Kerajaan Rivala adalah sebuah kerjaan yang terletak di daerah selatan Benua Contena. Ujung selatan benua ini belum terpetakan karena daerah itu masih liar dan berbahaya untuk kebanyakan petualang. Mulai dari monster yang berbahaya hingga suku-suku barbarian yang nomaden memenuhi selatan kerajaan, bahkan Kerajaan Rivala sudah beberapa kali berperang dengan suku barbarian ini.
Salah satu suku nomaden yang sudah beberapa kali kontak senjata dengan Kerajaan Rivala adalah Suku Leheath. Akan tetapi, itu semua adalah masa lalu. Pagi ini, di padang rumput di selatan Rivala, sejarah baru sedang ditulis.
Sebuah sungai mengalir dari selatan hingga utara, pagi ini banyak orang berkumpul di lapangan luas di tepi sungai. Semua orang itu terlihat jelas terbagi dalam dua kelompok: satu kelompok adalah suku barbarian yang terlihat dari pakaian dari kulit hewan yang mereka kenakan, dan yang satu lagi adalah orang-orang yang lebih berbudaya dengan pakaian dari kain dan juga baju zirah, mereka adalah para prajurit dan bangsawan dari Rivala. Di tempat itu juga terlihat sebuah mansion setengah dibangun dan juga beberapa rumah dari kayu.
Di antara orang-orang yang berada di kelompok Rivala adalah seorang bangsawan muda dengan setelan hitam, petarung pria berzirah merah, seorang centaur perempuan, seorang gadis setengah manusia-setengah kucing, dan seorang laki-laki setengah manusia-setengah naga.
Dua orang pria yang telah beruban rambut dan jenggotnya berdiri di tengah lapangan. Satu orang adalah Raja Eustace Rivala yang mengenakan jubah berwibawa warna ungunya. Mahkota yang dikenakan di atas kepalanya bersinar memantulkan cahaya matahari pagi. Sementara satu orang lagi adalah Calyn Leheath, sang Kepala Suku Leheath yang memimpin suku berjumlah ratusan orang. Walau sudah tua, tapi fisik Calyn masih terlihat kokoh dan gagah.
“Pagi ini kita berkumpul dalam rangka persetujuan damai dan juga bergabungnya Suku Leheath sebagai bagian dari Kerajaan Rivala dengan dibangunnya desa pertama di ujung selatan Rivala,” ujar Raja Eustace.
Kemudian Calyn berkata, “Sudah terlalu banyak saudara dan keluarga kita yang gugur dalam perang. Juga sudah banyak prajurit Rivala yang gugur. Semoga dengan perjanjian ini, kita bisa mencapai kedamaian.”
Raja Eustace menoleh ke belakangnya, ke arah bangsawan muda dengan setelan hitam.
“Bangsawan yang telah ditunjuk untuk menjadi kepala Desa Leheath adalah Amers dari Keluarga Boatrice. Semua urusan pemerintahan desa adalah tanggung jawabnya.”
Pria bersetelan hitam berjalan selangkah ke depan saat mengetahui raja memanggilnya, ia membungkukkan badan sekali tanda bahwa ia merasa terhormat dengan penunjukan ini.
Setelah itu, sang Raja melanjutkan perkataannya, “Dan para anggota Suku Leheath sekarang adalah warga Rivala, dan akan dilindungi dengan selayaknya. Pemindahan prajurit dari istana hingga ke desa ini akan dilakukan dengan waktu secepat mungkin.”
Calyn mengangguk lalu menjawab, “Dengan ini saya menyatakan persetujuan, dan Suku Leheath sekarang adalah bagian dari Rivala.”
Calyn menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan. Tangan itu dibalas oleh Raja Eustace. Dengan jabat tangan antara kedua pemimpin ini, konflik di selatan telah berakhir, dan masa kedamaian akan bisa dirasakan oleh mantan suku Leheath. Semua orang bertepuk tangan dengan riuh, menyatakan kesetujuan mereka dengan perjanjian ini.
Setelah perjanjian selesai, Raja Eustace kembali ke kereta kudanya yang megah dan terlihat mewah dengan kuda-kuda putih. Prajurit-prajurit berkuda melindungi sang Raja dari keempat arah saat kereta kuda raja meninggalkan ladang rumput itu ke utara, kembali ke kerajaan.
***
Mansion setengah dibangun itu adalah kantor dan tempat tinggal kepala desa. Memang baru setengahnya yang selesai dibangun tapi bangunan itu sudah cukup bagus untuk digunakan sebagai tempat kerja dan tinggal.
