Mobil mewah berwarna hitam pekat kini berhenti pas, di depan rumah minimalis yang terlihat sederhana namun begitu elegan.
Sosok pria bertubuh tinggi kekar, keluar dari mobil. Ia memandangi rumah di depannya dan terdengar dari mulutnya tarikan nafas panjang dan membuangnya dengan kasar.Raut wajah emosi kini ia ganti dengan wajah bersahaja, saat memasuki rumah nyaman itu.Saat berjalan menuju tangga, indera penciumannya disajikan oleh aroma lezat yang berasal dari dapur.Sebastian mengganti niatnya yang akan menuju lantai dua, berputar haluan ke arah dapur.Pria itu, menghentikan langkahnya saat berada di area dapur yang terlihat bersih dan indah dipandang mata.Jantung pria itu bergetar hebat, saat melihat punggung ramping istrinya yang sedang sibuk memotong beberapa sayuran dan daging.Tersirat perasaan bersalah dalam dirinya, atas kejadian semalam dengan nona mudanya.Ia merasa mengkhianati sang istri tercinta yang kini sedang menyiapkan dirinya sarapan istimewa dengan tulus. Sedangkan dirinya tega membohongi sang istri dan menghabiskan malam hangat dengan wanita yang begitu ia hindari sekarang ini.Entah mengapa ia merasa tidak berdaya dan kehilangan kendali kemarin malam, ia yang menemani sang nona muda menghadiri acara party salah satu klien. Mendadak bergairah, sehabis meneguk segelas minuman yang disajikan pelayan di pesta.Entah sejak kapan, Sebastian sudah berada di dalam kamar hotel dan menghabiskan malam panjang dengan wanita licik dan murahan menurutnya.Sebastian melangkah pelan mendekati sang istri yang begitu serius menyiapkan sarapan pagi untuk mereka.Pria itu meletakkan jas hitamnya di sandaran kursi dan mendekat sambil menggulung kedua lengan kemeja hitam miliknya. Ia juga membuka beberapa kancing kemejanya, memperlihatkan otot-otot dadanya yang seksi."Selamat, pagi sayang," bisik Sebastian merangkul tubuh ramping istrinya dari arah belakang.Ia juga meninggalkan kecupan basah di ceruk leher sang istri dan sebelah pipi wanita yang begitu amat ia cintai.Wanita bertubuh standar wanita pada umumnya itu, terkejut. Ia bahkan tidak sengaja mengiris jari telunjuknya, hingga mengeluarkan cairan merah."Stth" ringisnya tertahan.Sebastian membalikkan tubuh ramping istrinya dan ia meraih jari sang istri yang terluka."Astaga, kau terluka sayang!" Serunya dengan wajah panik. Sebastian segera membawa jari terluka istrinya kedalam mulutnya yang hangat, menghisap jari terluka itu, agar darah berhenti keluar."Maaf!" Ucapnya dengan tatapan bersalah ia tujukan kepada wanita berwajah cantik di depannya.Sang istri tercinta hanya tersenyum, membelai wajah rupawan suaminya dan mengecup sekilas bibir seksi sang suami.Namun, saat ia akan menjauhkan bibirnya, segera Sebastian menarik pinggang ramping sang istri dan segera menyesap lembut bibir berisi istrinya itu penuh perasaan cinta."Maaf!" Ucap Sebastian sekali lagi, saat melepaskan tautan bibir mereka dan masih memeluk pinggang ramping istrinya."Hm!" Gumam sang istri dengan senyum hangatnya yang membuat Sebastian semakin, mencintai istrinya itu."Kau baru kembali?" Tanya wanita yang kembali melanjutkan kegiatan yang terganggu sejenak.Sebastian membeku dengan posisi, kembali memeluk tubuh istrinya dari belakang."Kau terlihat lelah!" Seru wanita di pelukan Sebastian penuh pengertian."Istirahatlah, aku akan membangunkanmu saat makanan sudah siap," lanjut wanita berwajah teduh itu.Tatapan mata Sebastian semakin terlihat bersalah, ia terlihat begitu kotor berada di dekat sang istri, oleh apa yang ia lakukan semalaman dengan sang nona muda."Hey!" Sentak sang istri lembut yang menolehkan wajahnya ke belakang.Ia menatap dengan wajah bingung melihat sang suami terdiam dengan tatapan kosong."Apa kau baik-baik saja?" Tanyanya dengan nada khawatir.Sebastian terkejut saat merasakan tangan lembab istrinya yang berada di wajah