Seketika suasana jadi senyap. Gaun putih tulang Samantha terbang mengikuti hembusan angin kencang, hal itu sama sekali tidak mengurangi kesan elegan dan rupawannya yang menyerupai seorang dewi. Edmund terpesona sampai enggan melepas pandangan dalam beberapa menit sebelum akhirnya gadis itu mengalihkan perhatiannya dengan menaruh kembali cincin berlian yang berada dalam kubus kaca kecil berbalut kain merah tersebut ke meja.
Bibirnya tidak mengucap sepatah kata pun, hanya terbuka sedikit untuk menghembuskan napasnya yang panjang dan terdengar lelah. Edmund sudah menduga apa jawaban gadis itu perihal lamarannya pada malam hari ini—yang sengaja diadakan di tempat terbuka, berupa meja kaca dan sepasang kursi khusus dua orang yang dikelilingi bunga tulip dan kolam ikan. Selayaknya latar romansa yang terjadi pada tiap individu, ia mencoba membuatnya semirip mungkin agar Samantha merasa nyaman dan senang seperti yang dialami pasangan lain.Gadis itu masih tidak mengatakan apapun, menarik helaian rambutnya ke belakang telinga—yang entah kenapa seolah menyuruh Edmund bicara lebih dulu."Aku menghargai apapun keputusanmu Lady Caley. Katakan padaku bagaimana jawabanmu... jika kau siap. Aku masih bisa menunggu sampai kapanpun asal itu hanya untukmu," Ed mengulum senyum. Menahan diri untuk tidak berteriak seperti orang gila ketika dua iris Samantha menatapnya secara langsung.Jemari kecil gadis itu mendorong kotak cincin ke arah Edmund secara perlahan, "Maafkan aku, yang mulia. Selain karena tidak ada rasa diantara kita—oh, mungkin hanya aku yang tidak memiliki perasaan terhadapmu. Usia kita juga terlalu jauh untuk disandingkan sebagai suami istri, maaf jika aku kelewatan mengatakan hal ini, tapi kau sudah seperti ayahku. Kalian hampir seumuran kan?"Edmund mengangguk membenarkan tanpa berani membantah. Memang ia sudah memasuki tahap kepala empat, walau baru di pertengahan, sementara gadis cantik di depan matanya, kini masih menyandang status remaja belasan tahun. Hanya saja seharusnya cinta tidak memandang apapun, bahkan jika itu usia.Tapi cinta juga tidak bisa dipaksakan, Samantha pasti menginginkan pria gagah yang seusia dengannya agar kelihatan serasi ketika sebuah lengan kekar merangkul pinggang kecilnya."Yang mulia, sudah hampir tengah malam, aku harus pulang sekarang," gadis itu berujar tiba-tiba, tanpa menunggu jawaban dari si lawan bicara, langkah terburunya sudah menjauh sampai siluetnya benar-benar menghilang dengan cepat.Edmund menghela napas lesu. Pupilnya memandangi pantulan diri sendiri di gelas kaca yang terisi air dingin.Earl Martin muncul dari balik pintu, lantas mengusap bahunya dari belakang—dia orang yang sejak tadi memandangi pembicaraan privasi kedua pasang pria-wanita yang kemudian berakhir menyedihkan bagi salah satu pihak, "Kita bisa mencoba lain kali, Yang Mulia," ia tertawa renyah berusaha menghibur, "Seorang Duke penguasa Harbetor sepertimu tidak wajar kalau bersedih hanya karena seorang wanita. Masih banyak lady cantik di luaran sana, Lady Caley tidak ada apa-apanya."Edmund menggeleng pelan, tatapan matanya menajam "Aku hanya menginginkan dia, hanya Samantha Caley yang pertama dan terakhir, tidak akan ku lepaskan sampai kapanpun."