Terutama ruang kerjanya. Ruang kerja itu adalah sebuah ruangan cukup luas dengan lemari buku yang terisi penuh di sisi kanan dan kiri. Jendela besar terletak di seberang pintu masuk, dan di depan jendela itu terletak sebuah meja kayu yang mewah. Pena dan tinta sudah disiapkan di atas meja itu.
Begitu kembali ke ruang kerjanya di dalam mansion, Amers sudah tahu kalau dia akan segera dihujani pekerjaan. Fakta itu semakin diperjelas dengan tumpukan dokumen di meja kerja yang menyapanya begitu dia memasuki ruangan itu.
Tak lama setelah dia memasuki ruangan, pintu ruangan itu dibuka kembali dan empat orang masuk bergiliran. Mereka adalah sang Petarung Zirah Merah yang membawa halberd sebagai senjata, si Centaur Perempuan berambut pirang panjang, perempuan beastman setengah kucing berbulu oranye, dan laki-laki dari ras dragonborn, sisik naga perunggunya terlihat mencolok.
“Mungkin kami belum sempat memberi selamat padamu, Amers. Jadi sekarang kami ingin mengucapkan selamat karena kau sudah dipilih menjadi kepala Desa Leheath,” ujar petarung berzirah merah.
“Terima kasih Arekh, biarpun aku memang senang tapi posisi seperti ini juga ada bahayanya sendiri.”
“Nya? Bahaya? Tapi tempat ini kan sudah akan jadi damai sesudah perjanjian ini kan? Kenapa bisa bahaya?” tanya si Beastman Perempuan.
“Mereka akan menghadapi bahaya yang berbeda, Matahari. Dulu mereka berperang dengan Rivala, tapi sekarang Kerajaan Rivala, atau lebih tepatnya kita harus melindungi mereka dari bahaya lain,” jawab si Manusia Naga dengan suara berat.
“Delthras benar,” sahut si Centaur Perempuan, “mereka dulunya harus berperang dengan Rivala sambil melawan banyak monster yang membuat sarang teritori di selatan, ditambah juga dengan suku-suku barbarian lain yang juga nomaden di selatan.”
Beastman yang dipanggil Matahari mengangguk, “Aku mengerti sekarang. Terima kasih Lifnes.”
Amers menghela nafas lalu berkata, “Dan itu baru satu masalah saja lho. Tanah di selatan ini adalah milik keluargaku, sekarang aku harus mulai membagi-baginya ke para keluarga suku Leheath sebelum mereka bisa membangun rumah di atas tanah mereka. Tentu saja tanah yang luas akan ditarik pajak yang paling besar. Selain itu, aku juga harus memikirkan bagaimana mereka bisa mengelola sawah, karena kalau kita tidak membuka perdagangan dengan desa-desa lain, kita sendiri yang akan kerepotan.”
“Kelihatannya kamu punya masalah yang banyak nya,” ujar Matahari.
“Memang, tapi aku percaya pada kalian. Arekh, Lifnes, Matahari Pagi, dan juga Delthras. Aku percaya pada kemampuan kalian, karena aku juga sudah beberapa kali meminta bantuan pada kalian sebelumnya. Untuk saat ini, prajurit penjaga desa baru ada 50 personel, dan itu terlalu sedikit. Desa ini bukanlah desa di mana para petualang akan singgah dan mendengarkan berita terbaru di tavern, tapi desa ini adalah sumber gosip yang akan menyebar ke tavern lain. Aku akan sangat bergantung pada kalian untuk menjaga desa ini.”
Arekh menjawab dengan tegas, “Tentu saja. Entah itu monster atau serangan dari suku barbarian yang ada di luar sana, sudah tugas kami untuk menjaganya, karena itu kau menyewa kemampuan kami kan.”
“Arekh, tolong jangan bicara seolah-olah kita adalah prajurit bayaran biasa,” sahut Lifnes, “kita bukan sekedar karena dibayar dengan gold, tapi juga untuk menjaga keseimbangan alam, dan bahwa kita semua adalah bagian dari alam. Melindungi alam dan juga manusia dari kekuatan gelap.”
“Itu kan misimu sebagai Cleric, nya,” sahut Matahari. Lifnes tertawa kecil, sebelum akhirnya mereka semua di ruangan itu tertawa bersama.
Tugas mereka berempat adalah melindungi desa ini. Saat ini, yang bisa mereka pikirkan adalah melindungi desa dari monster dan barbarian saja. Tanpa mereka ketahui bahwa mereka semua ditakdirkan untuk menghadapi sesuatu yang lebih besar.
