Beranda / Fantasi / Para Penjaga Perbatasan / Bab 7: Druid dari hutan

Share

Bab 7: Druid dari hutan

Malam ini malam yang cerah, bulan menggantikan matahari sebagain penerang langit, dan bintang-bintang memenuhi langit malam sebagai hiasan yang indah. Obor-obor dinyalakan di tiang kayu di beberapa titik di desa, menerangi rumah-rumah dan jalan desa. Malam ini keempat anggota kelompok menjaga Desa Leheath dari empat sisi yang berbeda.

Lifnes menjaga sisi utara, Matahari Pagi di sisi timur, Arekh mengawasi sisi selatan, sementara Delthras berjaga di sisi barat desa. Masing-masing dari mereka ditemani oleh 4 orang prajurit penjaga desa, biarpun begitu para prajurit tahu bahwa kemampuan bertarung mereka berada jauh di bawah mereka berempat. Mereka di sini hanya untuk formalitas belaka, atau mungkin karena Amers yang memrintahkan mereka untuk menemani.

Angin dingin berhembus, membuat Delthras sedikit kedinginan. Sayangnya dia bukan keturunan naga penyembur api yang tahan dingin.

"Suasananya dingin ya, Tuan Delthras," ujar salah seorang prajurit pada dragonborn itu, cahaya bulan memantul pada peralatan pelindungnya yang sebenarnya bukan kualitas terbaik.

"Iya, ini cukup dingin untuk musim semi. Padahal beta harap cuaca bisa sedikit lebih hangat. Kalau selalu dingin begini mungkin kita perlu membuat api unggun sekalian," balasnya.

"Saya sih lebih memilih kalau desa kita segera dibuatkan pagar pembatas, Tuan Delthras. Selama ini masih ada hewan liar yang kadang menyerang kandang atau peternakan yang lolos dari penjagaan kita," ujar prajurit yang lain sambil memainkan tombaknya.

"Haha, itu kan baru hewan liar. Kalau ada monster yang mendadak menyerang desa baru kita bisa panik," balas Delthras dengan nada bercanda.  Tawa para prajurit pecah saat mendengar candaan Delthras.

KRAK

Suara ranting patah terdengar dari arah barat, menghentikan tawa Delthras dan penjaga. Ada sesuatu yang mendekat, dan mereka langsung bersiaga kalau misalnya itu berbahaya bagi desa.

KRAK KRAK

Suara itu terdengar lagi, kali ini semakin mendekat ke arah desa. Delthras bersiap dalam posisi bertarung, sementara para prajurit mengacungkan tombak ke asal suara.

"Siapa di situ?" tanya Delthras.

Tidak ada yang menjawab, tapi beberapa detik kemudian sebuah sosok mulai terlihat di bawah cahaya bulan.

Itu adalah seorang perempuan dengan rambut hitam pendek yang mengenakan tunik berwarna coklat, mirip warna batang pohon. Ia membawa sebuah tongkat dan perisai kayu, dan juga dia terlihat membawa sebuah tas kecil berisi jamur di pinggangnya. Umurnya masih muda, sekali lihat saja mungkin hanya sekitar 20an tahun. Ekspresi wajahnya terlihat datar, dia tidak terlihat mengancam para prajurit ataupun terancam oleh mereka.

"Beta tanya sekali lagi, siapa kau?" Delthras mengulangi pertanyaannya.

Ekspresi wajah perempuan itu tidak berubah saat dia menjawab, "Aku? harusnya aku yang bertanya pada kalian, siapa kalian? Kalian kan yang pendatang di sini."

"Apa katamu?"

Pertanyaan Delthras berhenti sampai situ karena perempuan itu tidak juga menjawab. Setelah mereka berdua terdiam beberapa saat, Delthras memutuskan untuk bersuara.

"Nama beta Delthras Baltrin. Seorang penyihir Dragonborn yang menjaga Desa Leheath."

"Namaku Talika, aku hanya druid biasa yang tinggal di hutan ini," jawab perempuan itu.

"Druid, huh? Lalu ada urusan apa seorang druid mendatangi desa kami?"

"Tidak ada, aku hanya penasaran. Daerah ini selalu dipenuhi oleh peperangan selama bertahun-tahun, tdan tiba-tiba pertarungan itu berhenti dan baru-baru ini kalian mendirikan sebuah desa. Aku cuma penasaran apa yang terjadi dan memutuskan untuk melihat-lihat."

