Pria yang masih berbalut baju handuk itu, mengabaikan ponselnya yang terus bergetar di atas meja rias.
Pria jantan itu, hanya melirik sejenak dan diiringi decakan muak. saat mendapati nomor yang ia kenal tertera di layar ponsel hitam miliknya.Sebastian berlalu ke arah lemari, menulikan getaran terus menerus dari ponselnya."Menyusahkan." Pria bertubuh profesional itu bergumam kesal. Sembari mengenakan baju yang ia ambil dari lemari.Sebastian masih tidak memperdulikan getaran ponselnya. Ia kembali melihat dan hanya sekedar ingin menonaktifkan ponselnya yang begitu mengganggu."Ck!" Decakan sinis keluar dari mulut pria itu, saat melihat puluhan panggilan tak terjawab dari beberapa nomor yang ia kenal dari pihak — sang nona muda."Aku tidak, peduli!" Gumamnya lagi dengan nada muak.Dengan raut wajah kesak, Sebastian mematikan ponselnya dan melemparkan ke sembarang arah.Setelah itu, ia pun bergerak menuju pintu kamar. Pria itu tidak mungkin membiarkan istri tercintanya menunggu lama.………"Hai!" Sapaan lembut dan hangat menerpa indera pendengaran, Sebastian."Hai, honey," balasnya dengan iringan kecupan hangat di kening wanitanya.Wanita yang kini sedang sibuk menata beberapa sarapan di atas meja makan, yang hanya diperuntukan untuk 4 orang saja. Carina Addison, wanita dengan wajah cantik bersahaja, kulit putih bersih dan memiliki senyum hangat itu, sibuk meletakkan sebuah menu sarapan di dua piring di hadapan."Di mana Boy?" Tanya Sebastian yang kini mendaratkan bokongnya di kursi."Masih bersiap," sahut Carina yang melayani sang suami dengan wajah tulus."Sarapan lah' aku akan memanggilnya," pinta Carina tidak lupa senyumannya yang hangat ia berikan kepada, pria yang sudah menemaninya selama enam tahun."Hum!" Gumam Sebastian dengan iringan anggukan kepala.……"Selamat pagi, nak!" Ucap Sandra saat berada di kamar putra semata wayangnya yang sedang mengenakan sebuah setelan rapi dan tas punggung di belakang tubuhnya.Bocah laki-laki berusia 5 tahun itu menoleh dan ia memperlihatkan cengirannya kepada sang mommy. Hingga memperlihatkan gusi tanpa gigi itu di bagian depan."Selamat, pagi juga mom," sahutnya dengan suara riang.Carina melangkah lebih mendekat kepada putranya itu dan menawarkan sebuah bantuan. " Butuh, bantuan mommy?" Tanya yang kini menundukkan tubuhnya di samping sang putra."No!" Tolak pria kecil dengan iris mata grey mempesona itu."Aku bisa sendiri, mom. Aku, ingin menjadi laki-laki sejati yang melakukan apapun dengan sendiri," sambungnya dengan nada bicara khas anak seusianya.Carina tersenyum bangga kepada sang putra. Ia lalu berjongkok di depan tubuh putranya, Carina mengecup kening putra tampannya itu dan mengajari sang putra memasang kancing kemeja yang ia kenakan."Selesai. Anak mommy hebat," puji Carina yang tidak hentinya mencium pipi kemerahan putranya itu."Terimakasih mom," ucap bocah laki-laki itu dan mengalungkan kedua tangannya di leher sang — mommy."Sama-sama," jawab Sandra dengan tersenyum indah."Sekarang, ayo kita sarapan! Kasian daddy sejak tadi menunggu," timpal Sandra."Daddy sudah pulang, mom?! Tanya sang putra dengan wajah antusias."Hum!" Sahut Carina dengan wajah hangat penuh kasih sayang ia berikan kepada putranya.Bocah kecil menggemaskan itu berlari dengan wajah riang keluar dari kamarnya. Ia ingin cepat-cepat bertemu dengan