Seutas senyum, terpatri di kedua sudut bibir indah seorang wanita cantik, yang menatap penuh puja kepada sosok pria yang terbaring di atas ranjang.
Tubuh setengah polos pria itu terpampang nyata di hadapannya, dada bidang yang terlihat kekar dan seksi.
Wanita dengan tubuh ideal itu meneguk berulang kali ludahnya, ia mengarahkan jari-jarinya untuk menyentuh wajah rupawan di hadapannya ini. Wajah yang selalu ia ingin dan harapkan selalu berada disisinya.
Terlihat pergerakan halus dari pria itu. Tidak lama kemudian, kedua kelopak mata tajam pria itu terbuka.
Pria itu terlihat tersentak kaget saat menyadari hal asing di sekitarnya, ia terbangun dengan wajah linglung.
Ia mengarahkan pandangannya ke bawah, dan wajahnya semakin terlihat terkejut.
"Apa yang terjadi?" Pria itu berkata lirih.
Ia belum menyadari sosok wanita cantik di sampingnya yang terlihat tersenyum penuh arti.
Pria itu menoleh ke samping, saat merasakan pergerakan kasar dan ia dapat melihat wanita yang sangat ia kenal berada di pinggir ranjang. dengan sehelai handuk membungkus tubuh indahnya.
"Anda?" Pekiknya dan segera bangun dari ranjang. Ia meraih pakaiannya yang berserakan di atas lantai, sambil memijit pelipisnya yang berdenyut nyeri.
"Apa yang anda lakukan, kepadaku?" Tanya pria itu dengan tatapan mata mengintimidasi.
Wanita rupawan itu, hanya menampilkan senyum menawannya dan berjalan mendekati sang pria yang kini berkacak pinggang dengan raut wajah suram.
"Menghabiskan, malam panas denganmu," sahut sang wanita dengan wajah biasa saja.
Sebastian Addison, menatap lebih tajam kepada wanita yang hanya menampilkan wajah biasa saja.
"Apa yang anda inginkan, nona?" Ujar Sebastian dengan nada dingin.
Valerie Anthony, terdiam dengan tatapan mendamba kepada sosok pria di hadapannya.
Ia semakin mendekati pria yang merupakan asisten pribadinya sendiri, ia mengikis jarak diantara mereka dan mendekatkan wajahnya di dekat cuping telinga pria itu.
"Menginginkanmu," bisiknya dengan nada sensual.
Tiba-tiba wajah Sebastian mengeras dengan kedua telapak tangannya kini terkepal erat. Tatapannya pun semakin kelam kepada wanita cantik di depannya ini. Dan sejurus kemudian, raut wajah pria itu berubah sinis.
"Jangan pernah berharap seperti itu nona. Karena saya sungguh tidak tertarik dengan, anda," balas Sebastian dengan bisikan sarkas.
"Kau sudah menikmati tubuh ku dan kau yang, pertama mendapatkannya," timpal Valerie dengan wajah menantang.
"Cih!" Sebastian berdecak sinis dengan tatapan yang semakin meremehkan.
"Sungguh, anda sangat hebat bersandiwara. Ingat, anda seorang nona muda yang berkelimpahan materi dan kesenangan anda adalah berfoya-foya dan berpesta di klub. Aku sangat yakin, anda juga seorang wanita yang bebas melakukan hal privasi." Sebastian semakin menatap wajah nona mudanya dengan wajah mencemooh.
Pria itu melangkah ke arah pintu kamar mewah yang terlihat seperti sebuah kamar hotel.
Segera Valerie membalikkan tubuh indahnya dan menghentikan langkah pria itu.
"Apa kau tidak melihat sebuah tanda di sana," pekik Valerie dengan jari telunjuknya yang mengarah ke arah ranjang.
Sebastian menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya yang kekar, ia mengarahkan tatapan kelamnya ke arah ranjang. Dan ia dapat melihat sebuah noda kemerahan di sana yang terlihat berceceran di beberapa titik.
Lama Sebastian menatap bekas merah tersebut, namun wajahnya yang tampak serius berubah sinis.
"Anda adalah wanita licik, yang sangat mudah memanipulasi semuanya," ujar Sebastian tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
Valerie tiba-tiba membeku mendengar perkataan pria yang sudah lama ia sukai itu dan rela menjebak pria di hadapannya agar bisa ia miliki seutuhnya.
"Aku tidak berbohong, kau yang pertama!" Teriak Valerie dengan wajah memanas.
Sebastian membalikkan badannya dan kini ia bisa melihat tatapan mata teduh sang nona muda.
"Sekali lagi aku katakan, anda adalah seorang wanita licik. Yang sengaja menjebakku," timpal Sebastian dengan mata kembali menajam.
