Yura sempat tertegun sejenak saat melihat Dhexsel sepupunya tengah berduaan dengan Eren sahabatnya dan itu terjadi tepat di hari pesta ulang tahun pernikahan Dhexsel dan Aera.
Karena curiga dengan tingkah laku mereka, Yura akhirnya memutuskan untuk memusatkan kamera yang sedang merekam itu kearah dua sejoli yang nampak mencurigakan itu.
"Bagaimana ini, Dhexsel?" ucap Eren dengan nada terisak.
"Kita harus segera mengakhiri hubungan ini, Eren." balas Dhexsel.
Tunggu! Apa yang sebenarnya terjadi antara Eren dan Dhexsel. Yura sama sekali tidak dapat menebak situasi macam apa yang tengah dilihatnya saat itu. Seketika pikiran Yura mengerucut pada perselingkuhan setelah melihat adegan yang disuguhkan Eren dan juga Dhexsel. Namun wanita yang sedang mengandung itu dengan segera menepis pikiran negatifnya itu.
"Tidak mungkin mereka berselingkuh, tidak mungkin Eren menusuk Aera dari belakang. Eren tidak mungkin bermain gila dengan suami sahabat karibnya sendiri." Yura bergumam berusaha menyangkal, ia berusaha meyakini hatinya agar dia tak mencurigai Eren yang telah lama menjadi sahabat karibnya dan juga Aera itu.
Namun semakin lama menyaksikan adegan itu semakin besar kecurigaan Yura akan hubungan perselingkuhan mereka.
Hingga akhirnya, keraguan Yura terjawab sudah ketika Dhexsel berkata harus mengakhiri hubungan gelapnya dengan wanita berambut pirang itu.
Tangan Yura menggumpal keras wanita itu kini tengah berusaha meredam emosinya begitu mengetahui perselingkuhan antara Dhexsel dan Eren.
Dengan gemetar tangan Yura masih sibuk merekam video yang akan dijadikan bukti perselingkuhan mereka berdua.
"Kita akhiri saja semua ini, Eren. Aku sadar tindakan kita ini salah, aku tak ingin kehilangan Aera, aku masih sangat mencintainya. Aku minta maaf karena nafsu sesaat ku, aku telah membuat mu melakukan hubungan terlarang ini."
Eren meremas kertas yang digenggamnya begitu Dhexsel mengatakan ingin berpisah.
"Tapi saat ini aku telah hamil, Dhexsel. Aku telah mengandung anakmu tiga bulan."
Baik Yura dan Dhexsel sama-sama terbelalak kaget mendengar perkataan yang melesat keluar bagai petir di siang bolong dari mulut Eren.
Rahang Yura mengeras ia seakan ingin menghajar Eren dan Dhexsel saat itu juga, namun wanita itu mengetahui bahwa saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk menghajar mereka berdua.
Dengan amarah yang menggebu-gebu Yura berlalu meninggalkan kantor sembari membawa serta hasil video antara Eren dan Dhexsel.
Dhexsel terjatuh lemas begitu mendengar kabar berita bahwa Eren telah hamil. Dhexsel sama sekali tidak menyangka bahwa nafsu sesaatnya itu telah menjerumuskannya dalam lubang dilema yang amat berat.
Dhexsel berdiri kemudian memegang lembut bahu Eren yang tengah menangis.
"Aku merasa bersalah pada Aera." isak Eren.
Dhexsel menghapus air mata yang mengalir di pipi Eren "Berhentilah menangis, Eren. Air matamu takkan merubah segalanya menjadi lebih baik," ucap Dhexsel.
"Untuk sekarang kita tenang dulu, besok aku akan mencari jalan keluarnya. Sekarang kita harus pulang terlebih dahulu, aku yakin Aera pasti tengah khawatir memikirkan kita yang tak kunjung pulang." Eren mengangguk tanda setuju dengan ucapan Dhexsel, mereka berduapun akhirnya berjalan beriringan meninggalkan kantor.
***
Yura termenung dalam mobil sport keluaran Inggris berwarna hitam miliknya yang terparkir di bagian kanan bangunan DD Grup itu, dia sengaja menanti Dhexsel dan Eren dalam mobilnya.