daddynya tercinta.Carina hanya bisa menggelengkan kepala dan mengikuti sang putra di belakang. Senyum bersahaja itu terus terukir, saat melihat kedua kesayangannya saling melepas rindu."Daddy!" Teriak bocah kecil tampan itu.Sebastian yang sedang menikmati sarapannya, tersentak saat mendengar suara kesayangannya memanggil."Putraku, Boy," sahut Sebastian yang segera bangkit dari kursi dan menyambut sang putra dengan pelukan hangat."Aku merindukanmu, dad," bisik bocah tersebut saat berada di pelukan sang daddy."Daddy juga merindukanmu, nak," balas Sebastian dengan ciuman bertubi-tubi ia berikan di puncak kepala putra semata wayangnya."Kenapa, daddy tidak pulang semalam?" Tanya si bocah tampan itu.Sebastian tersenyum simpel dan mengusap pipi kemerahan putranya."Maaf, daddy memiliki pekerjaan di luar kota," sahutnya dengan sorotan mata penuh penyesalan ia berikan kepada — istri dan putranya."Tidak masalah daddy, yang penting daddy sudah kembali," balas sang putra dengan raut wajah gembira dan bahasa tubuh yang sangat bahagia."Daddy janji, ini yang terakhir dan daddy akan selalu bersama kalian," jawab Sebastian dengan wajah begitu tulus."Ehem!" Carina berdehem untuk menghangatkan suasana yang entah tiba-tiba terasa asing baginya."Sebaiknya kita sarapan sekarang, nanti sarapannya dingin," lanjut wanita cantik itu.Ketiganya pun lantas duduk di kursi mereka masing-masing, Carina dengan setia dan sepenuh hati melayani kedua pria beda usia kesayangannya itu.Kehangatan pun tercipta di kediaman sederhana namun terkesan elegan itu, tawa canda dan celoteh riang dari bocah laki-laki itu menambah suasana hangat dan menyenangkan.Sebastian menatap penuh arti kepada — istri dan putranya yang kini sedang saling bercanda di depannya.Pria itu begitu menyesali apa yang ia lakukan dengan sang nona muda semalam. Sebastian berjanji akan berhenti dari jerat obsesi sang nona Valerie.Sebastian akan melayangkan surat pengunduran dirinya esok, Sebastian sudah terlalu muak, berada di samping wanita yang ia anggap gila dan licik itu.Ia ingin segera bebas dan berencana untuk meninggalkan kota yang penuh kelicikan dari pihak kalangan atas saja."Ada apa? Kau sakit?" Suara dan sentuhan hangat di depannya membuat — Sebastian terkejut.Ia pun memandangi sang istri dan meraih telapak tangan mulus istrinya yang berada di atas punggung tangannya dan membawa ke depan bibir meninggalkan kecupan di sana."Aku tidak apa-apa," sahut Sebastian halus."Kau yakin? Tanya Carina memastikan keadaan sang suami."Hum! Jangan khawatir," timpal Sebastian lagi."Habiskan sarapanmu. Aku akan menghangatnya kalau sarapannya dingin," pinta dan tawar CarinaSebastian menurut, ia segera menghabiskan sarapannya dan sesekali mengobrol riang dengan sang putra semata wayangnya.Sedangkan Carina menatap keduanya dengan perasaan penuh arti. Insting sebagai seorang istri, mengatakan bahwa sang suami sedang dilanda kegalauan.Namun wanita itu hanya bisa diam, menunggu sang suami lebih dulu berbicara kepadanya.