Panggil Aku Aisyah

Panggil Aku Aisyah

last updateLast Updated : 2021-09-05
By:  Viand WahyudiOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
7 ratings. 7 reviews
25Chapters
3.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Aisy dan Aldi adalah dua sejoli yang menjalin persahabatan dengan erat. Mereka berdua saling memahami dan juga saling menyayangi mulai dari kelas 1 hingga duduk di bangku kelas 6 SD. Lulusan sekolah tidak lama lagi, mereka berencana melanjutkan sekolah dalam satu sekolah SMP yang sama. Namun takdir telah berkehendak lain atas keduanya. Aldi diminta orang tuanya agar masuk ke pondok pesantren di Kalimantan, sementara Aisy dikirim ke kota untuk tinggal bersama neneknya dan melanjutkan sekolah di sana. Atas perpisahan itu, mereka masih bisa saling berkomunikasi walau hanya saling berkirim surat. Namun hal tersebut tak berlangsung lama, sedikit demi sedikit Aldi mulai berubah dan tak membalas surat-surat dari Aisy, hal inilah yang membuat Aisy penasaran, berprasangka buruk dan menimbulkan kebencian atas Aldi yang tak pernah lagi meresponnya.

View More

Chapter 1

1. Masa di Pesantren

-Masa SD-

          Dua belas tahun sudah aku menjalani hidup, mulai dari TK dan tak terasa kini sudah masuk di kelas enam SD. Setidaknya ku akan lebih banyak belajar dengan giat, jika dulu ku lebih banyak menggunakan waktu untuk bermain, tapi untuk saat ini mulai aku kurangi, karenaku menyadari bahwa sebentar lagi diriku akan lulus.

          Sekarang sudah memasuki tahun 2007, dan sudah masuk semester dua, jadi kurang enam bulan lagi aku pasti lulus dari sekolah. Bagiku, sekolah ini adalah sekolah yang luar biasa, karena telah banyak mengajarkanku menjadi seorang lelaki yang tangguh dan tahan baja. Cukup sering diriku kena hukum oleh guru-guru ketika tidak mengerjakan tugas, namun perlahan demi perlahan ku telah memiliki kesadaran penuh untuk menjadi seorang murid yang bertanggungjawab.

          Semua ini juga karena ibu, ibu yang selalu mendidikku dengan baik, walau pada awalnya aku adalah anak yang paling bandel. Dan pada akhirnya aku cukup merasa senang berada di sekolah, karenaku tak hanya memiliki banyak teman, namun juga punya seorang sahabat yang tidak lain adalah perempuan itu.

          Perempuan yang berseragam dengan rok panjang, serta berkerudung putih itu namanya Aisy, usianya lebih muda dariku, kurang lebih selisih enam bulanan. Sudah lama juga diriku bersahabat dengannya, tepatnya sejak kita berdua sama-sama duduk di bangku TK. Menurutku, dia adalah teman yang paling baik, di saat jam istirahat sekolah tiba, seringkali dia menawarkan sebuah jajanan kepadaku, yaitu kue serabi dengan kuah yang super enak, wajar saja karena ibunya juga jualan kue serabi di rumahnya.

          Selama berteman, jarang sekali kita bertengkar walaupun itu hanyalah masalah sepele. Uniknya lagi, kita selalu bersama ke mana pun kita pergi, entah itu mengerjakan PR, bermain petak umpet, ataupun mencuci baju di sungai Brantas. Aku dan Aisy memanglah satu kesatuan yang sangat erat dalam menjalin hubungan pertemanan, dan sudah sepantasnya jika ia telah kuanggap sebagai sahabatku sendiri.

          “Entar sore kita sholat di masjid bareng ya!” seru Aisy padaku saat kita hendak pulang bersama dari sekolah.

          “Ya pastilah. Shalat berjamaah itukan pahalanya lebih besar daripada shalat sendirian di rumah,” jawabku.

         Allahu Akbar Allahu Akbar. Suara azan mulai berkumandang pada jam enam sore, menandakan bahwa diriku harus menjalani shalat Maghrib berjamaah. Setiap hari aku selalu berangkat bersama Aisy menuju masjid terdekat, bukan hanya di waktu Maghrib melainkan juga di waktu Isyak, lebih-lebih di waktu Ashar jika kita kebetulan bertemu. Orang tuaku dan orang tua Aisy memang orang tua yang hebat, karena sejak kita masih TK sudah diajarkan menjalani shalat lima waktu setiap hari.

