.Ia mengarahkan pandangannya ke bawah, dan wajahnya semakin terlihat terkejut."Apa yang terjadi?" Pria itu berkata lirih.Ia belum menyadari sosok wanita cantik di sampingnya yang terlihat tersenyum penuh arti.Pria itu menoleh ke samping, saat merasakan pergerakan kasar dan ia dapat melihat wanita yang sangat ia kenal berada
Mobil mewah berwarna hitam pekat kini berhenti pas, di depan rumah minimalis yang terlihat sederhana namun begitu elegan.Sosok pria bertubuh tinggi kekar, keluar dari mobil. Ia memandangi rumah di depannya dan terdengar dari mulutnya tarikan nafas panjang dan membuangnya dengan kasar.Raut wajah emosi kini ia ganti dengan wajah bersahaja, saat memasuki rumah nyaman itu.Saat berjalan menuju tangga, indera penciumannya disajikan oleh aroma lezat yang berasal dari dapur.Sebastian mengganti niatnya yang akan menuju lantai dua, berputar haluan ke arah dapur.Pria itu, menghentikan langkahnya saat berada di area dapur yang terlihat bersih dan indah dipandang mata.Jantung pria itu bergetar hebat, saat melihat punggung ramping istrinya yang sedang sibuk memotong beberapa sayuran dan daging.Tersirat perasaan bersalah dalam dirinya, atas kejadian semalam dengan nona mudanya.Ia merasa mengkhianati sang istri tercinta yang kini sedang menyiapkan dirinya sarapan istimewa dengan tulus. Sedan
Pria yang masih berbalut baju handuk itu, mengabaikan ponselnya yang terus bergetar di atas meja rias.Pria jantan itu, hanya melirik sejenak dan diiringi decakan muak. saat mendapati nomor yang ia kenal tertera di layar ponsel hitam miliknya.Sebastian berlalu ke arah lemari, menulikan getaran terus menerus dari ponselnya."Menyusahkan." Pria bertubuh profesional itu bergumam kesal. Sembari mengenakan baju yang ia ambil dari lemari.Sebastian masih tidak memperdulikan getaran ponselnya. Ia kembali melihat dan hanya sekedar ingin menonaktifkan ponselnya yang begitu mengganggu."Ck!" Decakan sinis keluar dari mulut pria itu, saat melihat puluhan panggilan tak terjawab dari beberapa nomor yang ia kenal dari pihak — sang nona muda."Aku tidak, peduli!" Gumamnya lagi dengan nada muak.Dengan raut wajah kesak, Sebastian mematikan ponselnya dan melemparkan ke sembarang arah.Setelah itu, ia pun bergerak menuju pintu kamar. Pria itu tidak mungkin membiarkan istri tercintanya menunggu lama.…