Gerbong kereta mewah berhenti—dengan lapisan emas dengan kayu kualitas terbaik dari gunung Hamerra, yang dapat bertahan ratusan tahun. Kendaaran yang ditarik empat kuda tersebut telah terparkir rapi di tempatnya, sementara Sang Duke sudah berjalan tergesa menuju ruangannya, meski begitu tatapan mata sayu dan lelah tidak dapat membohongi jika dia sudah bekerja keras tanpa mempedulikan kesehatan fisik sendiri.
Selepas pulang dari perjalanan jauh untuk menggarap pekerjaan di wilayah lain, Edmund tidak langsung menuju kamar untuk beristirahat, ia justru membuka lembaran papyrus di atas meja kerja, meneliti dan membaca satu per satu, mengabaikan kaca mata dengan lensa penuh embun tersebut.Pintu ruangan berukuran tiga meter itu memang tidak tertutup rapat, membuat para pegawainya di luar dapat melihat betapa tekun sekaligus gila kerja pria itu. Hal baiknya, dia semakin berjaya memakmurkan Harbetor, tapi kesulitan membina hidupnya sendiri, "Seharusnya, paling tidak ada istri yang bisa membuat Yang Mulia terhibur, dia benar-benar lelah dan kesepian," celetuk Earl Martin dengan suara lirih hampir seperti bisikan. Namun para penjaga lain seketika menoleh padanya."Duke Edmund punya segalanya, mau sepuluh istri pun bisa didapatkan, tapi dia tidak melakukan itu dan tetap teguh pada keputusannya untuk menyendiri. Mungkin memang tidak berniat menikah," balas Kolonel jenderal Luke Stewart, entah sejak kapan pria itu berada di dekatnya sambil membawa jepretan kertas. Dia memberikannya pada Earl Martin, "Surat keputusan, semua perlu ditandatangani."Earl Martin mencibir, ia mulai tidak suka dengan Luke setelah kejadian bersama Lady Caley tempo hari. Meskipun seorang kolonel, tapi perilakunya cukup kejam dan kasar—menurut yang ia dengar dari para junior anggota militer. Pria itu juga kelihatan gemar menjelekkan orang lain."Earl Martin kebetulan kau datang," sapa Edmund ramah, ketika sang Earl tersebut membuka lebar pintu ruangannya, "Aku ingin mengubah tanah miring di kaki pegunungan barat menjadi ladang bunga matahari, tanahnya tandus dan bagus. Kita juga bisa membuat penduduk di sana mendapat penghasilan tambahan, biji bunga matahari sangat mahal untuk di ekspor," dia berbicara lancar dan semangat, berbanding terbalik dengan wajahnya yang kusut."Tapi itu jauh dari pemukiman, hampir satu kilo metar dan aksesnya sulit. Bagaimana Yang Mulia bisa sampai di tempat itu?" Earl Martin menarik kursi di depan tempat duduk Sang Duke."Hanya perlu memperbaiki jembatan roboh itu dan menambah esir di jalanan agar tidak becek jika hujan," rupanya pria itu sedang mempersiapkan keinginannya. Di meja, terdapat salah satu lembaran kertas bergambar ladang bunga matahari.Namun ada yang aneh, tempat itu sepi penduduk kebanyakan merantau ke kota untuk mencari pekerjaan, sementara itu tidak ada akses menuju kaki gunung Hamerra, dua tahun lalu jembatan gantung di sana roboh karena tertimpa ombak sungai yang membludak kala banjir, "Tidak, maksudku... jembatannya kan roboh dan belum diperbaiki sama sekali, bagaimana Yang mulia memeriksa tanah di sana?""Ada jalan lain, tapi lebih jauh," Edmund seketika mengalihkan perhatian, dia segera merabut lembaran surat di tangan sang Earl dan buru-buru menandatangani setiap kolom yang tersedia, "Hari ini aku harus menyelesaikan propaganda militer di perbatasan, ada pihak yang sedang berusaha menghancurkan kemakmuran Harbetor.""Jadi hari ini kau akan pergi lagi?""Iya, sampai dua minggu paling singkat," Edmund kembali mengangkat kepala, saat baru saja menyelesaikan dua lembar tanda tangan, "Ah, bagaimana roti yang ku belikan untuk Lady Caley?"Melihat raut sang Duke yang kelihatan menunggu rekasi menyenangkan, Earl Martin menggigit bibir khawatir, bagaimana kalau pria itu kecewa? "Dia... mengembalikannya kemari. Rumor tentang hubungan kalian semakin meluas di publik, ku kira Lady Caley tidak menerima hal itu sehingga dia menolak pemberianmu, Yang Mulia.""Katakan padanya, aku mengirimi kue itu untuk pertemanan kami, bukan maksud lain," Edmund justru tertawa, padahal Earl Martin sudah khawatir jika pria itu sakit hati, rupanya dia jauh lebih bijaksana, "Hari ini belikan pai keju, dan katakan hal itu padanya. Supaya tidak menolak lagi."