Wanita cantik berambut ikal itu terlihat tengah diliputi oleh amarah yang sangat besar, matanya melotot, rahangnya mengeras, serta tubuhnya gemetar akibat menahan luapan emosi yang tak dapat dilampiaskannya saat itu juga.
Tak butuh waktu lama menunggu dalam mobil dua sosok manusia yang telah sukses membuatnya terbakar emosi itu muncul dari balik pintu kaca loby DD Grup.
Mata Yura sama sekali tak mengerjap ketika melihat Dhexsel dan Eren berjalan beriringan menghampiri halaman parkiran tanpa adanya rasa bersalah kepada Aera atas penghianatan yang telah mereka lakukan pada gadis malang itu.
Dhexsel dan Eren berjalan menghampiri mobil sport hitam milik Dhexsel yang terparkir di sisi kiri bagian gedung DD Grup berdekatan dengan jalan keluar gedung.
Dhexsel membuka pintu mobil sportnya kemudian mempersilahkan Eren masuk ke dalam mobil menempati kursi bagian penumpang yang ada di sampingnya.
Yura berdecit kesal menyaksikan adegan dimana Dhexsel dengan sigapnya membukakan pintu mobil untuk Eren sebelum lelaki bermata coklat itu berlari kecil menuju pintu kemudi mobil, dan tak beberapa lama mobil hitam mewah yang mereka berdua tumpangi itupun melesat membelah keheningan malam itu.
Yura tersenyum getir sebelum kemudian berteriak dengan begitu kesalnya "AAAaaahh!!" tangan Yura dengan keras memukul kemudi mobilnya hingga tangan itu memerah.
Mungkin jika ada yang melihat tingkah Yura saat ini, banyak orang yang akan berpikir bahwa wanita berambut ikal itulah yang telah diselingkuhi dan dihianati oleh suaminya. Tapi meski Dhexsel bukanlah suaminya, wajar saja jika Yura merasa kesal. Wanita berambut ikal itu sangat menyayangi Aera terutama lagi Dhexsel juga adalah sepupunya, serta ditambah lagi oleh Aera yang telah menjadi sahabatnya, ikatan persahabatan mereka bahkan mengalahkan ikatan persaudaraan jadi wajar jika Yura marah besar begitu mengetahui suami dari sahabatnya yang sekaligus merangkap sebagai kakak sepupunya itu berselingkuh.
Yang membuat wanita berambut ikal itu semakin jengkel adalah fakta bahwa Dhexsel telah berselingkuh dengan Eren, wanita yang telah lama menjadi sahabat dari Aera dan juga dirinya dari mereka sekolah di tingkat menengah pertama.
"Kalian sudah sangat keterlaluan Dhexsel, Eren! Penghianatan kalian terhadap Aera benar-benar tidak bisa dimaafkan." gumam Yura dengan tangan yang mulai mengemudikan mobil sport hitamnya menuju kediaman keluarga Dhexsel tempat yang akan menjadi saksi bisu dari kehancuran sebuah hubungan cinta dan persahabatan.