          Hanya dalam waktu tidak sampai tiga puluh menit, diriku kembali pulang ke rumah. Saatku mengucap salam, dan baru saja kaki ini kulangkahkan, ternyata bapak dan ibu telah menungguku di ruang tamu, karena ada sesuatu yang sepertinya ingin bapak dan ibu bicarakan untukku.

          “Aldi, duduk sini nak!” seru bapak.

          “Baik pak.” Jawabku, lalu aku duduk di samping ayah dan ibu.

          “Sebelumnya bapak dan ibu ingin meminta maaf sama kamu nak,”

          “Minta maaf untuk apa pak?” tanyaku.

            Lalu bapak dan ibu terdiam sejenak, mungkin mereka merasa berat yang ingin mengatakan sesuatu.

           “Bapak dan ibu belum bisa untuk mendaftarkan kamu masuk di SMP 3.”

           “Lohhh, kenapa pak, padahal kan itu sekolah favoritku, sejak kelas empat Aldi berharap agar bisa sekolah di situ.”

           “Sekali lagi maafkan bapak nak.”

           “Terus kalau Aldi tidak sekolah di situ, lantas Aldi mau disekolahkan di mana pak.”

           “Bapak dan ibu sebenarnya ingin mengatakkan hal ini sejak lama. Karena yang jelas bapak ingin memasukkanmu di pesantren nak.”

           “Betul Aldi, karena bapak dan ibuk ingin agar kamu kelak bisa menjadi anak yang saleh,” imbah ibu.

           “Ya nggak bisa begitu dong pak, Aldi itu paling takut dan tidak biasa hidup di pesantren.”

           “Suatu saat kamu pasti akan menyadari nak, bahwa inilah jalan yang terbaik.”

        Aku dan bapak mulai sedikit berdebat. Namun sebagai anak, aku tidaklah pantas untuk membantah. Biarlah, akan kuturuti saja apa kemauan bapak meski sebenarnya kumerasa sangat kecewa sekali, karena tidak bisa satu sekolah SMP dengan Aisy nantinya.

-Pesantren Impian-

          Selama diriku menjalani pendidikan di pesantren, banyak sekali kegiatan yang telah kuikuti, mulai dari sekolah, mengaji, atau mengikuti kegiatan keagamaan seperti acara shalawat’an. Tahun demi tahun telah kulewati, dan kumerasa sangat nyaman tinggal di pesantren ini, karenaku bisa memiliki banyak teman dan seorang sahabat sejati, dia bernama Rahma, sahabatku yang paling setia sejak diriku masih duduk di kelas satu SMP. Dan Rahma adalah sahabat yang selalu mengerti akan keadaanku serta bisa memahami segala kekuranganku, sehingga tanpa sadar kumulai memiliki perasaan dengan sangat dalam yang tak bisa kuungkapkan untuk saat ini.

-Sepuluh tahun kemudian-

         Sepuluh tahun sudah diriku menjalani pendidikan di pondok pesantren. Dan tak terasa juga besok kuharus menjalani wisuda sarjana, karenaku baru saja menyelesaikan pendidikan tinggi di Universitas Islam Pontianak. Di sore ini, akan menjadi hari terakhir bagiku untuk menjalani pendidikan di madrasah diniyah, karena seminggu lagi aku akan menjalani ujian kelulusan. Entah tak tahu bagaimana nasib ataupun rencana yang akan kulakukan nantinya, tentu sudah pasti akan kujalani hari demi hari ini dengan  baik.

          “Baik murid-muridku semua. Ini adalah hari terakhir kalian mengikuti pembelajaran diniyah di sore hari ini, karena sebentar lagi kalian semua harus menjalani ujian akhir sebagai persiapan kelulusan.” Ucap seorang guru yang sedang mengajar di kelasku saat ini.