•••"Ibu tidak waras?!" Sam spontan membentak, namun ia kembali menurunkan kepala setelah sang ibu menunjukkan pelototan mata, "Apa—bagaimana, aduh, aku akan malu sekali kalau harus bersanding dengan pria seusia ayah. Bagaimana kalau ibu saja? Atau jangan-jangan, kue bolu itu memang untuk ibu, bukan aku."Ibu berdecak, "Hei dengar, pikirkan nama baikmu setelah ini, kau mengacaukan lukisan Dolyn, ayahnya pasti tidak akan diam saja, keluarga mereka kalau sudah kecewa bisa-bisa membuat kita sengsara. Kau tak akan mendapat pesanan lukisan lagi, Sam," lebih baiknya lagi, kalau memang benar sang Duke tertarik pada putrinya, Samantha tidak perlu bekerja terlalu keras meraih hati pria itu, dia sudah mendapatkannya bahkan sebelum berusaha. Sia-sia jika gadis itu mengajukan penolakan, "Kalau mereka tahu kau punya hubungan dengan Duke Edmund, tidak akan ada yang berani buka suara.""Tapi aku tidak mau..." Lirih Sam, dia mendadak berdiri sambil membenarkan pakaian, "Ya sudah, ayo segera pindah rumah ke tepi hutan yang jauh dari semua orang. Hidup kita akan lebih tenang di sana," Sam hanya memikirkan bagaimana caranya untuk terus hidup dan tak ada seorang pun mencibir, dengan siapapun ia menikah nanti. Sam bahkan belum lepas dari gelar remaja, karena itu pula ia tidak siap untuk membangun rumah tangga—sekalipun dengan pria muda yang kaya raya nan tampan bak pangeran dari surga.Helaan napas keluar dari bibir ibu, "Samantha, kalau begitu persiapkan dirimu, kita hanya akan makan seadanya, paling mewah mungkin ubi rebus, kau tidak bisa memakai gaun semewah ini lagi. Lalu tidak ada perhiasan, anting dan kalungmu sudah tidak berguna," Telunjuknya kemudian menuding adik-adiknya yang berada di halaman depan rumah, mereka belum bisa percaya harus pindah dari rumah bergelar kediaman baron-baroness ini, "Coba lihatlah adik-adikmu, mereka masih kecil dan akan segera mendaftar sekolah, Samuel juga tidak mungkin putus di tengah jalan kan? Ayo Sam, jangan pikirkan dirimu sendiri.""Astaga, bu! Tapi kau mengorbankanku!" Sentak Sam tidak terima, karena ibu menudingnya seolah semua hal ini berakibat fatal berkat dirinya."Ibu tidak mengorbankanmu sama sekali, hanya ingin kebahagiaan yang terbaik untukmu, putriku," balas wanita itu seraya mendekati sang sulung untuk memeluk, tapi segera saja ditepis."Aku akan menemukan kebahagiaanku sendiri, kita tidak boleh bergantung pada orang lain dan mengemis demi derajat yang tinggi. Aku tidak akan melakukannya, karena ayah pasti kecewa di sana."Ibu kembali menghela napas, "Lalu apa yang akan kau perbuat sekarang?"Sam merogoh saku, terdapat selembar kertas lusuh—bertuliskan informasi lomba perburuan yang dilaksanakan akhir tahun, "Perburuan di hutan akan segera diadakan, seperti tahun-tahun sebelumnya hadiahnya masih sama yaitu kemakmuran dan kekayaan seumur hidup. Aku akan ikut!"Setiap tahun di suatu musim tertentu, harga daging babi menjadi sangat mahal. Sehingga para—yang berkuasa berlomba-lomba mendapatkannya, dengan demikianlah Harbetor mengadakan pertandingan berburu babi hutan, siapa tercepat dan mendapat paling banyak akan memenangkan kompetisi tersebut. Namun semenjak kedatangan Duke Edmund Aisteree putra sulung Raja Antonio penguasa Antaragon—yang terkenal begitu bijak, kompetisinya dikabarkan segera dihapus dari daftar resmi Harbetor. Edmund hanya tidak menginginkan para kaum bawah diperbudak orang-orang kaya untuk memenuhi nafsu semata, mereka bisa celaka bahkan mungkin binasa. Babi hutan terkenal ganas, kuat, juga cerdik, hanya satu persen kemungkinan seseorang bisa memenangkannya. Semua permainan bodoh itu hanya akan merugikan pihak kaum bawah. Tahun lalu, seluruh pendaftar berjumlah seratus lima belas jiwa, semuanya laki-laki yang kelihatan gagah dan tangguh. Meski begitu, hanya tiga puluh orang yang selamat saat kembali, dan hanya dua orang pul