"Tapi aku melakukan ini karena mencintaimu," pekik Valerie yang matanya sudah mulai berair.
Sudut bibir Sebastian terangkat keatas memberikan senyum remeh kepada sang nona muda.
"Anda adalah seorang wanita terhormat, dan tidak baik menyukai atau bahkan menghancurkan hubungan rumah tangga seseorang. Anda tahu jelas, akibat menyukai seseorang yang sudah dimiliki, anda juga seorang wanita cerdas dan memiliki harga diri yang sangat tinggi, karena anda terlahir dari keluarga konglomerat terpandang. Jadi, aku harap, hentikan perbuatan memalukan anda. Aku, tidak akan pernah meninggalkan istriku yang sangat aku cintai demi wanita seperti anda." Sebastian mengucapkan segala emosinya kepada sang nona muda.
Sebastian sudah muak dengan sikap posesif sang nona muda yang terus menginginkan dirinya. Ia bahkan mengekang dirinya seharian di dalam ruangan nona mudanya itu. Sebastian hanya bisa terdiam demi bisa mendapatkan kehidupan berkecukupan untuk istri dan putranya.
Ia juga rela menghadapi tingkah sang nona muda yang layaknya seperti seorang kekasih. Namun kali ini, perbuatan sang nona muda sudah di batas kewajaran.
Menjebaknya dengan melakukan hubungan intim, yang membuat dirinya harus melakukan pengkhianat kepada sang istri tercinta.
Cukup! Sebastian sudah muak dan jenuh menghadapi sikap nona Valerie yang semena-mena kepadanya. Menganggap dirinya adalah sebuah barang yang dapat ia miliki semaunya.
"Aku bersumpah! Akan mengirimkan rekaman itu kepada, istrimu," ancam Valerie yang kembali menghentikan langkah — Sebastian.
Tanpa menatap sang nona muda, Sebastian menjawab perkataan wanita cantik itu.
"Lakukan lah' karena aku sangat yakin, istriku tidak akan percaya," sahut Sebastian.
"Berhentilah, melakukan hal murahan seperti ini. Saya yakin, di luar sana masih banyak pria yang baik-baik menginginkan, anda," sambung Sebastian, mencoba memberikan pengertian kepada wanita yang berdiri terpaku di tempatnya.
"Karena saya, tidak akan pernah meninggalkan istri tercinta saya ," lanjutnya dengan nada serius.
"Aku mencintaimu," timpal Valerie dengan nada getir.
Sebastian kembali berdecih dan menjawab ucapan sang nona muda. " Itu bukan cinta, melainkan kegilaan sementara," sahut Sebastian.
"TAPI AKU SUNGGUH MENCINTAIMU SEBASTIAN! Pekik Valerie yang mulai menggila.
"Maaf! Saya tetap mencintai istri saya dan bahkan lebih dari hidup saya sendiri," sela Sebastian dan segera meninggalkan kamar mewah itu dengan emosi yang sangat ia tahan.
Sementara, Valerie menatap dengan kelopak mata berkaca-kaca kepergian pria yang sudah ia sukai.
Valerie sudah jatuh cinta kepada asisten pribadinya itu sejak pertama melihatnya.
Valerie tidak sengaja melihat Sebastian waktu pria itu menyelamatkan seorang wanita yang sedang kesusahan. Valerie yang berada di mobil mewahnya merasa tertarik dengan kepribadian pria itu.
Ia bahkan terkesan melihat wajah tampan Sebastian. Lantas memerintahkan asisten pribadi terdahulu untuk mencari tahu tentang — Sebastian.
Dengan kekuasaan yang ia miliki, hanya hitungan jam saja, Valerie sudah bisa mendapatkan informasi tentang pria yang ia sukai itu.
Yang membuat Valerie tidak menduga, ternyata Sebastian sudah berstatus suami dan seorang ayah.
Namun karena sudah dibutakan oleh rasa penasaran dan obsesinya, Valerie merencanakan sesuatu agar Sebastian bisa terus berada di sisinya. Hingga akhirnya Valerie menawarkan pria itu pekerjaan yang menjanjikan. Yaitu, sebagai asisten pribadinya.
Sebagai wanita sukses dan memiliki paras cantik, kecerdasan dan karir yang hebat, juga dari keluarga terpandang, membuat para pria diluar sana mencoba mendekati sosok wanita yang dikenal arogan itu.
Tapi nona muda Valerie hanya menjatuhkan perasaannya kepada sosok — Sebastian saja. Yang sudah mencuri perhatiannya sejak pertama kali melihat pria itu dan terobsesi untuk memiliki Sebastian selamanya. Ia tidak peduli dengan status Sebastian yang memiliki istri dan anak.
Baginya, bisa berada di sisi pria itu sudah cukup untuknya dan membuatnya merasa puas.