………"Sayang!" Seru Carina.Ia mendekati Sebastian yang sedang memunggunginya di depan wastafel dapur. Pria itu sedang membersihkan bekas alat makan pagi mereka."Hm!" Gumam pria itu dengan suara berat dan tanpa menoleh."Tuan Jason Anthony ingin berbicara, denganmu," ujar Carina sembari menyerahkan ponselnya.Wanita cantik itu kini berdiri di samping suaminya dengan, sebelah tangan terulur untuk menyerahkan ponselnya.Sebastian menghentikan pergerakan pada tangannya, ia segera menoleh dan menatap sang istri bergantian dengan ponsel yang kini ada di hadapannya."Bicara lah'!" Carina berbisik."Dia mencoba menghubungi ponselmu, tapi tidak ada jawaban. Jadi tuan Jason menelpon ke nomorku," jelas Carina dengan suara halus, saat mendapati tatapan bingung suaminya.Dengan wajah malas dan jenuh, Sebastian meraih ponsel tersebut, lantas memutuskan sambungan telepon itu dengan wajah dingin."Kenapa kau mematikannya?" Tanya Carina dengan raut bingung."Tidak perlu mengangkatnya, apabila dia menghubungimu lagi," titah Sebastian dengan nada tekanan.Carina hanya terdiam dengan wajah heran dan bingung, wanita itu hanya bisa mengangguk mematuhi perintah suaminya.Sebastian bernafas lega dan terus melanjutkan pekerjaan yang terhenti. Sedangkan Carina masih berpikir dengan sikap suaminya kepada atasannya itu."Istirahatlah!" Perintah Sebastian tanpa memandang sang istri."Hm!" Carina tersentak mendengar teguran sang suami."Kau pasti lelah, jadi … beristirahatlah," ulang Sebastian."Tidak! Aku harus menemani Boy," sahut Carina yang kini menggelayut manja di lengan kekar sang suami.Dahi Sebastian berkerut dengan tatapan lekat kepada sang istri. Ia juga bertanya dengan nada penasaran. "Dalam rangka apa?" Tanyanya penuh pertanyaan."Ada lomba melukis," jawab Carina yang membantu sang suami menyusun alat makan ke dalam lemari yang sudah dikeringkan."Benarkah?! Seru Sebastian."Hm!" Carina menjawab dengan gumamanWanita itu lagi-lagi tersenyum indah di hadapan suaminya. "Apa kau sibuk?" Tanya Carina balik.Sebastian menjawab dengan cepat. "Tidak!" Jawabnya sangat yakin."Aku akan menemani, kalian," lanjutnya dengan ekspresi wajah bahagia."Kau tidak bekerja?" Carina kembali bertanya dengan wajah semakin heran."Aku akan mengambil cuti, sehari," jawab Sebastian dengan wajah cuek.Di kediaman besar Anthony.Masih terdengar suara amukan seorang wanita di balik pintu kamar kokoh juga mewah itu.Suara tangisan juga teriakkan sang nona muda Valerie membuat, para pelayan semakin khawatir."Bagaimana? Apa tuan Sebastian menjawabnya?" Tanya seorang pelayan wanita yang berusia 35 tahun.Kepala pelayan itu menggeleng dengan wajah panik. "Dia mematikan ponselnya," jawab kepala pelayan sambil terus terlihat mondar-mandir."Kita harus melakukan apa?" Tanyanya kepada pelayan juniornya.Pelayan lebih muda dari kepala pelayan itu pun mencoba berpikir dan ia pun segera memberitahukan kepala pelayan untuk menghubungi seseorang."Aku tahu, siapa yang harus kita hubungi!" Serunya."Siapa?! Tanya kepala pelayan dengan penasaran."Nyonya Carina. Istri tuan, Sebastian," sahut pelayan junior itu."Kau yakin ingin menghubunginya? Tanya kepala pelayan dengan ragu."Hm! Hanya dia yang bisa kita harapkan," sahut sang pelayan muda itu.Mereka pun mencoba menyambungkan panggilan. berdering