Di saat kau tertarik pada sesuatu, fokusmu pasti hanya akan berada pada satu titik yaitu objeknya. Pikiran melalang buana entah kemana, ingatan menjadi pudar, ekspresi tidak menunjukkan apapun, begitu pula hanya ada tatapan mata untuk 'dia' yang sedang digemari. Hal itu semua berlaku untuk sang duke—ketika Lady Caley alias Samantha si seniman muda mengajaknya bicara empat mata, meski itu untuk mengobrolkan suatu hal yang membuat perasaan gadis itu terbebani. Kini mereka tengah berada di kebun bunga matahari halaman belakang kastil, satu-satunya tempat area bangunan ini yang gadis itu kenali. Belum ada yang berbicara, sebab suasana kebun membuat siapapun terhanyut berkat gerakan batang bunga matahari mengikuti alunan angin, sementara Samantha akan mengalihkan pandangan setiap kali sang duke mencoba menatap atau hanya sekedar meliriknya. Hal itu spontan saja Edmund lakukan, bukan karena berpikiran kotor atau buruk tentang Sam, jujur saja dirinya hanya mengekspresikan rasa kagum tentan
Seumur hidup selama empat puluh lima tahun, inilah kali pertama seorang Edmund Aisteree menyatakan perasaan secara langsung pada seorang gadis. Tidak ada rencana ataupun persiapan sebelumnya, sang duke mengucap hal itu spontan di saat detik-detik kekagumannya terhadap Samantha Caley ada di puncak tertinggi. Meski bukan lamaran, rasanya sudah seperti menghadap orang tua gadis itu secara langsung. Menegangkan tapi terus diliputi perasaan bahagia, menanti jawaban tidak pasti namun jika hasilnya adalah ucapan 'diizinkan', hasilnya jauh lebih melegakan ketimbang memenangkan lotre. Ini hanya sebatas pernyataan 'aku suka padamu', sehingga tidak ada pembicaraan lagi di antara keduanya. Ed mengalihkan pandangan sepenuhnya dan mambatin betapa memalukan sikapnya barusan, bagaimana jika Lady Caley semakin tidak nyaman karena hal ini? Dia datang kemari untuk membasmi rumor-rumor loak yang beredar di publik, bukannya merealisasikan kabar burung. Tapi jujur saja, Edmund sungguh tidak mempersiapkan
Hari ke hari berlalu, Sam mulai mempercayai perkataan sang duke. Pria itu benar-benar membuat keluarganya tidak perlu pindah ke rumah lain—sebenarnya belum pasti, tapi baron-baroness baru belum datang juga. Kabarnya mereka masih ditempatkan di kastil Harbetor dan mengkompromikannya bersama duke, yang pasti pria itu tidak akan membuat keluarga Caley diusir ke tepi hutan.Sam juga sudah bebas pergi kemana-mana dengan nyaman, tidak ada rumor setan yang kerap kali membuat telinganya panas, ataupun orang-orang tidak tahu diri yang terus memaksanya menerima Edmund apabila pria itu memang menginginkan pernikahan dengan Sam.Sebenarnya melalui perkataan Sang duke kala itu, saat menyatakan perasaannya secara terang-terangan di kebun belakang kastil, Sam merasa semakin tidak nyaman sekaligus lega. Pria itu benar-benar menyukainya! Hey, tapi dia tidak memaksa Sam menerima cintanya, bahkan Edmund sendiri kelihatan sungkan seolah pernyataan cintanya muncul secara tidak disengaja. Sam perlahan mulai