Mobil mewah berwarna hitam pekat kini berhenti pas, di depan rumah minimalis yang terlihat sederhana namun begitu elegan.Sosok pria bertubuh tinggi kekar, keluar dari mobil. Ia memandangi rumah di depannya dan terdengar dari mulutnya tarikan nafas panjang dan membuangnya dengan kasar.Raut wajah emosi kini ia ganti dengan wajah bersahaja, saat memasuki rumah nyaman itu.Saat berjalan menuju tangga, indera penciumannya disajikan oleh aroma lezat yang berasal dari dapur.Sebastian mengganti niatnya yang akan menuju lantai dua, berputar haluan ke arah dapur.Pria itu, menghentikan langkahnya saat berada di area dapur yang terlihat bersih dan indah dipandang mata.Jantung pria itu bergetar hebat, saat melihat punggung ramping istrinya yang sedang sibuk memotong beberapa sayuran dan daging.Tersirat perasaan bersalah dalam dirinya, atas kejadian semalam dengan nona mudanya.Ia merasa mengkhianati sang istri tercinta yang kini sedang menyiapkan dirinya sarapan istimewa dengan tulus. Sedan
Pria yang masih berbalut baju handuk itu, mengabaikan ponselnya yang terus bergetar di atas meja rias.Pria jantan itu, hanya melirik sejenak dan diiringi decakan muak. saat mendapati nomor yang ia kenal tertera di layar ponsel hitam miliknya.Sebastian berlalu ke arah lemari, menulikan getaran terus menerus dari ponselnya."Menyusahkan." Pria bertubuh profesional itu bergumam kesal. Sembari mengenakan baju yang ia ambil dari lemari.Sebastian masih tidak memperdulikan getaran ponselnya. Ia kembali melihat dan hanya sekedar ingin menonaktifkan ponselnya yang begitu mengganggu."Ck!" Decakan sinis keluar dari mulut pria itu, saat melihat puluhan panggilan tak terjawab dari beberapa nomor yang ia kenal dari pihak — sang nona muda."Aku tidak, peduli!" Gumamnya lagi dengan nada muak.Dengan raut wajah kesak, Sebastian mematikan ponselnya dan melemparkan ke sembarang arah.Setelah itu, ia pun bergerak menuju pintu kamar. Pria itu tidak mungkin membiarkan istri tercintanya menunggu lama.…
Di kediaman besar Anthony.Masih terdengar suara amukan seorang wanita di balik pintu kamar kokoh juga mewah itu.Suara tangisan juga teriakkan sang nona muda Valerie membuat, para pelayan semakin khawatir."Bagaimana? Apa tuan Sebastian menjawabnya?" Tanya seorang pelayan wanita yang berusia 35 tahun.Kepala pelayan itu menggeleng dengan wajah panik. "Dia mematikan ponselnya," jawab kepala pelayan sambil terus terlihat mondar-mandir."Kita harus melakukan apa?" Tanyanya kepada pelayan juniornya.Pelayan lebih muda dari kepala pelayan itu pun mencoba berpikir dan ia pun segera memberitahukan kepala pelayan untuk menghubungi seseorang."Aku tahu, siapa yang harus kita hubungi!" Serunya."Siapa?! Tanya kepala pelayan dengan penasaran."Nyonya Carina. Istri tuan, Sebastian," sahut pelayan junior itu."Kau yakin ingin menghubunginya? Tanya kepala pelayan dengan ragu."Hm! Hanya dia yang bisa kita harapkan," sahut sang pelayan muda itu.Mereka pun mencoba menyambungkan panggilan. berdering
Terdengar suara tarikan nafas frustasi dari sosok pria berusia — setengah abad. Mata tajam sosok itu, terus memantau, wanita muda yang sedang berada di balkon kamar pasien. Ia berjalan mendekat, saat melihat pergerakan halus dari wanita muda itu yang berusaha bangkit dari kursi rodanya.Pergerakan gesitnya menahan bobot tubuh wanita itu yang hampir saja terhempas ke belakang."Berhati-hatilah, honey!" Serunya dengan mimik wajah khawatir.Wanita itu hanya menampilkan wajah dingin dengan tatapan kosong, tidak ada lagi senyum hangat yang sering ia berikan kepada pria di sampingnya."Kamu menginginkan sesuatu, honey?" Pertanyaan berasal dari sang pria, yang berusaha mencairkan suasana sunyi di antara mereka.Sang wanita pun masih terdiam dengan sorot mata tajam menerawang ke depan. Wajah pucat itu masih terlihat sembab, dengan jejak air mata terlukis jelas di kedua kelopak mata.Sekali lagi, sang pria penuh perhatian itu, hanya bisa menarik nafas panjang dengan raut wajah kebingungan. Ia