Beberapa hari berlalu sejak didirikannya Desa Leheath. Beberapa bangunan dari kayu sudah mulai dibangun, terutama bangunan-bangunan penting seperti bar, kandang ternak, dan gudang hasil pertanian. Sawah-sawah sudah dibuat di sisi selatan desa, di tepi sungai yang membelah desa ke utara. Bar juga berfungsi sebagai penginapan untuk para pendatang atau petualang dari luar desa nantinya. Tapi sekarang ini, bar digunakan sebagai tempat tinggal untuk empat petualang yang bertugas menjaga desa. Pagi ini, Arekh terlihat berlatih Halberd di luar bar. Ia mengayunkan senjatanya dengan teratur dan natural, seolah senjata itu sudah merupakan bagian dari tubuhnya sendiri. Ia mengayunkan senjatanya dari atas ke bawah, kiri ke kanan. Arekh berlatih sambil membayangkan ia melawan musuh imajiner. Ia belajar dari pengalaman sebelumnya sambil berpikir apakah dia bisa mengatasi lawannya dengan lebih efektif. Keringat menuruni dahinya saat Arekh memutuskan untuk menyudahi latihan. Ia mengambil minum dar
Malam itu suasana di bar lumayan ramai. Para penduduk desa akhirnya bisa bersantai sesudah bekerja keras seharian. Baik itu penebang kayu, pandai besi, atau pemotong kayu. Si Bartender sibuk menuangkan minuman ke dalam gelas-gelas, dan para penduduk desa tertawa di sela canda gurau.Diantara para penduduk desa yang sedang minum-minum itu, ada seseorang yang terlihat berbeda dari orang lain. Seorang beastman setengah manusia-setengah kucing, atau tabaxi sebutan dalam bahasa lokalnya, sedang memainkan sebuah gitar kecil dengan 10 senar.Matahari Pagi namanya, baju tunik warna birunya membawa sebuah ciri khas yang menunjukkan bahwa dia adalah seorang monk. Biarpun begitu, dia tetap memainkan gitar kecilnya dengan lihai, bagaikan seorang bard. Para penduduk desa di sekitarnya pun ikut menyanyi di tengah-tengah alunan gitarnya.Begitu Matahari selesai dengan lagunya, semua orang di sekitarnya langsung bertepuk tangan. Mereka semua menikmati alunan lagu sang Tabaxi. Matahari Pagi tersenyum
Pagi ini para penduduk desa sudah membangun rumah untuk sebagian besar penduduk. Sawah-sawah juga sudah mulai dibuat di tepi sungai di sisi utara kota. Beberapa penduduk juga menggembalakan hewan ternak mereka di padang rumput di luar kota.Lifnes, sang Centaur Perempuan dengan rambut pirang panjang, juga terlihat di daerah persawahan desa. Dengan sihirnya, ia menggerakkan tanah di sekitar sungai, membuat tanahnya melayang rendah di udara, kemudian membuangnya di samping. Setellah melakukannya beberapa kali, dia membuat sepetak sawah dan saluran irigasi yang mengalirkan air dari sungai ke sawah itu.Tiga orang petani perempuan menghampiri Lifnes.“Terima kasih Nona Lifnes, berkat anda, membuat sawah dan saluran irigasi menjadi lebih mudah,” ujar salah satu dari mereka, seorang perempuan berambut coklat.Lifnes tersenyum sebelum menjawab, “Ini bukan apa-apa kok, aku senang bisa membantu kalian. Omong-omong, kalian berencana menanam apa di sawah ini?”“Tuan Amers menyuruh kami untuk men
Pagi itu para penduduk sibuk memasukkan barang-barang ke dalam kotak-kotak, sebagian besar adalah pakaian tapi ada juga kerajinan tangan kecil yang dibuat dari kayu atau daun yang didapat dari hutan dekat desa. Kotak-kotak itu kemudian diangkut ke sebuah kereta kuda dengan kereta besar untuk mengangkut banyak barang.Amers berjalan menghampiri kereta kuda itu saat kotak terakhinya diangkat ke kereta. Setelan hitamnya yang rapi membuatnya terlihat mencolok di antara para penduduk desa.“Apa semua pakaian dan barang dagangan lainnya sudah diangkut?” tanyanya.“Sudah, Tuan Amers. Kuda-kuda juga sudah siap untuk perjalanan jauh ke desa lain,” jawab seseorang di samping kereta. Rambut pria itu diikat di belakang kepalanya.“Bagus kalau begitu,” sahut Amers, “seperti yang aku yakin sudah bisa kalian duga, desa kita tidak akan bisa bertahan hanya dengan bergantung pada kemampuan kita sendiri. Apalagi waktu panen juga masih lama, jadi kita perlu berdagang dengan desa lain untuk memenuhi kebut
