Tubuh lemah itu kini, berdiri kaku di depan pria pujaannya. Tatapan mata berkaca-kaca mendengar Ungkapan kekesalan pria di hadapan. Hatinya teriris pilu dan rasa sesak kini menyerang rongga dadanya, mengapa begitu menyakitkan mencintai seorang pria.Walaupun ini salah, namun perasaannya begitu tulus. Bukan sekedar obsesi atau pelarian semata dari kesunyian yang menemaninya.Hanya saja perasaan juga hatinya hanya memilih pria ini. Pria yang begitu membencinya. Pria yang merupakan milik orang lain.Tidak bisakah, dia berbagi sedikit saja waktu bersama suaminya? Atau bisakah wanita itu memberikan dirinya ruang untuk menjadi bagian dari perasaan pria ini? Dia akan membayarnya mahal bahkan akan memberikan seluruh miliknya agar bisa bersama dengan sosok pria rupawan di depannya.Tubuh lemah itu semakin mendekat kepada pria di hadapannya, dengan tatapan penuh cinta dan puja.Langkah pelan itu kembali terhenti saat mendengar penuturan pria di depannya. Penuturan yang lagi-lagi membuatnya beg
Sebastian turun dari mobil mewahnya, ia berjalan memasuki rumah dengan perasaan kesal. Sebelum membuka pintu rumah, Sebastian sebisa mungkin mengontrol perasaan emosinya."Aku pulang!" Serunya saat sudah berada di dalam rumah. membuka sepatu dan mengganti dengan sandal rumahan. "Kau sudah pulang?" Carina muncul dari arah dapur. Menyambut suami dengan senyum hangat. Tidak lupa, membantu membuka jaket sang suami dna menyampirkan di salah satu tangannya."Apa kau ingin makan malam sekarang?" Tanya Carina.Wanita dengan potongan rambut pendek sebahu itu, mengikuti sang suami berjalan di belakangnya."Tidak!" Sahut Sebastian. menjatuhkan tubuh kekarnya di atas sofa panjang. Pria itu terlihat memijit pelipisnya yang begitu terasa nyeri.Carina yang mengerti dengan keadaan suaminya hanya terdiam, wanita bertubuh semampai itu, duduk di samping suaminya. Mencoba membantu menenangkan perasaan suaminya dengan mengusap lembut lengan kekar pria-nya."Apa ada masalah?" Dengan hati-hati Carina menc
Seutas senyum, terpatri di kedua sudut bibir indah seorang wanita cantik, yang menatap penuh puja kepada sosok pria yang terbaring di atas ranjang.Tubuh setengah polos pria itu terpampang nyata di hadapannya, dada bidang yang terlihat kekar dan seksi.Wanita dengan tubuh ideal itu meneguk berulang kali ludahnya, ia mengarahkan jari-jarinya untuk menyentuh wajah rupawan di hadapannya ini. Wajah yang selalu ia ingin dan harapkan selalu berada disisinya.Terlihat pergerakan halus dari pria itu. Tidak lama kemudian, kedua kelopak mata tajam pria itu terbuka.Pria itu terlihat tersentak kaget saat menyadari hal asing di sekitarnya, ia terbangun dengan wajah linglung.Ia mengarahkan pandangannya ke bawah, dan wajahnya semakin terlihat terkejut."Apa yang terjadi?" Pria itu berkata lirih.Ia belum menyadari sosok wanita cantik di sampingnya yang terlihat tersenyum penuh arti.Pria itu menoleh ke samping, saat merasakan pergerakan kasar dan ia dapat melihat wanita yang sangat ia kenal berada
Mobil mewah berwarna hitam pekat kini berhenti pas, di depan rumah minimalis yang terlihat sederhana namun begitu elegan.Sosok pria bertubuh tinggi kekar, keluar dari mobil. Ia memandangi rumah di depannya dan terdengar dari mulutnya tarikan nafas panjang dan membuangnya dengan kasar.Raut wajah emosi kini ia ganti dengan wajah bersahaja, saat memasuki rumah nyaman itu.Saat berjalan menuju tangga, indera penciumannya disajikan oleh aroma lezat yang berasal dari dapur.Sebastian mengganti niatnya yang akan menuju lantai dua, berputar haluan ke arah dapur.Pria itu, menghentikan langkahnya saat berada di area dapur yang terlihat bersih dan indah dipandang mata.Jantung pria itu bergetar hebat, saat melihat punggung ramping istrinya yang sedang sibuk memotong beberapa sayuran dan daging.Tersirat perasaan bersalah dalam dirinya, atas kejadian semalam dengan nona mudanya.Ia merasa mengkhianati sang istri tercinta yang kini sedang menyiapkan dirinya sarapan istimewa dengan tulus. Sedan