Keluarga kecil bahagia Sebastian kini sedang menikmati kebersamaan di taman hiburan kota. Tawa bahagia juga keceriaan terlihat jelas di wajah keluarga kecil itu. Apalagi putra Sebastian yang terlihat begitu ceria.Seharian ini Sebastian menemani sang putra bermain dan bersenang-senang. Carina hanya menyaksikan dengan sesekali mengabadikan momen bahagia itu dengan ponselnya.Wanita itu begitu bahagia bisa menghabiskan waktu seharian dengan keluarga kecilnya. Jarang sekali mereka bisa seperti ini, itu dikarenakan pekerjaan suaminya yang begitu padat."Mommy!" Panggil putra tampan mereka."Kemarilah mom!" Pinta bocah tampan itu, salah satu tangannya melambai kepada sang mommy.Carina tersenyum sembari berjalan mendekati kedua pria kesayangannya."Ada apa sayang?" Tanya Carina saat berada di depan putranya."Mom, temani kami menaiki itu." Bocah laki-laki berusia 5 tahun itu menunjuk ke arah wahana permainan yang terlihat ekstrim bagi kalangan anak di bawah umur.Carina mengikuti arah telu
Masih terlihat jelas ketegangan di dalam mobil mewah, milik tuan Jones. Pria berusia setengah abad itu tampak tidak terima dengan ucapan Sebastian. Bagaimanapun, ia harus membuat pria yang merupakan bawahannya untuk menemui putrinya.Wajah gagah itu terlihat mengeras hingga terlihat merah, tatapan mata tajam ia tujukan kepada pria lebih muda yang duduk di sampingnya."Aku ingin kau menemui putriku!" Titah tuan Jones. Ucapannya melebihi sebuah perintah yang harus Sebastian patuhi. Bagaimanapun pria berpostur tegap itu, memiliki kuasa untuk menekan pria di sampingnya.Sebastian melirik atasannya dengan bibir tersenyum sinis. Juga terdengar decakan kasar dari bibir pria itu."Maaf, saya tidak bisa melakukannya." Sebastian menolak dengan wajah tidak acuh.Bagaimanapun ia berhak menolak segala tekanan yang diberikan oleh atasannya ini. Sebastian tidak ingin terus menerus di tekan oleh egoisan mereka."Lakukan Lah, apabila kamu menginginkan kedamaian bersama keluargamu." Tuan Jones berka
Tubuh lemah itu kini, berdiri kaku di depan pria pujaannya. Tatapan mata berkaca-kaca mendengar Ungkapan kekesalan pria di hadapan. Hatinya teriris pilu dan rasa sesak kini menyerang rongga dadanya, mengapa begitu menyakitkan mencintai seorang pria.Walaupun ini salah, namun perasaannya begitu tulus. Bukan sekedar obsesi atau pelarian semata dari kesunyian yang menemaninya.Hanya saja perasaan juga hatinya hanya memilih pria ini. Pria yang begitu membencinya. Pria yang merupakan milik orang lain.Tidak bisakah, dia berbagi sedikit saja waktu bersama suaminya? Atau bisakah wanita itu memberikan dirinya ruang untuk menjadi bagian dari perasaan pria ini? Dia akan membayarnya mahal bahkan akan memberikan seluruh miliknya agar bisa bersama dengan sosok pria rupawan di depannya.Tubuh lemah itu semakin mendekat kepada pria di hadapannya, dengan tatapan penuh cinta dan puja.Langkah pelan itu kembali terhenti saat mendengar penuturan pria di depannya. Penuturan yang lagi-lagi membuatnya beg
Sebastian turun dari mobil mewahnya, ia berjalan memasuki rumah dengan perasaan kesal. Sebelum membuka pintu rumah, Sebastian sebisa mungkin mengontrol perasaan emosinya."Aku pulang!" Serunya saat sudah berada di dalam rumah. membuka sepatu dan mengganti dengan sandal rumahan. "Kau sudah pulang?" Carina muncul dari arah dapur. Menyambut suami dengan senyum hangat. Tidak lupa, membantu membuka jaket sang suami dna menyampirkan di salah satu tangannya."Apa kau ingin makan malam sekarang?" Tanya Carina.Wanita dengan potongan rambut pendek sebahu itu, mengikuti sang suami berjalan di belakangnya."Tidak!" Sahut Sebastian. menjatuhkan tubuh kekarnya di atas sofa panjang. Pria itu terlihat memijit pelipisnya yang begitu terasa nyeri.Carina yang mengerti dengan keadaan suaminya hanya terdiam, wanita bertubuh semampai itu, duduk di samping suaminya. Mencoba membantu menenangkan perasaan suaminya dengan mengusap lembut lengan kekar pria-nya."Apa ada masalah?" Dengan hati-hati Carina menc