Yura mengedarkan pandangnya mengamati setiap ruangan yang ada di apartement milik Aera yang baru tiga jam lalu disewa sahabatnya itu.
Lain halnya dengan Yura yang masih ragu untuk membiarkan Aera tingga sendiri di apartement kecil berlantai tujuh itu, Aera sang pemilik apartement justru dengan sibuk membenahi barang-barang seadanya yang dia miliki.
"Aera?" panggil Yura memberhentikan aktifitas wanita bersuai coklat itu.
"Apa kau yakin akan tinggal disini sendirian?"
Aera mengangguk untuk merespon pertanyaan dari Yura.
"Tinggal di rumahku saja." ajak Yura "Saat ini kau sedang hamil, bagaimana jika terjadi sesuatu denganmu? Intinya aku tidak membiarkanmu tinggal seorang diri sendiri disini." ucap Yura seraya meraih ganggang koper milik Aera lalu menariknya ingin membawa koper itu keluar dari dalam apartement yang cukup sempit itu.
Aera dengan cepat menahan kopernya membuat Yura langsung menoleh kebelakang dan mendapati empuhnya kop
Aera mengangkat tinggi-tinggi tes pek putih yang ada di tangannya ke arah Yura agar wanita berkaca mata itu dapat melihat dengan jelas dua garis merah yang terukir di tes pek tersebut. "Positif!!" Yura berkata dengan nada tinggi. Aera mengangguk membuat sahabat karibnya itu meloncat bahagia, Yura yang tak dapat membendung kebahagiaanya akan berita kehamilan Aera dengan segera berlari memeluk wanita bersuai coklat gelap di hadapannya itu dengan sangat erat. "Yura!.. Yura!.. Anai Yura!!.. Hati-hati," Aera berucap sembari melepas pelukanya pada wanita berkaca mata itu. Mata hitam Aera kini tertuju pada perut yang membuncit itu. Aera sangat panik ketika Yura meluapkan kebahagiaanya dengan cara melompat-lompat ringan seakan tak ada beban berat bersemayam di perutnya. Tangan Aera terulur menuju perut wanita berkaca mata itu "Kau ini ada-ada saja, Yura. Kau bahkan melupakan ko
Alan yang saat itu sedang terduduk di balik meja kerjanya sembari memeriksa laporan kesehatan para pasiennya tiba-tiba terlonjak kaget begitu Arzhel menyerobot masuk dengan kasar sembari berteriak."Waaahh!.. Gadis aneh itu benar-benar kurangajar!" geram Arzhel tak mempedulikan empuhnya ruangan nyaris saja terkena serangan jantung akibat tingkahnya."Maaf permisi, Tuan?" ucap Alan setelah berhasil menetralisir rasa kagetnya sementara Arzhel hanya menoleh sekilas untuk menatap kearahnya "Maaf Tuan, ini ruangan kerjaku dan harap kau keluar jika kau datang hanya untuk membuat onar disini." lanjut AlanBukanya keluar Arzhel justru dengan tanpa rasa berdosanya langsung menarik kursi yang ada di hadapan Alan lalu mendudukan tubuhnya disana tanpa mengindahkan perintah sang pemilik
Aera terlihat sibuk membenahi rungan serba guna yang ada di kediaman mertuanya, Aera sengaja menukar jadwal kerjanya dengan salah seorang perawat kenalannya di rumah sakit karena hari ini adalah hari jadi pernikahan mereka yang ketiga tahun."Aera?" suara lembut dari wanita paruh baya yang sangat dikenal oleh Aera itupun langsung mencuri fokus dari wanita cantik itu, Aera menoleh ke sumber suara.Wajah Aera langsung berseri-seri kala retina hitam jernihnya itu mendapati Nyonya Lena tengah berdiri memamerkan senyuman hangat di wajahnya sembari memegang nampan berisi chocolate cake."Mama!!" gumam Aera manja sembari melangkah menghampiri Nyonya Lena kemudian memeluk wanita paruh baya itu manja."Selamat ulang tahun pernikahan, Sayang." ucap Nyonya Lena kemudian mencium lembut kening menantunya itu.Mata Aera terfokus menatap lilin berbentuk angka tiga yang menancap sempurna di atas chocolate cake itu. Aera kembali tersenyum, ia sama sekali tak menyan
Yura sempat tertegun sejenak saat melihat Dhexsel sepupunya tengah berduaan dengan Eren sahabatnya dan itu terjadi tepat di hari pesta ulang tahun pernikahan Dhexsel dan Aera.Karena curiga dengan tingkah laku mereka, Yura akhirnya memutuskan untuk memusatkan kamera yang sedang merekam itu kearah dua sejoli yang nampak mencurigakan itu."Bagaimana ini, Dhexsel?" ucap Eren dengan nada terisak."Kita harus segera mengakhiri hubungan ini, Eren." balas Dhexsel.Tunggu! Apa yang sebenarnya terjadi antara Eren dan Dhexsel. Yura sama sekali tidak dapat menebak situasi macam apa yang tengah dilihatnya saat itu. Seketika pikiran Yura mengerucut pada perselingkuhan setelah melihat adegan yang disuguhkan Eren dan juga Dhexsel. Namun wanita yang sedang mengandung itu dengan segera menepis pikiran negatifnya itu."Tidak mungkin mereka berselingkuh, tidak mungkin Eren menusuk Aera dari belakang. Eren tidak mungkin bermain gila dengan suami sahabat karibnya sendi
