Home / Fantasi / Para Penjaga Perbatasan / Bab 1: Desa Leheath

Share

Para Penjaga Perbatasan
Para Penjaga Perbatasan
Author: Aryadi Subagio

Bab 1: Desa Leheath

Kerajaan Rivala adalah sebuah kerjaan yang terletak di daerah selatan Benua Contena. Ujung selatan benua ini belum terpetakan karena daerah itu masih liar dan berbahaya untuk kebanyakan petualang. Mulai dari monster yang berbahaya hingga suku-suku barbarian yang nomaden memenuhi selatan kerajaan, bahkan Kerajaan Rivala sudah beberapa kali berperang dengan suku barbarian ini.

Salah satu suku nomaden yang sudah beberapa kali kontak senjata dengan Kerajaan Rivala adalah Suku Leheath. Akan tetapi, itu semua adalah masa lalu. Pagi ini, di padang rumput di selatan Rivala, sejarah baru sedang ditulis.

Sebuah sungai mengalir dari selatan hingga utara, pagi ini banyak orang berkumpul di lapangan luas di tepi sungai. Semua orang itu terlihat jelas terbagi dalam dua kelompok: satu kelompok adalah suku barbarian yang terlihat dari pakaian dari kulit hewan yang mereka kenakan, dan yang satu lagi adalah orang-orang yang lebih berbudaya dengan pakaian dari kain dan juga baju zirah, mereka adalah para prajurit dan bangsawan dari Rivala. Di tempat itu juga terlihat sebuah mansion setengah dibangun dan juga beberapa rumah dari kayu.

Di antara orang-orang yang berada di kelompok Rivala adalah seorang bangsawan muda dengan setelan hitam, petarung pria berzirah merah, seorang centaur perempuan, seorang gadis setengah manusia-setengah kucing, dan seorang laki-laki setengah manusia-setengah naga.

Dua orang pria yang telah beruban rambut dan jenggotnya berdiri di tengah lapangan. Satu orang adalah Raja Eustace Rivala yang mengenakan jubah berwibawa warna ungunya. Mahkota yang dikenakan di atas kepalanya bersinar memantulkan cahaya matahari pagi. Sementara satu orang lagi adalah Calyn Leheath, sang Kepala Suku Leheath yang memimpin suku berjumlah ratusan orang. Walau sudah tua, tapi fisik Calyn masih terlihat kokoh dan gagah.

“Pagi ini kita berkumpul dalam rangka persetujuan damai dan juga bergabungnya Suku Leheath sebagai bagian dari Kerajaan Rivala dengan dibangunnya desa pertama di ujung selatan Rivala,” ujar Raja Eustace.

Kemudian Calyn berkata, “Sudah terlalu banyak saudara dan keluarga kita yang gugur dalam perang. Juga sudah banyak prajurit Rivala yang gugur. Semoga dengan perjanjian ini, kita bisa mencapai kedamaian.”

Raja Eustace menoleh ke belakangnya, ke arah bangsawan muda dengan setelan hitam.

“Bangsawan yang telah ditunjuk untuk menjadi kepala Desa Leheath adalah Amers dari Keluarga Boatrice. Semua urusan pemerintahan desa adalah tanggung jawabnya.”

Pria bersetelan hitam berjalan selangkah ke depan saat mengetahui raja memanggilnya, ia membungkukkan badan sekali tanda bahwa ia merasa terhormat dengan penunjukan ini.

Setelah itu, sang Raja melanjutkan perkataannya, “Dan para anggota Suku Leheath sekarang adalah warga Rivala, dan akan dilindungi dengan selayaknya. Pemindahan prajurit dari istana hingga ke desa ini akan dilakukan dengan waktu secepat mungkin.”

Calyn mengangguk lalu menjawab, “Dengan ini saya menyatakan persetujuan, dan Suku Leheath sekarang adalah bagian dari Rivala.”

Calyn menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan. Tangan itu dibalas oleh Raja Eustace. Dengan jabat tangan antara kedua pemimpin ini, konflik di selatan telah berakhir, dan masa kedamaian akan bisa dirasakan oleh mantan suku Leheath. Semua orang bertepuk tangan dengan riuh, menyatakan kesetujuan mereka dengan perjanjian ini.

Setelah perjanjian selesai, Raja Eustace kembali ke kereta kudanya yang megah dan terlihat mewah dengan kuda-kuda putih. Prajurit-prajurit berkuda melindungi sang Raja dari keempat arah saat kereta kuda raja meninggalkan ladang rumput itu ke utara, kembali ke kerajaan.

***

Mansion setengah dibangun itu adalah kantor dan tempat tinggal kepala desa. Memang baru setengahnya yang selesai dibangun tapi bangunan itu sudah cukup bagus untuk digunakan sebagai tempat kerja dan tinggal.