Terdengar suara tarikan nafas frustasi dari sosok pria berusia — setengah abad. Mata tajam sosok itu, terus memantau, wanita muda yang sedang berada di balkon kamar pasien. Ia berjalan mendekat, saat melihat pergerakan halus dari wanita muda itu yang berusaha bangkit dari kursi rodanya.Pergerakan gesitnya menahan bobot tubuh wanita itu yang hampir saja terhempas ke belakang."Berhati-hatilah, honey!" Serunya dengan mimik wajah khawatir.Wanita itu hanya menampilkan wajah dingin dengan tatapan kosong, tidak ada lagi senyum hangat yang sering ia berikan kepada pria di sampingnya."Kamu menginginkan sesuatu, honey?" Pertanyaan berasal dari sang pria, yang berusaha mencairkan suasana sunyi di antara mereka.Sang wanita pun masih terdiam dengan sorot mata tajam menerawang ke depan. Wajah pucat itu masih terlihat sembab, dengan jejak air mata terlukis jelas di kedua kelopak mata.Sekali lagi, sang pria penuh perhatian itu, hanya bisa menarik nafas panjang dengan raut wajah kebingungan. Ia
Keluarga kecil bahagia Sebastian kini sedang menikmati kebersamaan di taman hiburan kota. Tawa bahagia juga keceriaan terlihat jelas di wajah keluarga kecil itu. Apalagi putra Sebastian yang terlihat begitu ceria.Seharian ini Sebastian menemani sang putra bermain dan bersenang-senang. Carina hanya menyaksikan dengan sesekali mengabadikan momen bahagia itu dengan ponselnya.Wanita itu begitu bahagia bisa menghabiskan waktu seharian dengan keluarga kecilnya. Jarang sekali mereka bisa seperti ini, itu dikarenakan pekerjaan suaminya yang begitu padat."Mommy!" Panggil putra tampan mereka."Kemarilah mom!" Pinta bocah tampan itu, salah satu tangannya melambai kepada sang mommy.Carina tersenyum sembari berjalan mendekati kedua pria kesayangannya."Ada apa sayang?" Tanya Carina saat berada di depan putranya."Mom, temani kami menaiki itu." Bocah laki-laki berusia 5 tahun itu menunjuk ke arah wahana permainan yang terlihat ekstrim bagi kalangan anak di bawah umur.Carina mengikuti arah telu
Masih terlihat jelas ketegangan di dalam mobil mewah, milik tuan Jones. Pria berusia setengah abad itu tampak tidak terima dengan ucapan Sebastian. Bagaimanapun, ia harus membuat pria yang merupakan bawahannya untuk menemui putrinya.Wajah gagah itu terlihat mengeras hingga terlihat merah, tatapan mata tajam ia tujukan kepada pria lebih muda yang duduk di sampingnya."Aku ingin kau menemui putriku!" Titah tuan Jones. Ucapannya melebihi sebuah perintah yang harus Sebastian patuhi. Bagaimanapun pria berpostur tegap itu, memiliki kuasa untuk menekan pria di sampingnya.Sebastian melirik atasannya dengan bibir tersenyum sinis. Juga terdengar decakan kasar dari bibir pria itu."Maaf, saya tidak bisa melakukannya." Sebastian menolak dengan wajah tidak acuh.Bagaimanapun ia berhak menolak segala tekanan yang diberikan oleh atasannya ini. Sebastian tidak ingin terus menerus di tekan oleh egoisan mereka."Lakukan Lah, apabila kamu menginginkan kedamaian bersama keluargamu." Tuan Jones berka
Tubuh lemah itu kini, berdiri kaku di depan pria pujaannya. Tatapan mata berkaca-kaca mendengar Ungkapan kekesalan pria di hadapan. Hatinya teriris pilu dan rasa sesak kini menyerang rongga dadanya, mengapa begitu menyakitkan mencintai seorang pria.Walaupun ini salah, namun perasaannya begitu tulus. Bukan sekedar obsesi atau pelarian semata dari kesunyian yang menemaninya.Hanya saja perasaan juga hatinya hanya memilih pria ini. Pria yang begitu membencinya. Pria yang merupakan milik orang lain.Tidak bisakah, dia berbagi sedikit saja waktu bersama suaminya? Atau bisakah wanita itu memberikan dirinya ruang untuk menjadi bagian dari perasaan pria ini? Dia akan membayarnya mahal bahkan akan memberikan seluruh miliknya agar bisa bersama dengan sosok pria rupawan di depannya.Tubuh lemah itu semakin mendekat kepada pria di hadapannya, dengan tatapan penuh cinta dan puja.Langkah pelan itu kembali terhenti saat mendengar penuturan pria di depannya. Penuturan yang lagi-lagi membuatnya beg