       Pembelajaran pun telah usai. Kita semua dalam satu kelas mulai saling meminta maaf antar teman dan juga kepada guru-guru kita, karena sebentar lagi kita akan berpisah. Aku mulai keluar dari kelas, tanpa sengaja kumelihat Rahma yang juga baru keluar dari kelasnya, kucoba untuk menghampirinya, karena sebenarnya kujuga ingin tahu mengenai rencana apakah yang akan dilakukan nanti ketika kita sudah berpisah.

           “Assalamualaikum Rahma.”

           “Iya walaikum salam Aldi.”

           “Hmmm. Oh ya Rahma, sebentar lagi usai lulusan kamu ada rencana apa?” tanyaku dengan iseng.

           “Alhamdulillah, Insya Allah saya mau menikah Aldi, karena ayah sudah mencarikan Rahma jodoh.”

           “Oh begitu ya.” Jawabku dengan perasaan yang penuh kaget.

           “Kalau kamu sendiri gimana Aldi?” tanyanya.

           “Emm, aku masih belum ada rencana Rahma. Tapi Insya Allah aku mau lanjut S2.”

           “Oh begitu ya. Bagus dong, ya sudah aku kembali ke pondok dulu ya.” Imbuhnya.

           “Iya Rahma, semangat terus ya.”                                                                          

           “Iya Aldi, kamu juga tetap semangat ya.”

        Rahma kembali berjalan menuju asramanya meninggalkanku sendiri. Aku masih tetap berdiri di sini sambil memandangi dirinya di saat melangkah pergi, dan saat itulah kumulai terdiam bercampur rasa sedih yang cukup menyiksa. Mengapa hati ini terasa perih di saat telinga baru saja mendengar kabar bahwa dirinya akan melangsungkan pernikahan. Aku dan dirinya sudah berteman selama sepuluh tahun, di saat itu juga kita sempat menjalin persahabatan sehingga tanpa sadar telah tumbuh sebuah rasa suka, kagum dan cinta yang selama ini kupendam dengan sangat dalam.

        Aku terus merenungi akan hal itu hingga tanpa sadar mata ini mulai terbendung air mata. Kucoba tuk menahan, dan pada akhirnya terjatuh juga membasahi bumi.

          “Ya Allah, mengapa ini terjadi padaku. Sudah sekian lama kumenginginkan dirinya, berharap di waktu yang tepat ini kubisa mengungkapkan rasa sekaligus melamarnya,” batinku.

          Namun apalah daya jika pada akhirnya dia akan bersanding dengan pria lain. Terpaksa kuharus mengikhlaskan semua itu, karena ini sudah menjadi kehendak Allah yang tak bisa ku tolak. Demi Allah, aku belum siap merelakan dirinya, karena ia sudah kuanggap sebagai matahari yang senantiasa menyinari hari-hariku di pesantren ini, demi Allah aku ikhlas.

        Waktu di malam hari telah tiba, dan ini adalah waktu pesantren akan menyelenggarakan acara shalawatan. Sudah menjadi rutinitas jika kegiatan ini dilakukan setiap satu bulan sekali, dan kebetulan juga aku mendapati jadwal memberikan Mauidzah Hasanah atau ceramah terhadap seluruh santri, dan untuk kali ini ku akan memberikan ceramah dengan judul menggapai cinta sang Rasul dengan banyak bershalawat.

          Syukurlah, topik ini sudah kusiapkan sejak minggu kemarin, agar kudapat menyampaikannya secara baik dan juga maksimal. Setelah acara demi acara mulai terlewati, kini tiba saatnya waktuku untuk memasuki acara terakhir, yaitu ceramah yang akan kusampaikan. Di saat aku baru saja naik di atas panggung, kucoba untuk melirik ke sebelah utara, tentu barisan para santri akhwat.

          Dengan perlahan, kumulai menyampaikan dengan baik dari materi yang akan kusampaikan. Tanpa sengaja, kusempat melihat wajah Rahma di mana dia telah duduk di barisan paling depan. Dengan hati yang cukup gembira, dia mulai tersenyum ke arah wajahku, begitu juga sebaliknya. Bisa jadi ini adalah malam yang terakhir aku bisa menampilkan diri kepadanya, maka dari itu, aku akan persembahkan momen ini dengan sebaik-baiknya, mengingat sebentar lagi kita akan berpisah dan dirinya juga akan menikah.