Terutama ruang kerjanya. Ruang kerja itu adalah sebuah ruangan cukup luas dengan lemari buku yang terisi penuh di sisi kanan dan kiri. Jendela besar terletak di seberang pintu masuk, dan di depan jendela itu terletak sebuah meja kayu yang mewah. Pena dan tinta sudah disiapkan di atas meja itu.

Begitu kembali ke ruang kerjanya di dalam mansion, Amers sudah tahu kalau dia akan segera dihujani pekerjaan. Fakta itu semakin diperjelas dengan tumpukan dokumen di meja kerja yang menyapanya begitu dia memasuki ruangan itu.

Tak lama setelah dia memasuki ruangan, pintu ruangan itu dibuka kembali dan empat orang masuk bergiliran. Mereka adalah sang Petarung Zirah Merah yang membawa halberd sebagai senjata, si Centaur Perempuan berambut pirang panjang, perempuan beastman setengah kucing berbulu oranye, dan laki-laki dari ras dragonborn, sisik naga perunggunya terlihat mencolok.

“Mungkin kami belum sempat memberi selamat padamu, Amers. Jadi sekarang kami ingin mengucapkan selamat karena kau sudah dipilih menjadi kepala Desa Leheath,” ujar petarung berzirah merah.

“Terima kasih Arekh, biarpun aku memang senang tapi posisi seperti ini juga ada bahayanya sendiri.”

“Nya? Bahaya? Tapi tempat ini kan sudah akan jadi damai sesudah perjanjian ini kan? Kenapa bisa bahaya?” tanya si Beastman Perempuan.

“Mereka akan menghadapi bahaya yang berbeda, Matahari. Dulu mereka berperang dengan Rivala, tapi sekarang Kerajaan Rivala, atau lebih tepatnya kita harus melindungi mereka dari bahaya lain,” jawab si Manusia Naga dengan suara berat.

“Delthras benar,” sahut si Centaur Perempuan, “mereka dulunya harus berperang dengan Rivala sambil melawan banyak monster yang membuat sarang teritori di selatan, ditambah juga dengan suku-suku barbarian lain yang juga nomaden di selatan.”

Beastman yang dipanggil Matahari mengangguk, “Aku mengerti sekarang. Terima kasih Lifnes.”

Amers menghela nafas lalu berkata, “Dan itu baru satu masalah saja lho. Tanah di selatan ini adalah milik keluargaku, sekarang aku harus mulai membagi-baginya ke para keluarga suku Leheath sebelum mereka bisa membangun rumah di atas tanah mereka. Tentu saja tanah yang luas akan ditarik pajak yang paling besar. Selain itu, aku juga harus memikirkan bagaimana mereka bisa mengelola sawah, karena kalau kita tidak membuka perdagangan dengan desa-desa lain, kita sendiri yang akan kerepotan.”

“Kelihatannya kamu punya masalah yang banyak nya,” ujar Matahari.

“Memang, tapi aku percaya pada kalian. Arekh, Lifnes, Matahari Pagi, dan juga Delthras. Aku percaya pada kemampuan kalian, karena aku juga sudah beberapa kali meminta bantuan pada kalian sebelumnya. Untuk saat ini, prajurit penjaga desa  baru ada 50 personel, dan itu terlalu sedikit. Desa ini bukanlah desa di mana para petualang akan singgah dan mendengarkan berita terbaru di tavern, tapi desa ini adalah sumber gosip yang akan menyebar ke tavern lain. Aku akan sangat bergantung pada kalian untuk menjaga desa ini.”

Arekh menjawab dengan tegas, “Tentu saja. Entah itu monster atau serangan dari suku barbarian yang ada di luar sana, sudah tugas kami untuk menjaganya, karena itu kau menyewa kemampuan kami kan.”

“Arekh, tolong jangan bicara seolah-olah kita adalah prajurit bayaran biasa,” sahut Lifnes, “kita bukan sekedar karena dibayar dengan gold, tapi juga untuk menjaga keseimbangan alam, dan bahwa kita semua adalah bagian dari alam. Melindungi alam dan juga manusia dari kekuatan gelap.”

“Itu kan misimu sebagai Cleric, nya,” sahut Matahari. Lifnes tertawa kecil, sebelum akhirnya mereka semua di ruangan itu tertawa bersama.

Tugas mereka berempat adalah melindungi desa ini. Saat ini, yang bisa mereka pikirkan adalah melindungi desa dari monster dan barbarian saja. Tanpa mereka ketahui bahwa mereka semua ditakdirkan untuk menghadapi sesuatu yang lebih besar.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status