Pria yang masih berbalut baju handuk itu, mengabaikan ponselnya yang terus bergetar di atas meja rias.Pria jantan itu, hanya melirik sejenak dan diiringi decakan muak. saat mendapati nomor yang ia kenal tertera di layar ponsel hitam miliknya.Sebastian berlalu ke arah lemari, menulikan getaran terus menerus dari ponselnya."Menyusahkan." Pria bertubuh profesional itu bergumam kesal. Sembari mengenakan baju yang ia ambil dari lemari.Sebastian masih tidak memperdulikan getaran ponselnya. Ia kembali melihat dan hanya sekedar ingin menonaktifkan ponselnya yang begitu mengganggu."Ck!" Decakan sinis keluar dari mulut pria itu, saat melihat puluhan panggilan tak terjawab dari beberapa nomor yang ia kenal dari pihak — sang nona muda."Aku tidak, peduli!" Gumamnya lagi dengan nada muak.Dengan raut wajah kesak, Sebastian mematikan ponselnya dan melemparkan ke sembarang arah.Setelah itu, ia pun bergerak menuju pintu kamar. Pria itu tidak mungkin membiarkan istri tercintanya menunggu lama.…
Di kediaman besar Anthony.Masih terdengar suara amukan seorang wanita di balik pintu kamar kokoh juga mewah itu.Suara tangisan juga teriakkan sang nona muda Valerie membuat, para pelayan semakin khawatir."Bagaimana? Apa tuan Sebastian menjawabnya?" Tanya seorang pelayan wanita yang berusia 35 tahun.Kepala pelayan itu menggeleng dengan wajah panik. "Dia mematikan ponselnya," jawab kepala pelayan sambil terus terlihat mondar-mandir."Kita harus melakukan apa?" Tanyanya kepada pelayan juniornya.Pelayan lebih muda dari kepala pelayan itu pun mencoba berpikir dan ia pun segera memberitahukan kepala pelayan untuk menghubungi seseorang."Aku tahu, siapa yang harus kita hubungi!" Serunya."Siapa?! Tanya kepala pelayan dengan penasaran."Nyonya Carina. Istri tuan, Sebastian," sahut pelayan junior itu."Kau yakin ingin menghubunginya? Tanya kepala pelayan dengan ragu."Hm! Hanya dia yang bisa kita harapkan," sahut sang pelayan muda itu.Mereka pun mencoba menyambungkan panggilan. berdering
Terdengar suara tarikan nafas frustasi dari sosok pria berusia — setengah abad. Mata tajam sosok itu, terus memantau, wanita muda yang sedang berada di balkon kamar pasien. Ia berjalan mendekat, saat melihat pergerakan halus dari wanita muda itu yang berusaha bangkit dari kursi rodanya.Pergerakan gesitnya menahan bobot tubuh wanita itu yang hampir saja terhempas ke belakang."Berhati-hatilah, honey!" Serunya dengan mimik wajah khawatir.Wanita itu hanya menampilkan wajah dingin dengan tatapan kosong, tidak ada lagi senyum hangat yang sering ia berikan kepada pria di sampingnya."Kamu menginginkan sesuatu, honey?" Pertanyaan berasal dari sang pria, yang berusaha mencairkan suasana sunyi di antara mereka.Sang wanita pun masih terdiam dengan sorot mata tajam menerawang ke depan. Wajah pucat itu masih terlihat sembab, dengan jejak air mata terlukis jelas di kedua kelopak mata.Sekali lagi, sang pria penuh perhatian itu, hanya bisa menarik nafas panjang dengan raut wajah kebingungan. Ia
Keluarga kecil bahagia Sebastian kini sedang menikmati kebersamaan di taman hiburan kota. Tawa bahagia juga keceriaan terlihat jelas di wajah keluarga kecil itu. Apalagi putra Sebastian yang terlihat begitu ceria.Seharian ini Sebastian menemani sang putra bermain dan bersenang-senang. Carina hanya menyaksikan dengan sesekali mengabadikan momen bahagia itu dengan ponselnya.Wanita itu begitu bahagia bisa menghabiskan waktu seharian dengan keluarga kecilnya. Jarang sekali mereka bisa seperti ini, itu dikarenakan pekerjaan suaminya yang begitu padat."Mommy!" Panggil putra tampan mereka."Kemarilah mom!" Pinta bocah tampan itu, salah satu tangannya melambai kepada sang mommy.Carina tersenyum sembari berjalan mendekati kedua pria kesayangannya."Ada apa sayang?" Tanya Carina saat berada di depan putranya."Mom, temani kami menaiki itu." Bocah laki-laki berusia 5 tahun itu menunjuk ke arah wahana permainan yang terlihat ekstrim bagi kalangan anak di bawah umur.Carina mengikuti arah telu