***

        Kumulai membuka mata ini dan terbangun dari tidurku. Suara adzan belum terdengar karena waktu masih menunjukkan jam tiga pagi. Segera kubasuh tubuh ini dengan air wudhu, serta bersiap diri menjalani Qiyamullail. Kumulai membasuh diri ini, namun entah kenapa tiba-tiba kuteringat dengan ayah dan ibu di rumah, sepertinya aku merindukan mereka. Dalam waktu tiga tahun, hanya dalam sebulan ku bisa menikmati kebersamaan dengan mereka, mungkinkah aku harus segera kembali sedangkan diriku masih ingin menetap di pesantren untuk dua tahun ke depan. Sudahlah, tak perlu diriku merisaukan hal itu, lebih baik kujalani saja dari apa yang ingin kulakukan, Insya Allah pasti akan ada solusi serta jalan terbaik dari Allah SWT.

-Wisuda Sarjana-

          Setelah sepuluh tahun menjalani pendidikan di pesantren, akhirnya kiniku telah berhasil meluluskan diri dari pendidikan tinggi dengan gelar terakhir S1. Ayah dan ibu begitu bangga melihatku, yang telah berhasil lulus dari perguruan tinggi. Entah nanti kedepannya harus bagaimana, yang jelas aku masih belum memiliki satu rencana, tetapi yang jelas, aku akan tetap berusaha lagi menjadi lebih baik sebagai anak yang bisa berbakti pada kedua orang tua.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
KL Gangster
bagus banget
2021-10-08 16:26:52
0
user avatar
KL Gangster
bagus banget
2021-10-08 16:26:37
0
user avatar
KL Gangster
bagus banget
2021-10-08 16:26:09
0
user avatar
Dilaronaaaa
Baguss netes aku baca ini...
2021-10-05 21:45:58
2
user avatar
Viand Wahyudi
Sangat baik dan bermanfaat untuk kita semua
2021-09-17 20:36:35
1
user avatar
Nur Holifa
semoga dapat bermanfaat
2021-09-09 13:13:48
2
user avatar
Nur Holifa
sangat menginspirasi sekali
2021-09-09 13:13:12
2
25 Chapters
1. Masa di Pesantren
-Masa SD-           Dua belas tahun sudah aku menjalani hidup, mulai dari TK dan tak terasa kini sudah masuk di kelas enam SD. Setidaknya ku akan lebih banyak belajar dengan giat, jika dulu ku lebih banyak menggunakan waktu untuk bermain, tapi untuk saat ini mulai aku kurangi, karenaku menyadari bahwa sebentar lagi diriku akan lulus.           Sekarang sudah memasuki tahun 2007, dan sudah masuk semester dua, jadi kurang enam bulan lagi aku pasti lulus dari sekolah. Bagiku, sekolah ini adalah sekolah yang luar biasa, karena telah banyak mengajarkanku menjadi seorang lelaki yang tangguh dan tahan baja. Cukup sering diriku kena hukum oleh guru-guru ketika tidak mengerjakan tugas, namun perlahan demi perlahan ku telah memiliki kesadaran penuh untuk menjadi seorang murid yang bertanggungjawab.           Semua ini j
last updateLast Updated : 2021-08-27
Read more
2. Demi Allah, Aku Ikhlas
-perpisahan-           Sepuluh tahun sudah aku menjalani pendidikan dalam rangka menimba ilmu di pesantren ini. Banyak sekali kenangan indah yang telah kualami, entah itu bersama teman sekamar atau teman sekelas termasuk Rahma sahabatku. Kini semua teman-temanku sudah beranjak dewasa, begitu juga denganku. Di pagi ini, aku masih terduduk sambil menikmati secangkir kopi, kusempat memandangi teman-teman yang membawa beban berat, yang tiada lain adalah tas-tas besar berisi pakaian mereka. Sedikit demi sedikit teman-temanku mulai pergi meninggalkan pesantren ini.           “Hey Aldi.” Panggil salah satu teman sekamarku.           “Ehhh iya Boni.”           “Kamu ngapain aja dari tadi kulihat bengong aja.”       &nbs
last updateLast Updated : 2021-08-31
Read more
3. Selepas Ku Pergi