tampannya. Ia semakin bersalah, saat melihat kedua mata penuh khawatir sang istri."Maaf!" Hanya kata maaf yang mampu Sebastian ucapkan di hadapan istrinya. Ia kembali memeluk tubuh indah sang istri begitu erat.Pria itu juga meneteskan air matanya, saat merasakan telah menyakiti perasaan istrinya diam-diam.Carina, hanya bisa terlihat bingung dengan tingkah sang suami. Ia pun mengusap penuh kehangatan punggung lebar suaminya dan memberikan kecupan di atas pundak keras — Sebastian."Istirahatlah," ucapnya lembut dengan nada pengertian.Sebastian menurut, ia melepaskan pelukannya dan tersenyum kepada sang istri. Ia meninggal kecupan di kening istrinya lama dan berjalan ke arah tangga untuk menuju kamar mereka.Carina, menatap punggung kekar sang suami dengan pandangan dalam. Entah mengapa insting seorang istri begitu mendominasi perasaannya kini. Namun ia segera menipisnya."Itu tidak mungkin," gumamnya dengan gelengan kepala.Carina kembali melanjutkan pekerjaannya yang lagi-lagi terhenti. Hari ini ia akan memasak menu sehat untuk suaminya yang terlihat tidak baik-baik saja.………"Prang, prang, akhh!" Suara benda hancur terdengar nyaring di salah satu kamar mewah di Mansion Anthony.Seorang wanita cantik telah menggila di dalam sana, ia menghancurkan semua barang-barang mewah dan berharganya hingga tak tersisa.Tidak ada yang berani menghentikan amukan wanita itu, para pelayan yang bekerja di Mansion elegan dan megah itu, hanya bisa terdiam sambil terus mengawasi sang nona muda mereka.Sudah hal biasa bagi mereka mendengar suara amukan sang nona muda. Bahkan wanita itu tidak segan-segan melukai dirinya sendiri. Oleh sebab itu, para pelayan kini berdiri di depan pintu kamar kokoh sang nona muda Valerie."Akhh! Sebastian!" Teriak wanita itu dari dalam sana, dengan diikuti benda kaca yang terdengar terhempas di atas lantai.Wajah para pelayan semakin tegang, mereka begitu bingung harus melakukan apa. Mereka juga merasa khawatir dengan sang nona muda. mereka juga takut, wanita itu kembali melukai dirinya sendiri."Aku mencintaimu Sebastian!" Teriak Valerie yang diikuti suara tangisan patah hati."Aku, sungguh mencintaimu." Kali ini suara Valerie terdengar lirih yang tertahan."Apakah, aku harus mati terlebih dahulu? agar kau percaya dengan perasaanku," pekik Valerie kembali menggila.Wajah para pelayan pun kian tegang. Mereka semakin kebingungan. Salah satu diantara mereka mencoba menghubungi tuan besar Jason Anthony.Mereka semua tidak ingin terjadi sesuatu kepada nona mereka, apalagi kini wanita itu terus berteriak ingin melukai dirinya sendiri."Bagaimana, apa tuan besar mengangkatnya?" Tanya salah satu pelayan wanita yang sudah bekerja di Mansion mewah itu."Belum," jawab rekannya yang terus mencoba menghubungi tuan besar, Jason Anthony."Kita harus apa?" Tanya wanita berusia setengah abad itu dengan wajah khawatir."Apakah, kita harus menghubungi tuan, Sebastian?" Timpal pelayan wanita muda itu."Apakah, itu harus?" Tanya balik pelayan senior."Kita tidak memiliki pilihan lain, atau nona akan melakukan hal gila lagi," sahut pelayan muda itu."Biar, aku mencoba menghubunginya," sahut pelayan senior dengan wajah panik.Rekannya hanya mengangguk dan menempelkan sebelah telinganya ke arah pintu kembali.Wanita itu bisa mendengar suara isakan lirih sang nona muda yang terdengar menyakitkan."Bagaimana?" Tanya pelayan itu saat melihat pelayan senior menurunkan ponselnya di atas telinganya."Dia tidak mengangkat teleponnya dan tuan Sebastian sengaja mematikan panggilanku," keluh pelayan senior itu.Pria yang masih berbalut baju handuk itu, mengabaikan ponselnya yang terus bergetar di atas meja rias.Pria jantan itu, hanya melirik sejenak dan diiringi decakan muak. saat mendapati nomor yang ia kenal tertera di layar ponsel hitam miliknya.Sebastian berlalu ke arah lemari, menulikan getaran