Arzhel yang kala itu tengah duduk disalah satu kursi yang ada di caffe taria rumah sakit terlihat gelisah, matanya jelalatan mencari-cari seseorang. Alan yang duduk tepat dihadapan Arzhel terlihat terganggu akan tingkah Arshel yang sesekali berdiri menatap kearah pintu masuk caffe taria.
"Alan apa benar hanya ini satu-satunya caffe yang ada di rumah sakit ini?" tanya Arzhel tanpa menatap lawan bicaranya.
"Hmm!.. Benar. Memangnya siapa yang sedang kau cari Arzhel?"
"Gadis itu," sahut Arzhel cepat masih tak menatap lawan bicaranya.
"Gadis itu?" gumam Alan "Gadis yang mana?" lanjutnya.
Arzhel menghela nafas dalam lalu mendudukan tubuhnya kembali ke atas kursi, ia menatap makanan yang dipesanya dengan tidak berselera "Gadis yang waktu itu adu jotos denganku."
"Aaahh!... Perawat itu." sambar Alan ketika ia mulai mengingat kajadian saat Arzhel merasa kesal setelah menerima hasil labnya.
"Aku ingin minta maaf pada gadis itu, setelah ku
Eren masih belum mendapat respon dari Aera atas ajakanya yang meminta istri sah dari Dhexsel Marghero itu untuk bicara."Atau perlu kita bicara disini, Aera?" ucap Aren kembali membuat Aera sedikit tersentak kemudian bangun dari tempatnya terduduk, Aera berpikir tempatnya bekerja bukanlah tempat yang cocok membahas masalah pribadi mereka terlebih banyak orang yang berlalu lalang disekitar mereka."Ayo!.. Kita pergi bicara ke atap," ajak Aera seraya memimpin jalan menuju ke lantai paling atas rumah sakit tempatnya bekerja.Arzhel awalnya ingin mengabaikan dua wanita yang baru saja melewatinya itu menuju lift namun hati kecilnya meminta Arzhel untuk pergi mengikuti Aera dan Eren, akhirnya Arzhelpun mengikuti kemana Aera dan Eren pergi meskipun tingkahnya itu bukanlah sebagai tingkah yang dapat disebut bijak karena dia mengikuti dua orang wanita secara diam-diam.***Di atas atap rumah sakit, Eren dan Aera kini saling berhadapan kencangnya angin
Aera berjalan cepat menghampiri Yura sementara Arzhel masih berdiri di area loby berpura-pura melihat papan buletin rumah sakit namun dalam jarak yang masih bisa mendengar pembicaraan Aera dan Yura."Kau sudah makan?" tanya Yura dengan cepat Aera menggeleng dengan sesekali terlihat resah menatap kearah lift takut-takut Eren muncul dari sana."Sudah ku duga kau pasti belum makan. Ini," ucap Yura seraya menyerahkan rantang di tanganya kearah sahabat karibnya itu "Aku sudah menyiapkan makan siang untukmu." lanjutnya.Aera dengan cepat meraih rantang yang diserahkan Yura padanya "Ayo! Temani aku makan di luar," ajak Aera membalikan paksa tubuh Yura sedikit mendorongnya kearah pintu loby.Yura menyerengit mendapati gelagat aneh wanita bersuai coklat itu dengan cepat Yura memberhetikan langkahnya lalu membalikan tubuhnya kerah Aera yang kini terlihat gugup."Ada apa denganmu, Aera? Kenapa kau terlihat aneh sekali," tanya Yura dengan tatapan penuh selidik
Yura melangkah berlahan menghampiri Eren, sementara wanita yang dihampiri itu sudah mulai kalang kabut."Kenapa Eren?" tanya Yura dengan nada mengejek "Kenapa kau begitu ketakutan melihatku tapi kau begitu tak tahu malunya datang menemui Aera." lanjut Yura yang kini sudah berdiri begitu dekat dengan Eren.Buukkk!.. Satu tamparan keras membuat Eren langsung terhuyun kebelakang seraya memegangi pipinya yang terasa berdenyut dan perih, mendapati kejadian itu semua orang yang tadinya sibuk akan aktifitas mereka kini terfokus menatap Eren dan Yura dengan pandangan penuh tanya dan bingung.Yura menjambak rambut milik Eren tepat di tengah-tengah kepalanya memaksa agar wajah wanita berambut pirang itu terangkat ke atas agar semua orang dapat dengan jelas melihat wajah milik Eren."Hallo semuanya!" ucap Yura dengan suara yang lantang tak mempedulikan Eren yang sudah memohon agar melepaskan dirinya."Perhatikan wajah wanita ini baik, baik." lanjut Yura seray