-Ketika Bapak telah Pergi-          Kehidupan yang saat ini aku jalani adalah bagian dari anugerah yang telah Allah SWT berikan. Setiap hari adalah hari-hari yang patut untuk disyukuri, dengan cara memaksimalkan setiap potensi yang ada dalam diri kita semua, dan hari Jumat adalah sebaik-baik hari untuk berkhidmat dan lebih mendekatkan diri pada yang Maha Kuasa. Shadakallahul Adzim. Aku baru saja menyelesaikan bacaan Qur’an sebanyak satu juz, dan kini tiba saatnya diri ini membersihkan tubuh dari segala kotoran serta bau badan, karena sekarang adalah hari Jumat, hari di mana setiap kotoran baik yang ada di raga maupun dalam jiwa harus dibersihkan.         Di hari Jumat ini, aku juga mendapati jadwal untuk mengisi ceramah pada khutbah yang akan terlaksanakan nanti ketika shalat Jumat tiba. Kali ini kuingin berubah, berubah untuk bisa lebih berusaha dalam menata diri untuk bisa l
last updateLast Updated : 2021-08-31
Read more
4. Meniti Kehidupan
-Perjalanan-           Ku mulai membuka mata dari tidur malamku. Sebuah Alarm yang kupasang telah berbunyi pada pukul setengah tiga di pagi hari ini. Sudah menjadi kebiasaan semenjak diriku masih tinggal di pesantren, bahwa shalat di sepertiga malam terakhir merupakan bagian dari kewajiban seorang santri. Ya, meskipun kini diriku sudah tidak lagi menjadi seorang santri, tetapi kelakukan serta perilaku harus tetap seperti seorang santri. Tak terasa juga matahari mulai terlihat di ufuk timur, dan ayam mulai berkokok, sebagai tanda bahwa matahari akan menampakkan sinarnya dalam menerangi bumi yang penuh akan kegelapan.           “Aldi.” Panggil oleh ibu.           “Iya buk.” Jawabku.            Lalu diriku segera berdiri dengan sigap menghampiri i
last updateLast Updated : 2021-08-31
Read more
5. Aisyy Zacky
-Di pagi itu-         Pagi yang cerah untuk jiwa yang sepi. Di pagi inilah kumulai merasakan aroma kesegaran, hembusan angin serta dinginnya udara di pagi hari mulai aku nikmati, sehingga kesejukkan mulai merasuk sampai ke dasar jiwaku. Jam enam pagi, adalah waktu di mana aku mulai terduduk sambil menikmati indahnya pesona alam. Kesepian dan kesendirian memang aku rasakan sekarang, namun jiwaku tidak hanya sendiri, karena ada Allah yang senantiasa menemani hari-hariku di setiap waktu.          Saat ku terduduk di sini, saat itulah ku kembali teringat atas sosok wanita yang akhir-akhir ini mulai menghantui pikiranku di setiap waktu. Entah kenapa hal ini bisa terjadi aku sama sekali tak mengerti, mungkinkah ini sudah menjadi pertanda akan datang masa di mana aku akan menuai bahagia.           “Aldi.”
last updateLast Updated : 2021-08-31
Read more
6. Gemerlapnya Dunia
-kebiasaan rutin Aisy-        Kehidupan yang saat ini Aisy jalani memang sangat jauh berbeda dibandingkan dengan dulu di saat dia masih duduk di bangku sekolah. Hubunganku dengannya begitu sangat dekat karena kita berdua sudah menjadi satu sahabat yang selamanya akan terus erat.  Yang aku tahu, dulu Aisy adalah anak yang rajin, bakti pada orang tua serta senantiasa menjaga tali silaturahim kepada siapapun, siapa sangka jika pada akhirnya dirinya telah berubah drastis, menjadi anak yang selalu membangkang dari nasihat orang tua. Semua itu karena dia salah dalam memilih pergaulan, dia sepertinya sudah terjebak dalam sebuah sumur kenistaan yang dengan perlahan akan menghancurkan jati dirinya sebagai seorang wanita.         Setelah aku mengetahui akan hal itu, aku bukannya menghindar dan menjauh dari dirinya, karena aku bukanlah lelaki yang dengan mudah menilai keburukan seorang wanita