Bersambung!...Dalam mobil Eren terlihat gugup dan resah, entah mengapa perasaan wanita berambut pirang itu terasa tak enak malam ini jantungnya berdegup sangat cepat seakan ingin meloncat keluar, wanita berambut pirang itu bahkan tak mengetahui kenapa perasaanya malam ini terasa begitu tidak nyaman, sesekali ia bahkan akan menarik nafas dalam kemudian dihembuskannya secara berlahan berusaha menghilangkan perasaan yang mengganjal di hatinya.Dhexsel yang fokus menatap jalan raya sesekali melirik melalui ekor matanya, ia dapat merasakan bahwa wanita yang tengah duduk di sampingnya itu tengah merasa gelisah."Apa yang membuat mu begitu merasa gelisah, Eren?" tanya DhexselEren menggeleng berusaha menyembunyikan rasa kegelisahanya saat itu alih-alih menjawab ia justru mengambil sebuah kotak warna pink yang dihias pita hitam di atasnya dari dalam tas selempang yang dikenakanya."Ku harap Aera menyukainya," gumam Eren sembari tersenyum menatap kotak pink itu, ia berharap Aer
Aera yang tengah asyik mengobrol dengan sang mertuanya kini fokus menatap Sham, lelaki itu terlihat duduk di atas sofa memasang ekspresi resah sembari sesekali menatap ponsel pintar yang ada di genggamannya.Aera berjalan menghampiri Sham kemudian ikut mendudukan tubuhnya di atas sofa itu."Yura belum menjawab telponya?" Sham mengangguk dengan wajah gelisah pasalnya Yura tak perna mengabaikan panggilan telpon darinya."Mungkin Yura tak melihat ponselnya sama seperti Dhexsel tadi. Kau tahu sendiri jika Yura sedang menyetir dia tak akan pernah menoleh sekalipun kearah ponselnya," ucapan Aera sedikit tidaknya dapat membuat Sham tenang, pasalnya apa yang dikatakan Aera memang benar adanya.Tengah asyik mengobrol akan kondisi kandungan Yura perhatian Aera dicuri oleh kehadiran sang suami disusul Eren yang mengekor di belakangnya.Aera berdiri kemudian menghampiri Dhexsel. Dhexsel tersenyum kemudian memeluk Aera erat, Eren dengan segera memalingkan wajah
Eren menatap Yura bingung dengan air mata yang mengalir, bukan hanya air mata saja yang mengalir di wajah Eren bahkan darah segarpun ikut mengalir melalui hidung Eren akibat kerasnya tamparan yang dilayangkan Yura padanya.Buukk!!.. Yura kembali mendaratkan tamparan yang keduanya pada wajah Eren."YURA!!" teriak Aera sembari menyeret tubuh Yura untuk menjauhi Eren yang terlihat telah tak berdaya."Apa yang kau lakukan, Yura? Apa salah Eren hingga kau tega menghajarnya seperti itu?" suara Dhexsel yang seakan ingin melindungi Eren semakin membuat Yura naik pitam.Yura yang masih dipeluk Aera kini menunjuk Dhexsel dengan begitu lantangnya "Diam kau lelaki menjijikan!"Perkataan Yura sontak membuat suasana semakin kacau.Melihat Yura memberinya tatapan tajam membuat Dhexsel menyadari sesuatu."Jangan katakan bahwa Yura mengetahui hubungan ku dan Eren," Dhexsel membatin."Yura, kau ini kenapa? Kenapa kau menunjuk Dhexsel seperti itu
Bibir Dhexsel keluh, mendadak ia tidak dapat bersuara, lelaki bernama lengkap Dhexsel Marghero itu ingin sekali berkata 'tidak' pada sang istri namun suaranya seakan tertahan di kerongkongannya alih-alih menjawab pertanyaan sang istri, ia lebih memilih kembali meraih pergelangan tangan Aera, Dhexsel menggenggam tangan itu dengan sangat erat."Aku akan menjelaskan semuanya, Aera__""AKU TAK MEMBUTUHKAN PENJELASAN, DHEXSEL!!" teriak Aera spontan membuat semua orang bergedik ngeri, akhirnya wanita berambut coklat gelap itu mulai meluapkan kemarahanya setelah hanya diam mematung.Tubuh Aera gemetar hebat, tubuhnya yang ramping itu seakan tak sanggup menahan rasa emosi yang menggebuh-gebuh dalam hatinya."Aku sudah katakan padamu, Dhexsel. Aku tak membutuhkan penjelasan, aku hanya butuh satu kata antara benar dan tidaknya," nada suara Aera kini mulai melunak."Sekali lagi aku akan bertanya, apa semua ini benar Dhexsel? Apa benar kau memiliki hubun