terus menerus dari ponselnya."Menyusahkan." Pria bertubuh profesional itu bergumam kesal. Sembari mengenakan baju yang ia ambil dari lemari.Sebastian masih tidak memperdulikan getaran ponselnya. Ia kembali melihat dan hanya sekedar ingin menonaktifkan ponselnya yang begitu mengganggu."Ck!" Decakan sinis keluar dari mulut pria itu, saat melihat puluhan panggilan tak terjawab dari beberapa nomor yang ia kenal dari pihak — sang nona muda."Aku tidak, peduli!" Gumamnya lagi dengan nada muak.Dengan raut wajah kesak, Sebastian mematikan ponselnya dan melemparkan ke sembarang arah.Setelah itu, ia pun bergerak menuju pintu kamar. Pria itu tidak mungkin membiarkan istri tercintanya menunggu lama.…
Di kediaman besar Anthony.Masih terdengar suara amukan seorang wanita di balik pintu kamar kokoh juga mewah itu.Suara tangisan juga teriakkan sang nona muda Valerie membuat, para pelayan semakin khawatir."Bagaimana? Apa tuan Sebastian menjawabnya?" Tanya seorang pelayan wanita yang berusia 35 tahun.Kepala pelayan itu menggeleng dengan wajah panik. "Dia mematikan ponselnya," jawab kepala pelayan sambil terus terlihat mondar-mandir."Kita harus melakukan apa?" Tanyanya kepada pelayan juniornya.Pelayan lebih muda dari kepala pelayan itu pun mencoba berpikir dan ia pun segera memberitahukan kepala pelayan untuk menghubungi seseorang."Aku tahu, siapa yang harus kita hubungi!" Serunya."Siapa?! Tanya kepala pelayan dengan penasaran."Nyonya Carina. Istri tuan, Sebastian," sahut pelayan junior itu."Kau yakin ingin menghubunginya? Tanya kepala pelayan dengan ragu."Hm! Hanya dia yang bisa kita harapkan," sahut sang pelayan muda itu.Mereka pun mencoba menyambungkan panggilan. berdering
Terdengar suara tarikan nafas frustasi dari sosok pria berusia — setengah abad. Mata tajam sosok itu, terus memantau, wanita muda yang sedang berada di balkon kamar pasien. Ia berjalan mendekat, saat melihat pergerakan halus dari wanita muda itu yang berusaha bangkit dari kursi rodanya.Pergerakan gesitnya menahan bobot tubuh wanita itu yang hampir saja terhempas ke belakang."Berhati-hatilah, honey!" Serunya dengan mimik wajah khawatir.Wanita itu hanya menampilkan wajah dingin dengan tatapan kosong, tidak ada lagi senyum hangat yang sering ia berikan kepada pria di sampingnya."Kamu menginginkan sesuatu, honey?" Pertanyaan berasal dari sang pria, yang berusaha mencairkan suasana sunyi di antara mereka.Sang wanita pun masih terdiam dengan sorot mata tajam menerawang ke depan. Wajah pucat itu masih terlihat sembab, dengan jejak air mata terlukis jelas di kedua kelopak mata.Sekali lagi, sang pria penuh perhatian itu, hanya bisa menarik nafas panjang dengan raut wajah kebingungan. Ia
Keluarga kecil bahagia Sebastian kini sedang menikmati kebersamaan di taman hiburan kota. Tawa bahagia juga keceriaan terlihat jelas di wajah keluarga kecil itu. Apalagi putra Sebastian yang terlihat begitu ceria.Seharian ini Sebastian menemani sang putra bermain dan bersenang-senang. Carina hanya menyaksikan dengan sesekali mengabadikan momen bahagia itu dengan ponselnya.Wanita itu begitu bahagia bisa menghabiskan waktu seharian dengan keluarga kecilnya. Jarang sekali mereka bisa seperti ini, itu dikarenakan pekerjaan suaminya yang begitu padat."Mommy!" Panggil putra tampan mereka."Kemarilah mom!" Pinta bocah tampan itu, salah satu tangannya melambai kepada sang mommy.Carina tersenyum sembari berjalan mendekati kedua pria kesayangannya."Ada apa sayang?" Tanya Carina saat berada di depan putranya."Mom, temani kami menaiki itu." Bocah laki-laki berusia 5 tahun itu menunjuk ke arah wahana permainan yang terlihat ekstrim bagi kalangan anak di bawah umur.Carina mengikuti arah telu