•••Wilayah Harbetor masih berada di bawah naungan Antaragon. Dipimpin seorang Duke berusia empat puluh lima tahun, meski umurnya terbilang sudah tidak muda lagi, Harbetor begitu makmur dan lebih maju ketimbang wilayah kekuasaan seorang duke lainnya.Pangeran tersebut bernama Edmund Aisteree, putra sulung Raja Antonio Aisteree, dia ditetapkan menjadi pemimpin Harbetor sejak tiga tahun yang lalu, masa jabatan yang terbilang masih sangat singkat.Meski begitu ia cakap dan berbakat dalam bidangnya. Perekonomian, kemiliteran, bahkan pendidikan di Harbetor sangat diuatamakan. Jarang ditemui orang miskin, gelandangan, dan sebagainya di wilayah kekuasaan Edmund. Sehingga Harbetor kerap kali dianggap surga, berkat popularitas kemakmurannya yang kian meningkat.Meski begitu, sebagai Duke yang dianggap berbakat dan sering dipuja-puja masyarakat, dia punya satu kekurangan, yang tak lain adalah menakhlukan hati wanita.Entah untuk apa masa mudanya sehingga di usia menjelang setengah abad, masih melajang. Dia belum pernah terlibat berita dengan seorang gadis—sama sekali belum pernah. Tapi akhir-akhir ini, seorang putri sulung Baroness Julia Caley yang bernama Samantha Caley benar-benar memikat sang duke berkat pesona kecantikannya.Sudah dua bulan pertemuan mereka, dan sudah pula empat kali lamaran diajukan oleh sang duke. Malangnya setiap peristiwa itu selalu berakhir penolakan. Samantha tidak akan mengatakan apapun, dia hanya membahas mengenai perbandingan usia mereka yang sudah seperti ayah dan anak. Edmund pernah mengenal Baron Alexandru Caley, mendiang ayah Samantha, pria itu belum lama meninggal, saat berusia empat puluh lima—yang berakhir membuat hidup gadis itu sengsara beserta keluarganya.Meski ditentang oleh si gadis, lebih banyak lagi masyarakat yang menyetujui pernikahan mereka karena menganggap Duke Edmund sangat berjasa di Harbetor, sementara jika dia menginginkan Samantha, seharusnya itu bisa disanggupi sebagai balas budi atas jasanya.Orang-orang pun mulai menjauhi keluarga Caley, membuat Baroness Julia uring-uringan. Mereka mulai kesulitan ekonomi, tidak ada akses masuk kegiatan khusus sosialita kalangan atas, kehilangan derajat, dan yang terpenting, Samantha sudah tidak secantik dulu lagi.Dia menolak keras lamaran itu, membuat diri sendiri sengsara dan harus benar-benar bekerja keras untuk keluarganya. Hilanglah sebutan dewi kecantikan yang tertanam dalam jiwanya, sebab sebelum kejadian ini melanda, Samantha adalah gadis yang gemar bersolek, memakai perhiasan mewah, dan memamerkannya.Duke Edmund tidak ada sangkut pautnya dengan penyebab keruntuhan ekonomi keluarga Caley. Tapi dengan adanya perkara seperti ini, ia mampu memanfaatkannya dengan baik—yaitu menjanjikan takhta yang lebih tinggi dan mengembalikan ekonomi kelas atas untuk keluarga mereka.Kala itu pertengahan tahun, saat di mana pertama kalinya Edmund menginjakkan kaki di Harbetor dengan menyandang julukan seorang pemimpin. Guliver, penguasa yang sebelumnya memberikan sambutan dan ucapan selamat besar-besaran di kastil, mengundang seluruh petinggi juga masyarakat berjasa setempat. Pesta diadakan begitu meriah, puncaknya pada pukul sepuluh malam ketika para gadis lajang dipersilahkan menari di altar depan podium. Acara singkat yang biasanya membuat pasangan dipertemukan. Ed hanya menatap dalam diam kemeriahan itu, ia tak begitu tertarik sekalipun para gadis menguraikan rambutnya dengan penuh pesona. Earl Martin selaku satu-satunya orang baru yang paling dekat dengannya, tiba-tiba sudah berdiri di samping sang pangeran seraya melemparkan tatapan menggoda, "Yang Mulia, apakah tidak berniat mendekati salah satu dari mereka? Para lady yang menari di tengah itu semua dijamin lajang dan masih gadis." Sir Jake yang berada di dekat keduanya tiba-tiba menyahut, "Dekati saja me