kediaman Keluarga Marghero saat ini terlihat sunyi dan hening, ruangan itu hanya dihiasi oleh tangisan-tangisan kecil dari suara Nyonya Lena yang terus memanggil nama Aera.Seharusnya malam ini menjadi malam yang penuh canda tawa di kediaman Marghero, seharusnya malam menjadi malam yang membahagiakan di keluarga Marghero, namun semuanya sirna setelah dihantam badai perselingkuhan antara Dhexsel dan Eren.Ruangan serba guna yang tadinya terlihat bersinar kini justru menjadi kelabu yang hanya menyisahkan empat orang di dalamnya yaitu Alex, Nyonya Lena, Dhexsel dan Juga Eren.Dhexsel yang duduk di sofa tunggal yang ada di sudut kiri ruang serba guna terlihat gelisah, hampir ratusan kali lelaki bermata coklat itu hendak berlari mengejar sang istri namun terhalang oleh Alex yang mencegahnya dan alhasil lelaki bernama Dhexsel Marghero itu harus duduk diam menahan rasa gelisanya di sudut kiri ruang serba guna.Di bagian tengah ruang serba guna tepatnya di atas s
Alex menghampiri Dhexsel setelah kepergian Eren. Lelaki itu kini berdiri tepat disamping sang adik.Dhexsel menatap Alex sekilas kemudian kembali menatap kosong kedepan sembari berkata "Jika kau datang hanya ingin menyalahkan ku atas apa yang terjadi sebaiknya kau menundanya sampai besok, karena saat ini aku tak memiliki tenaga sedikitpun untuk meladeni mu, Kak Alex."Alex hanya tersenyum getir, ia tak menyangka bahwa adik kesayangannya itu akan merusak kehidupan rumah tangganya sendiri dengan perselingkuhan."Aku tidak berniat sedikitpun ingin memarahi mu, karena aku tahu sekarang kau pasti tengah menyesali perbuatan mu. Aku tidak memarahi mu bukan berarti aku membenarkan perbuatan mu, bagaimanapun dan dilihat dari sudut pandang manapun tindakan mu itu tetaplah salah, Dhexsel." Balas AlexAlex berbalik hendak meninggalkan Dhexsel namun langkahnya terhenti, ia kemudian kembali menatap kearah sang adik "Apa kau sudah tak mencintai Aera lagi?"Sponta
Aera berjalan gontai membawa hatinya yang telah hancur, tak ada tujuan dan tak ada perencanaan sebelumnya, ia hanya segera ingin keluar dari kediaman keluarga Marghero tanpa perencanaan terlebih dahulu alhasil wanita berambut coklat gelap itu hanya berjalan tapi tak memiliki arah dan tunjuan.Aera menangis, ia sudah tak memperdulikan tatapan orang-orang padanya, mungkin saat ini jika dia memiliki orang tua dia akan berlari ke rumahnya menceritakan semua isi hatinya, tapi Aera harus menahan keinginan itu karena kedua orang tuanya telah tiada, satu-satunya keluarga yang dimiliki Aera adalah keluarga suaminya, Marghero.Aera terjatuh tepat di pinggir jembatan kembar, kakinya sudah tak sanggup lagi melangkah setelah tiga jam lamanya ia memaksa kaki itu untuk berjalan tanpa tujuan.Aera menatap kakinya, ada bercak luka disana. Luka lecet yang tak terasa meski mengeluarkan darah segar, siapa yang akan menyangka luka gaib yang ada di hati akan memanipulasi rasa sakit d
Alex yang berada dalam kamarnya bernafas lega begitu mendapat panggilan telpon dari Huan yang memberitahukannya bahwa Aera dalam keadaan baik-baik saja dan kini menginap dirumah Yura."Terimakasih atas informasi mu, Huan." ucap Alex sebelum mengakhiri panggilan telponya.*****Dhexsel beranjak keluar dari dalam kamarnya, ia keluar menuju ruang makan berharap akan menemukan sosok istrinya yang tengah mempersiapkan sarapan seperti pagi-pagi biasanya.Namun sesampainya di ruang makan Dhexsel harus menerima kekecewaan begitu melihat tak ada sosok Aera disana."Apa ada yang anda butuhkan, Tuan?" tanya seorang pelayan paruh baya pada DhexselDhexsel menggeleng lemas menjawab pertanyaan pelayannya itu, kemudian dengan langkah berat ia berjalan gontai menuju ruang tamu.Jujur, saat ini Dhexel sangat merindukan Aera. Semalaman lelaki itu tak bisa tidur karena memikirkan Aera, ia menelpon ribuan kali ke ponsel sang istri namun ponsel itu