Masih terlihat jelas ketegangan di dalam mobil mewah, milik tuan Jones. Pria berusia setengah abad itu tampak tidak terima dengan ucapan Sebastian. Bagaimanapun, ia harus membuat pria yang merupakan bawahannya untuk menemui putrinya.Wajah gagah itu terlihat mengeras hingga terlihat merah, tatapan mata tajam ia tujukan kepada pria lebih muda yang duduk di sampingnya."Aku ingin kau menemui putriku!" Titah tuan Jones. Ucapannya melebihi sebuah perintah yang harus Sebastian patuhi. Bagaimanapun pria berpostur tegap itu, memiliki kuasa untuk menekan pria di sampingnya.Sebastian melirik atasannya dengan bibir tersenyum sinis. Juga terdengar decakan kasar dari bibir pria itu."Maaf, saya tidak bisa melakukannya." Sebastian menolak dengan wajah tidak acuh.Bagaimanapun ia berhak menolak segala tekanan yang diberikan oleh atasannya ini. Sebastian tidak ingin terus menerus di tekan oleh egoisan mereka."Lakukan Lah, apabila kamu menginginkan kedamaian bersama keluargamu." Tuan Jones berka
Tubuh lemah itu kini, berdiri kaku di depan pria pujaannya. Tatapan mata berkaca-kaca mendengar Ungkapan kekesalan pria di hadapan. Hatinya teriris pilu dan rasa sesak kini menyerang rongga dadanya, mengapa begitu menyakitkan mencintai seorang pria.Walaupun ini salah, namun perasaannya begitu tulus. Bukan sekedar obsesi atau pelarian semata dari kesunyian yang menemaninya.Hanya saja perasaan juga hatinya hanya memilih pria ini. Pria yang begitu membencinya. Pria yang merupakan milik orang lain.Tidak bisakah, dia berbagi sedikit saja waktu bersama suaminya? Atau bisakah wanita itu memberikan dirinya ruang untuk menjadi bagian dari perasaan pria ini? Dia akan membayarnya mahal bahkan akan memberikan seluruh miliknya agar bisa bersama dengan sosok pria rupawan di depannya.Tubuh lemah itu semakin mendekat kepada pria di hadapannya, dengan tatapan penuh cinta dan puja.Langkah pelan itu kembali terhenti saat mendengar penuturan pria di depannya. Penuturan yang lagi-lagi membuatnya beg
Sebastian turun dari mobil mewahnya, ia berjalan memasuki rumah dengan perasaan kesal. Sebelum membuka pintu rumah, Sebastian sebisa mungkin mengontrol perasaan emosinya."Aku pulang!" Serunya saat sudah berada di dalam rumah. membuka sepatu dan mengganti dengan sandal rumahan. "Kau sudah pulang?" Carina muncul dari arah dapur. Menyambut suami dengan senyum hangat. Tidak lupa, membantu membuka jaket sang suami dna menyampirkan di salah satu tangannya."Apa kau ingin makan malam sekarang?" Tanya Carina.Wanita dengan potongan rambut pendek sebahu itu, mengikuti sang suami berjalan di belakangnya."Tidak!" Sahut Sebastian. menjatuhkan tubuh kekarnya di atas sofa panjang. Pria itu terlihat memijit pelipisnya yang begitu terasa nyeri.Carina yang mengerti dengan keadaan suaminya hanya terdiam, wanita bertubuh semampai itu, duduk di samping suaminya. Mencoba membantu menenangkan perasaan suaminya dengan mengusap lembut lengan kekar pria-nya."Apa ada masalah?" Dengan hati-hati Carina menc
Seutas senyum, terpatri di kedua sudut bibir indah seorang wanita cantik, yang menatap penuh puja kepada sosok pria yang terbaring di atas ranjang.Tubuh setengah polos pria itu terpampang nyata di hadapannya, dada bidang yang terlihat kekar dan seksi.Wanita dengan tubuh ideal itu meneguk berulang kali ludahnya, ia mengarahkan jari-jarinya untuk menyentuh wajah rupawan di hadapannya ini. Wajah yang selalu ia ingin dan harapkan selalu berada disisinya.Terlihat pergerakan halus dari pria itu. Tidak lama kemudian, kedua kelopak mata tajam pria itu terbuka.Pria itu terlihat tersentak kaget saat menyadari hal asing di sekitarnya, ia terbangun dengan wajah linglung.Ia mengarahkan pandangannya ke bawah, dan wajahnya semakin terlihat terkejut."Apa yang terjadi?" Pria itu berkata lirih.Ia belum menyadari sosok wanita cantik di sampingnya yang terlihat tersenyum penuh arti.Pria itu menoleh ke samping, saat merasakan pergerakan kasar dan ia dapat melihat wanita yang sangat ia kenal berada