"Duke Edmund sedang tidak berada di sini, Lady Caley. Kalau kau bersedia meninggalkan pesan, bawalah surat pribadi, kami akan sampaikan setelah dia kembali." Samantha menrengut tak suka, ia lemparkan box bolu tersebut ke arah Earl Martin—selaku orang yang ditemui di halaman kastil. Pria itu tampak terkejut dengan tingkah si gadis, ia pikir Samantha datang untuk berterima kasih atau membalas pemberian sang duke, rupanya semua berbanding terbalik, dapat dilihat jelas dari ekspresi wajah dan tatapan matanya. Samantha merapat di gerbang sambil berseru, membuat semua petarung dan ksatria yang sedang berlatih mengarahkan perhatian padanya, "Katakan padanya, jangan memberiku apapun! Dan jangan membuat rumor tidak benar!" Sindiranya terlampau keras, orang-orang yang berada di luar kastil bahkan bisa mendengar, mereka sontak menggunjingkan sikap Samantha. Namun gadis itu tak begitu peduli, ia lontarkan cibiran lirih pada Earl Martin sebelum pergi menjauh. Luke Stewart—kolonel jenderal milite
Gerbong kereta mewah berhenti—dengan lapisan emas dengan kayu kualitas terbaik dari gunung Hamerra, yang dapat bertahan ratusan tahun. Kendaaran yang ditarik empat kuda tersebut telah terparkir rapi di tempatnya, sementara Sang Duke sudah berjalan tergesa menuju ruangannya, meski begitu tatapan mata sayu dan lelah tidak dapat membohongi jika dia sudah bekerja keras tanpa mempedulikan kesehatan fisik sendiri. Selepas pulang dari perjalanan jauh untuk menggarap pekerjaan di wilayah lain, Edmund tidak langsung menuju kamar untuk beristirahat, ia justru membuka lembaran papyrus di atas meja kerja, meneliti dan membaca satu per satu, mengabaikan kaca mata dengan lensa penuh embun tersebut. Pintu ruangan berukuran tiga meter itu memang tidak tertutup rapat, membuat para pegawainya di luar dapat melihat betapa tekun sekaligus gila kerja pria itu. Hal baiknya, dia semakin berjaya memakmurkan Harbetor, tapi kesulitan membina hidupnya sendiri, "Seharusnya, paling tidak ada istri yang bisa memb
Setiap tahun di suatu musim tertentu, harga daging babi menjadi sangat mahal. Sehingga para—yang berkuasa berlomba-lomba mendapatkannya, dengan demikianlah Harbetor mengadakan pertandingan berburu babi hutan, siapa tercepat dan mendapat paling banyak akan memenangkan kompetisi tersebut. Namun semenjak kedatangan Duke Edmund Aisteree putra sulung Raja Antonio penguasa Antaragon—yang terkenal begitu bijak, kompetisinya dikabarkan segera dihapus dari daftar resmi Harbetor. Edmund hanya tidak menginginkan para kaum bawah diperbudak orang-orang kaya untuk memenuhi nafsu semata, mereka bisa celaka bahkan mungkin binasa. Babi hutan terkenal ganas, kuat, juga cerdik, hanya satu persen kemungkinan seseorang bisa memenangkannya. Semua permainan bodoh itu hanya akan merugikan pihak kaum bawah. Tahun lalu, seluruh pendaftar berjumlah seratus lima belas jiwa, semuanya laki-laki yang kelihatan gagah dan tangguh. Meski begitu, hanya tiga puluh orang yang selamat saat kembali, dan hanya dua orang pul