Dalam mobil Eren terlihat gugup dan resah, entah mengapa perasaan wanita berambut pirang itu terasa tak enak malam ini jantungnya berdegup sangat cepat seakan ingin meloncat keluar, wanita berambut pirang itu bahkan tak mengetahui kenapa perasaanya malam ini terasa begitu tidak nyaman, sesekali ia bahkan akan menarik nafas dalam kemudian dihembuskannya secara berlahan berusaha menghilangkan perasaan yang mengganjal di hatinya.Dhexsel yang fokus menatap jalan raya sesekali melirik melalui ekor matanya, ia dapat merasakan bahwa wanita yang tengah duduk di sampingnya itu tengah merasa gelisah."Apa yang membuat mu begitu merasa gelisah, Eren?" tanya DhexselEren menggeleng berusaha menyembunyikan rasa kegelisahanya saat itu alih-alih menjawab ia justru mengambil sebuah kotak warna pink yang dihias pita hitam di atasnya dari dalam tas selempang yang dikenakanya."Ku harap Aera menyukainya," gumam Eren sembari tersenyum menatap kotak pink itu, ia berharap Aer
Aera yang tengah asyik mengobrol dengan sang mertuanya kini fokus menatap Sham, lelaki itu terlihat duduk di atas sofa memasang ekspresi resah sembari sesekali menatap ponsel pintar yang ada di genggamannya.Aera berjalan menghampiri Sham kemudian ikut mendudukan tubuhnya di atas sofa itu."Yura belum menjawab telponya?" Sham mengangguk dengan wajah gelisah pasalnya Yura tak perna mengabaikan panggilan telpon darinya."Mungkin Yura tak melihat ponselnya sama seperti Dhexsel tadi. Kau tahu sendiri jika Yura sedang menyetir dia tak akan pernah menoleh sekalipun kearah ponselnya," ucapan Aera sedikit tidaknya dapat membuat Sham tenang, pasalnya apa yang dikatakan Aera memang benar adanya.Tengah asyik mengobrol akan kondisi kandungan Yura perhatian Aera dicuri oleh kehadiran sang suami disusul Eren yang mengekor di belakangnya.Aera berdiri kemudian menghampiri Dhexsel. Dhexsel tersenyum kemudian memeluk Aera erat, Eren dengan segera memalingkan wajah
Eren menatap Yura bingung dengan air mata yang mengalir, bukan hanya air mata saja yang mengalir di wajah Eren bahkan darah segarpun ikut mengalir melalui hidung Eren akibat kerasnya tamparan yang dilayangkan Yura padanya.Buukk!!.. Yura kembali mendaratkan tamparan yang keduanya pada wajah Eren."YURA!!" teriak Aera sembari menyeret tubuh Yura untuk menjauhi Eren yang terlihat telah tak berdaya."Apa yang kau lakukan, Yura? Apa salah Eren hingga kau tega menghajarnya seperti itu?" suara Dhexsel yang seakan ingin melindungi Eren semakin membuat Yura naik pitam.Yura yang masih dipeluk Aera kini menunjuk Dhexsel dengan begitu lantangnya "Diam kau lelaki menjijikan!"Perkataan Yura sontak membuat suasana semakin kacau.Melihat Yura memberinya tatapan tajam membuat Dhexsel menyadari sesuatu."Jangan katakan bahwa Yura mengetahui hubungan ku dan Eren," Dhexsel membatin."Yura, kau ini kenapa? Kenapa kau menunjuk Dhexsel seperti itu
Bibir Dhexsel keluh, mendadak ia tidak dapat bersuara, lelaki bernama lengkap Dhexsel Marghero itu ingin sekali berkata 'tidak' pada sang istri namun suaranya seakan tertahan di kerongkongannya alih-alih menjawab pertanyaan sang istri, ia lebih memilih kembali meraih pergelangan tangan Aera, Dhexsel menggenggam tangan itu dengan sangat erat."Aku akan menjelaskan semuanya, Aera__""AKU TAK MEMBUTUHKAN PENJELASAN, DHEXSEL!!" teriak Aera spontan membuat semua orang bergedik ngeri, akhirnya wanita berambut coklat gelap itu mulai meluapkan kemarahanya setelah hanya diam mematung.Tubuh Aera gemetar hebat, tubuhnya yang ramping itu seakan tak sanggup menahan rasa emosi yang menggebuh-gebuh dalam hatinya."Aku sudah katakan padamu, Dhexsel. Aku tak membutuhkan penjelasan, aku hanya butuh satu kata antara benar dan tidaknya," nada suara Aera kini mulai melunak."Sekali lagi aku akan bertanya, apa semua ini benar Dhexsel? Apa benar kau memiliki hubun