"Baru sekarang kau memutuskan untuk memeriksa desa kami? Perjanjian damainya sudah cukup lama berlalu."

"Aku ini hanyalah seorang penyendiri yang selalu diam di guaku. Aku tidak sadar kalau kalian mendadak berhenti bertarung, hanya saja belakangan ini banyak pemburu yang datang ke hutan. Jadi aku penasaran."

"Kau tinggal di gua? Beta tidak pernah mendengar ada orang yang tinggal di dalam gua di hutan."

"Oh ya? Padahal aku sudah tinggal di dalam hutan cukup lama lho. Sejak suku nomaden masih berperang melawan kerajaan, sejak aku masih dilatih oleh guruku aku sudah menjadi bagian dari hutan ini."

"Begitu? Kalau begitu beta ingin bertanya satu pertanyaan padamu."

"Apa yang mau kau tanyakan?"

"Apakah desa kami merupakan ancaman buatmu?" kali ini Delthras bertanya dengan nada yang lebih serius.

Pada penjaga juga sudah mulai siaga dengan tombak mereka, bersiap kalau misalnya perempuan di depan mereka berniat menyerang.

Perempuan itu tidak langsung menjawab. Awan berarak di langit menutupi sebagian bulan.

akhirnya Talika menjawab, "selama kalian tidak pergi terlalu jauh ke dalam hutan, aku tidak ada masalah. Tapi, jangan sampai kalian mengganggu jamur-jamurku."

"Jamur, katamu?" ujar Delthras kebingungan,

"Benar, aku menumbuhkan jamur di guaku dan di beberapa tempat di hutan. Jangan ambil sembarangan atau aku akan menyerang penduduk desa yang mengambilnya."

"Darimana kita bisa tau yang mana jamur milikmu?"

"Kalian pasti tahu kok, karena itu bukan jamur biasa," jawab Talika.

"Begitu, akan beta sampaikan pada para penduduk desa."

"Ah iya, ada satu lagi," ujar Talika dengan wajah seperti orang yang melupakan sesuatu.

"Apa lagi?" tanya Delthras.

"Sebentar lagi teman-teman druidku akan datang ke guaku. Karena sekarang sudah ada desa kalian kemungkinan besar mereka akan melewati desa kalian, jadi apa mungkin aku bisa minta tolong kalian untuk membiarkan teman-temanku lewat?"

"Selama mereka bisa menuruti aturan desa dan tidak membuat keributan di desa, kami tidak akan mengusir mereka dari desa," jawab Delthras.

"Begitu? Itu sudah cukup untukku. Baiklah, aku rasa aku sudah cukup mengamati kalian. Aku akan kembali ke hutan dulu untuk sekarang. Sampai bertemu lagi, penyihir dragonborn,."

Sesudah mengatakan itu, tubuh Talika perlahan berubah. Badannya perlahan mengecil, pakaian dan semua barang bawaannya juga melebur menjadi satu dengannya. Selain itu bulu burung juga tumbuh di seluruh tubuhnya.

Setelah transformasi itu selesai, Talika sudah berubah menjadi burung hantu. Tak perlu waktu lama, dia membentangkan sayapnya lalu terbang ke dalam kegelapan malam. Delthras dan para penjaga tidak bisa melepaskan mata mereka dari Talika sejak dia berubah hingga dia terbang tinggi ke langit.

Setelah terdiam beberapa saat, Delthras menghembuskan nafasnya.

"Hampir saja. Beta lega karena dia tidak berbuat apa-apa tadi."

"A-apa maksud anda Tuan Delthras?" tanya salah satu prajurit.

Delthras menoleh ke prajurit itu, "apa kau tidak menyadarinya? Druid tadi itu... dia lebih hebat daripada beta. Beta hanya perlu melihatnya saja sudah paham... Kalau dia mau, dia bisa mengalahkan beta dengan mudah, mungkin malah dia lebih kuat dari kami berempat."

Keempat prajurit di sekitarnya hanya bisa terdiam mendengar kata-kata Delthras. Apakah ini berarti mereka beruntung karena druid tadi adalah orang baik? Atau mungkin mereka perlu berhati-hati supaya tidak membuatnya marah?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status