last updateLast Updated : 2021-08-31
Read more
7. Sadis
-sangat khawatir-       Hari ini adalah hari liburku untuk bekerja, jadi kalau sudah datang waktu libur, aku lebih banyak membantu ibu berjualan. Aku mulai membantu ibu mempersiapkan dagangan yang akan dijual, mulai dari menata bahan-bahan, menata meja serta membersihkan warung. Alhamdulillah, masih di jam delapan pagi dagangan ibu sudah lumayan ramai. Aku benar-benar semangat untuk hari ini. Tapi, di saatku sedang asyik-asyiknya bekerja, aku jadi teringat akan sosok Aisy dulu di saat dia suka mencicipi rujak buatan ibu, entah sampai saat ini apakah kira-kira Aisy masih suka atau tidak.          Saat tiba jam sepuluh pagi, saat itulah aku mulai ingin pergi menuju rumahnya, yang tidak lain hanyalah untuk memberikan bungkusan rujak yang bisa mereka cicipi. Apa yang akan kulakukan saat ini sebagai upaya untuk membangun tali silaturahmi dengan keluarganya. Kusegera berangkat dengan berpamit
last updateLast Updated : 2021-08-31
Read more
8. Berniat untuk Ibadah
-tekadku-          Kini pada akhirnya kuharus pulang sendiri usai memarahi Aisy, yang baru saja menikmati waktu malamnya beserta teman-temannya yang tidak benar. Dalam perjalanan pulang kali ini, aku mulai mengeluh dan juga sedikit menangis meratapi apa yang sudah Aisy lakukan. Dalam hati, aku benar-benar bingung, mengapa Aisy bisa seperti ini perilakunya, tak seperti dulu sebagaimana Aisy yang pernah aku kenal. Kubenar-benar sangat prihatin sekali, aku merasa bahwa Aisy sudah terjebak dalam sebuah pergaulan yang sangat membahayakan dirinya. Entah sudah berapa lamakah Aisy seperti ini.           “Ya Allah semoga tidak sampai terjadi apa-apa dengan Aisy ke depannya.” Batinku.          Saat diriku sudah tiba di rumah, kumulai terduduk dan hanya diam. Kumulai berpikir dengan cukup cermat, mengena
last updateLast Updated : 2021-08-31
Read more
9. Selalu Saja Salah
-pertikaian-          Aku segera mengambil motor yang telah terparkir di teras rumah Aisy, di mana pada sore hari ini, aku dan ibu akan pulang dengan tangan hampa serta rasa yang penuh dengan kekecewaan. Saat dalam perjalanan pulang, ibu hanya diam saja dengan wajah yang sedikit cemberut terhadapku, aku berfirasat bisa jadi ibu merasa kecewa karena tidak habis pikir setelah melihat kelakuan Aisy yang terbilang kasar pada orang tuanya. Dalam hati aku mulai menyadari sepenuhnya bahwa memang sekarang bukanlah saat yang tepat bagiku untuk mengenalkan Aisy pada ibu. Namun entah bagaimana lagi sedangkan aku ingin ibu bisa cepat merestui diriku yang ingin menjalin hubungan serius dengan Aisy.          Dan kini aku dan ibu telah sampai di depan rumah, rasa malu dan tenggang rasa sudah pasti ada dalam hatiku. Betapa tidak, bahwa kelakuan Aisy barusan benar-benar telah me
last updateLast Updated : 2021-08-31
Read more
10. Doaku
-kegelisahanku-           “Aldi.” Sapa ibu saat diriku terduduk sendiri di teras rumah.           “Iya buk,” jawabku.           “Kamu kenapa masih di sini, udah jam segini kok belum berangkat?” tanya ibu.           “Iya buk, mungkin lima menit lagi.” Jawabku.           “Emm begitu, oh ya Di, ntar usai pulang kerja kamu mampir ke mpok Mina ya, seperti biasa ambil pesanan ibuk.” Pinta ibu.           “Ohh iya buk. Ya sudah kalau begitu Aldi berangkat kerja sekarang aja ya.” Tukasku.           “
last updateLast Updated : 2021-08-31
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status