Desa Leheath satu hari sesudah Arekh, Lifnes, dan Neca pergi berdagang ke desa tetangga. Para penduduk desa melakukan aktifitas seperti biasanya, baik itu pemburu atau pun petani. Salah seorang petani itu adalah seorang perempuan remaja yang membantu ibunya di sawah. Hal biasa yang dilakukan para wanita sementara pria pergi berburu.Saat gadis remaja itu sedang bekerja di ladang, mendadak wajahnya menjadi pucat dan dia terjatuh begitu saja.“Lety! Kau kenapa?” teriak sang Ibu panik ketika melihat anaknya terjatuh.Saat dia memeriksa dahi anaknya dia langsung merasa kalau anaknya mengalami demam tinggi.“Aku harus membawanya ke tabib,” ujar si Ibu sebelum menggendong putrinya kembali ke desa.Rumah tabib itu terlihat mencolok di antara rumah-rumah lain, terutama karena ada banyak pot tanaman obat memenuhi pekarangan depan rumahnya. Tabib Rootena adalah seorang perempuan tua yang sudah melewati jauh lebih banyak musim dingin daripada warga desa yang lain, walau begitu dia tetap terlihat
Malam ini malam yang cerah, bulan menggantikan matahari sebagain penerang langit, dan bintang-bintang memenuhi langit malam sebagai hiasan yang indah. Obor-obor dinyalakan di tiang kayu di beberapa titik di desa, menerangi rumah-rumah dan jalan desa. Malam ini keempat anggota kelompok menjaga Desa Leheath dari empat sisi yang berbeda.Lifnes menjaga sisi utara, Matahari Pagi di sisi timur, Arekh mengawasi sisi selatan, sementara Delthras berjaga di sisi barat desa. Masing-masing dari mereka ditemani oleh 4 orang prajurit penjaga desa, biarpun begitu para prajurit tahu bahwa kemampuan bertarung mereka berada jauh di bawah mereka berempat. Mereka di sini hanya untuk formalitas belaka, atau mungkin karena Amers yang memrintahkan mereka untuk menemani.Angin dingin berhembus, membuat Delthras sedikit kedinginan. Sayangnya dia bukan keturunan naga penyembur api yang tahan dingin."Suasananya dingin ya, Tuan Delthras," ujar salah seorang prajurit pada dragonborn itu, cahaya bulan memantul p
Siang itu, para penduduk desa sedang membangun tembok kayu mengelilingi desa. Sebuah kemajuan setelah akhirnya semua penduduk sudah mendapat jatah lahan mereka masing-masing dan tentu saja bisa membangun rumah mereka, kini mereka bisa membangun tembok permanen di sekliling desa untuk lebih melindungi mereka.Suara kayu digergaji dan paku yang di palu bisa terdengar di hampir seluruh desa. Pandai besi dan pemotong kayu harus bekerja keras untuk bisa memenuhi kebutuhan bahan yang diperlukan untuk membangun tembok desa.Di tengah-tengah kesibukan ini, sebuah kereta kuda datang dari arah utara. Kereta kudanya terlihat berbeda dari kereta kuda biasa. Kuda-kuda yang menariknya terlihat sehat, kuat, dan terawat bagus. Sementara kereta kudanya memiliki hiasan yang cantik di atapnya. Terlihat jelas bahwa pemilik kereta ini adalah orang kaya, atau mungkin seorang bangsawan.Kereta kuda itu berhenti di depan kantor desa. Mansion yang dulu baru setengah dibangun, kini sudah selesai dibangun selur
Pagi ini Arekh mengumpulkan anggota party-nya di alun-alun desa. Mereka sedang mempersiapkan tas ransel untuk perbekalan bepergian. Matahari Pagi juga membawa peralatan untuk membuat obat dari tanaman herbal. Beberapa penduduk desa mengelilingi mereka, termasuk seorang pria tua yang masih terlihat berotot.“Baiklah, akan aku jabarkan rencananya sekali lagi,” ujar Arekh, “karena kemarin desa kita baru saja diserang monster, dan untuk mengantisipasi serangan monster berikutnya, kita akan menyisir daerah sekitar desa. Pertama-tama kita akan pergi ke selatan dan kita akan membasmi monster-monster di selatan. Setelah itu kita akan kembali ke desa, kemudian kita akan melakukan hal yang sama ke timur.”Omongan Arekh itu masuk akal. Tidak ada ancaman dari utara karena itu adalah arah kerajaan. Hutan di barat juga biarpun ada monsternya, tapi kebanyakan monster itu tidak pergi ke luar hutan. Mungkin yang keluar hutan hanya hewan-hewan liar yang penasaran. Berarti daerah yang harus mereka sisir