Dolyn pergi dengan perasaan dongkol dan kalah bicara karena dia kurang mengerti topik. Meski begitu Samantha yang ditinggalkan tetap berpikir sesuatu akan terjadi pada dirinya ataupun keluarga. Putri tunggal Bragen Swan itu tidak akan diam saja ketika dikecewakan, sikapnya manja tidak beda jauh dari Samantha sendiri—karena sejak kecil sama-sama dibesarkan di lingkungan bangsawan terhormat, tidak pernah kekurangan sekalipun.Naasnya kini kisah malang mulai menimpuk kehidupan Sam, ia jadi punya pikiran meluas dan tidak lagi bisa bermanja-manja menggunakan kekuasaan sang ayah untuk keinginan semata. Mulai sekarang harapan utama keluarga Caley ada pada dirinya, Sam tidak bisa diam saja kalaupun nanti Dolyn membuatnya sengsara.Selama Samantha sibuk dengan urusan pribadinya bersama Dolyn Swan, yang sempat menggegerkan orang-orang, hingga jadi pusat perhatian, Samuel diam-diam mengganti beberapa opsi di lembar formulir pendaftaran kompetisi milik sang kakak, selain itu dia juga tak segan lan
Dini hari menjelang pagi, pertemuan diadakan secara mendadak di tenda utama demi mempersiapkan strategi sepenuhnya, selain itu agar tak kalah cepat dari pihak lawan sehingga dapat lebih dulu menghindari strategi mereka.Masalah propaganda di wilayah perbatasan Harbetor masih menjadi problematika tersulit untuk saat ini, banyak kejadian yang mendatangkan pendapat pro-kontra. Sang pemimpin sampai kelelahan menanggapi, meski begitu ia harus segera menyelesaikan masalah tersebut dengan cara seminim mungkin menghindari pertumpahan darah.Dari sekian banyak orang, tentu ada saja yang menentang pendapat sang raja dan menyatakan opini pribadi. Karena hal itu pula musyawarah diterapkan dengan sungguh-sungguh, agar tidak mengakibatkan terpercah belahnya kekompakan antar kelompok.Termasuk Edmund sendiri, ini kali ke tiga ia menyampaikan opini yang saling bertolak belakang satu sama lain, "Kalau para perompak itu tidak mau pergi, orang-orang di sini yang harus kita pindah demi keselamatan mereka.
Usai penduduk bersedia dipindahkan secara diam-diam dari perkampungan perbatasan menuju pemukiman terdekat, pasukan penjagaan pun diperketat. Hampir tiga ratus orang dikirim dari Antaragon untuk membantu melindungi perbatasan.Jordan Attalas, putra bungsu wilayah sebelah pun ikut andil dalam kasus sengketa wilayah kali ini. Bagaimanapun, pemukiman stempat masih dibawah naungan Antaragon yang merdeka, ia sebagai putra mahkota teladan wajib menuangkan gagasan ide untuk membantu meredakan konflik.Ia memandang pemimpin Harbetor yang tengah memberikan arahan kepada para pasukan yang bergantian berjaga. Edmund—meski tidak ikut berkeliling dan memantau secara langsung, ia tidak tidur sama sekali, membiarkan kantung matanya sebesar mata panda yang hitam dan mengerikan."Ku dengar kau sudah tiga hari tidak tidur, pergilah ke tendamu."Ed sontak berbalik mencari seseorang yang berbicara santai kepadanya. Bibirnya seketika melengkung mengetahui Jordan yang menyapa, "Aku tak tahu kau ikut datang
"Aku mohon, izinkan aku masuk untuk bertemu Duke Edmund, sebentar saja."Para penjaga lekas menghadang ketika Sam memaksakan diri masuk, "Kami tidak berbohong, Lady. Duke sedang berada di perbatasan bersama bala pasukan, kalau kau mau berkomunikasi, tinggalkan surat saja, kami akan menyampaikannya saat kepulangan beliau.""Tapi ini penting, aku tak mungkin menunggu lama!"Dua pria penjaga itu hampir saja mengusir, sesaat sebelum pria berjubah datang sembari menunggang kuda. Keduanya sontak membungkuk hormat membuatku kebingungan tentang jati dirinya. Masalahnya, orang mana yang rela mengenakan jubah di musim panas terik seperti sekarang?Mereka bergegas membukakan gerbang untuk membiarkan pria berkuda itu masuk tanpa mengatakan sepatah katapun. Iris matanya yang berwarna biru jernih memandangiku amat intens, indah sekali... ku rasa belum pernah melihat pria bermata biru, namun entah kenapa terasa tidak asing."Yang Mulia, mengapa anda kembali sendiran? di mana yang lainnya?" tanya sala