Mobil berwarna putih yang dikendarai oleh Yura berhenti tepat di depan kediaman keluarga Marghero, tak beberapa lama kemudian Aera dan Yura keluar dari dalam mobil dengan waktu yang nyaris bersamaan.Aera melangkah memasuki kediaman keluarga Marghero disusul Yura yang setia mengekor di belakang.Alex yang baru saja berniat berangkat ke restauran miliknya tiba-tiba memberhentikan langkahnya kala Aera berjalan memasuki ruang keluarga kediamannya."Aera?" Gumam Alex kaget, hal itu spontan membuat Dhexsel yang berada di ruang keluarga langsung ikut menoleh kearah ambang pintu ruang keluarga, senyum senang langsung terpatih di wajah milik Dhexsel, ia sudah menduga bahwa istrinya itu akan kembali ke rumah.Seorang pelayan berlari menuju kamar Nyonya Lena, untuk menjalankan perintah wanita paruh baya itu, tiga jam yang lalu sebelum beranjak menuju kamarnya, Nyonya Lena berpesan pada sang pelayan agar memberitahukannya jika Aera kembali, dan alhasil pelayan itu k
Yura mengedarkan pandangnya mengamati setiap ruangan yang ada di apartement milik Aera yang baru tiga jam lalu disewa sahabatnya itu.Lain halnya dengan Yura yang masih ragu untuk membiarkan Aera tingga sendiri di apartement kecil berlantai tujuh itu, Aera sang pemilik apartement justru dengan sibuk membenahi barang-barang seadanya yang dia miliki."Aera?" panggil Yura memberhentikan aktifitas wanita bersuai coklat itu."Apa kau yakin akan tinggal disini sendirian?"Aera mengangguk untuk merespon pertanyaan dari Yura."Tinggal di rumahku saja." ajak Yura "Saat ini kau sedang hamil, bagaimana jika terjadi sesuatu denganmu? Intinya aku tidak membiarkanmu tinggal seorang diri sendiri disini." ucap Yura seraya meraih ganggang koper milik Aera lalu menariknya ingin membawa koper itu keluar dari dalam apartement yang cukup sempit itu.Aera dengan cepat menahan kopernya membuat Yura langsung menoleh kebelakang dan mendapati empuhnya kop
Aera mengangkat tinggi-tinggi tes pek putih yang ada di tangannya ke arah Yura agar wanita berkaca mata itu dapat melihat dengan jelas dua garis merah yang terukir di tes pek tersebut. "Positif!!" Yura berkata dengan nada tinggi. Aera mengangguk membuat sahabat karibnya itu meloncat bahagia, Yura yang tak dapat membendung kebahagiaanya akan berita kehamilan Aera dengan segera berlari memeluk wanita bersuai coklat gelap di hadapannya itu dengan sangat erat. "Yura!.. Yura!.. Anai Yura!!.. Hati-hati," Aera berucap sembari melepas pelukanya pada wanita berkaca mata itu. Mata hitam Aera kini tertuju pada perut yang membuncit itu. Aera sangat panik ketika Yura meluapkan kebahagiaanya dengan cara melompat-lompat ringan seakan tak ada beban berat bersemayam di perutnya. Tangan Aera terulur menuju perut wanita berkaca mata itu "Kau ini ada-ada saja, Yura. Kau bahkan melupakan ko
Alan yang saat itu sedang terduduk di balik meja kerjanya sembari memeriksa laporan kesehatan para pasiennya tiba-tiba terlonjak kaget begitu Arzhel menyerobot masuk dengan kasar sembari berteriak."Waaahh!.. Gadis aneh itu benar-benar kurangajar!" geram Arzhel tak mempedulikan empuhnya ruangan nyaris saja terkena serangan jantung akibat tingkahnya."Maaf permisi, Tuan?" ucap Alan setelah berhasil menetralisir rasa kagetnya sementara Arzhel hanya menoleh sekilas untuk menatap kearahnya "Maaf Tuan, ini ruangan kerjaku dan harap kau keluar jika kau datang hanya untuk membuat onar disini." lanjut AlanBukanya keluar Arzhel justru dengan tanpa rasa berdosanya langsung menarik kursi yang ada di hadapan Alan lalu mendudukan tubuhnya disana tanpa mengindahkan perintah sang pemilik
Aera terlihat sibuk membenahi rungan serba guna yang ada di kediaman mertuanya, Aera sengaja menukar jadwal kerjanya dengan salah seorang perawat kenalannya di rumah sakit karena hari ini adalah hari jadi pernikahan mereka yang ketiga tahun."Aera?" suara lembut dari wanita paruh baya yang sangat dikenal oleh Aera itupun langsung mencuri fokus dari wanita cantik itu, Aera menoleh ke sumber suara.Wajah Aera langsung berseri-seri kala retina hitam jernihnya itu mendapati Nyonya Lena tengah berdiri memamerkan senyuman hangat di wajahnya sembari memegang nampan berisi chocolate cake."Mama!!" gumam Aera manja sembari melangkah menghampiri Nyonya Lena kemudian memeluk wanita paruh baya itu manja."Selamat ulang tahun pernikahan, Sayang." ucap Nyonya Lena kemudian mencium lembut kening menantunya itu.Mata Aera terfokus menatap lilin berbentuk angka tiga yang menancap sempurna di atas chocolate cake itu. Aera kembali tersenyum, ia sama sekali tak menyan