Sebastian turun dari mobil mewahnya, ia berjalan memasuki rumah dengan perasaan kesal. Sebelum membuka pintu rumah, Sebastian sebisa mungkin mengontrol perasaan emosinya."Aku pulang!" Serunya saat sudah berada di dalam rumah. membuka sepatu dan mengganti dengan sandal rumahan. "Kau sudah pulang?" Carina muncul dari arah dapur. Menyambut suami dengan senyum hangat. Tidak lupa, membantu membuka jaket sang suami dna menyampirkan di salah satu tangannya."Apa kau ingin makan malam sekarang?" Tanya Carina.Wanita dengan potongan rambut pendek sebahu itu, mengikuti sang suami berjalan di belakangnya."Tidak!" Sahut Sebastian. menjatuhkan tubuh kekarnya di atas sofa panjang. Pria itu terlihat memijit pelipisnya yang begitu terasa nyeri.Carina yang mengerti dengan keadaan suaminya hanya terdiam, wanita bertubuh semampai itu, duduk di samping suaminya. Mencoba membantu menenangkan perasaan suaminya dengan mengusap lembut lengan kekar pria-nya."Apa ada masalah?" Dengan hati-hati Carina menc
Seutas senyum, terpatri di kedua sudut bibir indah seorang wanita cantik, yang menatap penuh puja kepada sosok pria yang terbaring di atas ranjang.Tubuh setengah polos pria itu terpampang nyata di hadapannya, dada bidang yang terlihat kekar dan seksi.Wanita dengan tubuh ideal itu meneguk berulang kali ludahnya, ia mengarahkan jari-jarinya untuk menyentuh wajah rupawan di hadapannya ini. Wajah yang selalu ia ingin dan harapkan selalu berada disisinya.Terlihat pergerakan halus dari pria itu. Tidak lama kemudian, kedua kelopak mata tajam pria itu terbuka.Pria itu terlihat tersentak kaget saat menyadari hal asing di sekitarnya, ia terbangun dengan wajah linglung.Ia mengarahkan pandangannya ke bawah, dan wajahnya semakin terlihat terkejut."Apa yang terjadi?" Pria itu berkata lirih.Ia belum menyadari sosok wanita cantik di sampingnya yang terlihat tersenyum penuh arti.Pria itu menoleh ke samping, saat merasakan pergerakan kasar dan ia dapat melihat wanita yang sangat ia kenal berada
Mobil mewah berwarna hitam pekat kini berhenti pas, di depan rumah minimalis yang terlihat sederhana namun begitu elegan.Sosok pria bertubuh tinggi kekar, keluar dari mobil. Ia memandangi rumah di depannya dan terdengar dari mulutnya tarikan nafas panjang dan membuangnya dengan kasar.Raut wajah emosi kini ia ganti dengan wajah bersahaja, saat memasuki rumah nyaman itu.Saat berjalan menuju tangga, indera penciumannya disajikan oleh aroma lezat yang berasal dari dapur.Sebastian mengganti niatnya yang akan menuju lantai dua, berputar haluan ke arah dapur.Pria itu, menghentikan langkahnya saat berada di area dapur yang terlihat bersih dan indah dipandang mata.Jantung pria itu bergetar hebat, saat melihat punggung ramping istrinya yang sedang sibuk memotong beberapa sayuran dan daging.Tersirat perasaan bersalah dalam dirinya, atas kejadian semalam dengan nona mudanya.Ia merasa mengkhianati sang istri tercinta yang kini sedang menyiapkan dirinya sarapan istimewa dengan tulus. Sedan