Di saat kau tertarik pada sesuatu, fokusmu pasti hanya akan berada pada satu titik yaitu objeknya. Pikiran melalang buana entah kemana, ingatan menjadi pudar, ekspresi tidak menunjukkan apapun, begitu pula hanya ada tatapan mata untuk 'dia' yang sedang digemari. Hal itu semua berlaku untuk sang duke—ketika Lady Caley alias Samantha si seniman muda mengajaknya bicara empat mata, meski itu untuk mengobrolkan suatu hal yang membuat perasaan gadis itu terbebani. Kini mereka tengah berada di kebun bunga matahari halaman belakang kastil, satu-satunya tempat area bangunan ini yang gadis itu kenali. Belum ada yang berbicara, sebab suasana kebun membuat siapapun terhanyut berkat gerakan batang bunga matahari mengikuti alunan angin, sementara Samantha akan mengalihkan pandangan setiap kali sang duke mencoba menatap atau hanya sekedar meliriknya. Hal itu spontan saja Edmund lakukan, bukan karena berpikiran kotor atau buruk tentang Sam, jujur saja dirinya hanya mengekspresikan rasa kagum tentan
Seumur hidup selama empat puluh lima tahun, inilah kali pertama seorang Edmund Aisteree menyatakan perasaan secara langsung pada seorang gadis. Tidak ada rencana ataupun persiapan sebelumnya, sang duke mengucap hal itu spontan di saat detik-detik kekagumannya terhadap Samantha Caley ada di puncak tertinggi. Meski bukan lamaran, rasanya sudah seperti menghadap orang tua gadis itu secara langsung. Menegangkan tapi terus diliputi perasaan bahagia, menanti jawaban tidak pasti namun jika hasilnya adalah ucapan 'diizinkan', hasilnya jauh lebih melegakan ketimbang memenangkan lotre. Ini hanya sebatas pernyataan 'aku suka padamu', sehingga tidak ada pembicaraan lagi di antara keduanya. Ed mengalihkan pandangan sepenuhnya dan mambatin betapa memalukan sikapnya barusan, bagaimana jika Lady Caley semakin tidak nyaman karena hal ini? Dia datang kemari untuk membasmi rumor-rumor loak yang beredar di publik, bukannya merealisasikan kabar burung. Tapi jujur saja, Edmund sungguh tidak mempersiapkan
Hari ke hari berlalu, Sam mulai mempercayai perkataan sang duke. Pria itu benar-benar membuat keluarganya tidak perlu pindah ke rumah lain—sebenarnya belum pasti, tapi baron-baroness baru belum datang juga. Kabarnya mereka masih ditempatkan di kastil Harbetor dan mengkompromikannya bersama duke, yang pasti pria itu tidak akan membuat keluarga Caley diusir ke tepi hutan.Sam juga sudah bebas pergi kemana-mana dengan nyaman, tidak ada rumor setan yang kerap kali membuat telinganya panas, ataupun orang-orang tidak tahu diri yang terus memaksanya menerima Edmund apabila pria itu memang menginginkan pernikahan dengan Sam.Sebenarnya melalui perkataan Sang duke kala itu, saat menyatakan perasaannya secara terang-terangan di kebun belakang kastil, Sam merasa semakin tidak nyaman sekaligus lega. Pria itu benar-benar menyukainya! Hey, tapi dia tidak memaksa Sam menerima cintanya, bahkan Edmund sendiri kelihatan sungkan seolah pernyataan cintanya muncul secara tidak disengaja. Sam perlahan mulai
Dolyn pergi dengan perasaan dongkol dan kalah bicara karena dia kurang mengerti topik. Meski begitu Samantha yang ditinggalkan tetap berpikir sesuatu akan terjadi pada dirinya ataupun keluarga. Putri tunggal Bragen Swan itu tidak akan diam saja ketika dikecewakan, sikapnya manja tidak beda jauh dari Samantha sendiri—karena sejak kecil sama-sama dibesarkan di lingkungan bangsawan terhormat, tidak pernah kekurangan sekalipun.Naasnya kini kisah malang mulai menimpuk kehidupan Sam, ia jadi punya pikiran meluas dan tidak lagi bisa bermanja-manja menggunakan kekuasaan sang ayah untuk keinginan semata. Mulai sekarang harapan utama keluarga Caley ada pada dirinya, Sam tidak bisa diam saja kalaupun nanti Dolyn membuatnya sengsara.Selama Samantha sibuk dengan urusan pribadinya bersama Dolyn Swan, yang sempat menggegerkan orang-orang, hingga jadi pusat perhatian, Samuel diam-diam mengganti beberapa opsi di lembar formulir pendaftaran kompetisi milik sang kakak, selain itu dia juga tak segan lan