Di saat kau tertarik pada sesuatu, fokusmu pasti hanya akan berada pada satu titik yaitu objeknya. Pikiran melalang buana entah kemana, ingatan menjadi pudar, ekspresi tidak menunjukkan apapun, begitu pula hanya ada tatapan mata untuk 'dia' yang sedang digemari.
Hal itu semua berlaku untuk sang duke—ketika Lady Caley alias Samantha si seniman muda mengajaknya bicara empat mata, meski itu untuk mengobrolkan suatu hal yang membuat perasaan gadis itu terbebani.Kini mereka tengah berada di kebun bunga matahari halaman belakang kastil, satu-satunya tempat area bangunan ini yang gadis itu kenali. Belum ada yang berbicara, sebab suasana kebun membuat siapapun terhanyut berkat gerakan batang bunga matahari mengikuti alunan angin, sementara Samantha akan mengalihkan pandangan setiap kali sang duke mencoba menatap atau hanya sekedar meliriknya.Hal itu spontan saja Edmund lakukan, bukan karena berpikiran kotor atau buruk tentang Sam, jujur saja dirinya hanya mengekspresikan rasa kagum tentang bagaimana bisa seorang gadis se-menawan itu diciptakan untuk memikat hatinya. Bukankah ini tidak adil? Andai saja Ed masih muda dan perkasa, mungkin tidak sulit menggaet gadis lajang seperti Samantha—ditambah dengan takhta dan harta yang dimiliknya."Lady Caley, kenapa tidak segera bicara? Apa yang ingin kau katakan," Duke Edmund membuka suara saat tidak sabar dengan betapa mengerikan kesunyian ini baginya. Karena melihat bibir Samantha mengucapkan kata per kata menjadi kalimat, membuat hatinya menghangat seolah gadis itu adalah api yang mencairkan embun salju.Dia tampak berdecak, kemudian menyilangkan tangan di depan dada, "Apa Yang Mulia tidak sadar kenapa aku belum bicara dari tadi?" Bola matanya bergulir ke atas, tepat di mana jajaran jendela di lantai tersebut sedang terbuka lebar membiarkan udara bebas keluar masuk. Namun sesekali terdapat siluet mereka 'yang terlalu ingin tahu urusan orang lain'."Mereka hanya bisa melihat, tidak akan mendengarkan pembicaraan kita. Atau kalau kau perlu yang lebih privasi, mungkin kita bisa pergi ke ruangan tertutup, seperti perpustaakan... kalau kau tidak keberatan," ujar sang duke hati-hati, ia sendiri berpikir kalau ajakannya terdengar aneh—mungkin Samantha pun akan menerka-nerka hal buruk."Tidak... tidak, di sini saja," sudah diduga apa jawaban gadis itu. Sam lantas menempatkan tubuh di atas bangku panjang dekat pengairan khusus ladang bunga matahari, "Aku sebenarnya tidak ingin berlama-lama di sini, jadi Yang Mulia... apakah sudah tahu berita yang menyebar tentang kita, terutama malam perayaanmu waktu itu saat aku mempersiapkan lukisan untuk pameran di sini.""Ya, aku sudah dengar semuanya Lady.""Jujur saja aku merasa tidak nyaman—bukan, bukan bermaksud tidak menyukaimu, ah, maksudnya aku sama sekali tidak membencimu, tapi ini sangat menggangu Yang Mulia. Orang-orang di luaran sana begitu segan dan selalu kagum padamu, mereka berusaha membalas budi—dan kalau mungkin kau punya ketertarikan padaku, atau jika kau suka pada gadis manapun itu, mereka berusaha memberikannya," Sam menjeda sejenak kalimat yang ia ungkapkan secara berantakan, "Jadi baik benar ataupun tidak rumor itu, bisakah Yang Mulia membuat mereka semua diam? Hidupku sudah hampir hancur karena ini."Tanpa diduga, sang duke mengangguk singkat, "Baiklah, aku akan katakan pada pusat percetakan surat kabar untuk membantah semua rumor yang membuatmu tidak nyaman. Maaf juga sudah hampir membuatmu mengalami kehancuran."Lain dari yang Samantha perkirakan, pria itu memang luar biasa dan bijaksana. Sam sudah berpikir kalau ia akan melakukan perdebatan dengan seorang duke tua karena keberadaan berita tanpa asal-usul yang jelas. Rupanya pria itu justru dengan baik hati menawarkan kebebasan untuknya dan juga meminta maaf karena sudah mengakibatkan ketidaknyamanan yang dijalani Sam selama berita itu masih beredar tanpa kop.Sam berteriak kecil kegirangan seraya mengepalkan kedua tangan ke udara. Namun setelah sadar siapa sosok yang dihadapi, tubuhnya sontak membungkuk sopan beberapa kali seperti memberi penghormatan, "Terima kasih, terima kasih banyak, Yang Mulia. Semoga kau segera bertemu dengan orang yang benar-benar akan menjadi pendampingmu selamanya.""Lady Caley," panggil pria itu, "Tapi bagaimana jika aku sungguh menyukaimu? Dan bagaimana pula jika aku ingin kau yang menjadi pendampingku selamanya?"Suara burung gagak sebagai pertanda kecanggungan mendadak seketika muncul di kepala keduanya tanpa disadari. Tapi seluruh elemen yang berada di bumi seakan mengerti, hembusan angin yang tadinya kencang sampai membuat ujung batang bunga matahari lunglai hampir menyentuh tanah kini mendadak berhenti, dedaunan yang gugur pun diam berpegangan erat pada dahan masing-masing agar tidak berjatuhan, sementara itu hanya satu yang masih terdengar jelas di telinga keduanya, yaitu hembusan napas sang duke yang terdengar bergemuruh dan cepat.Sam meneguk ludah, "Apa aku perlu menjawabnya atau hanya mendengarkan saja?" •••Dua tahun yang lalu, Edmund berlarian menuju ruangan pribadinya masih dengan seragam militer lengkap manyatu di badan. Namun alas kakinya menghilang entah kemana, tersisa selop kain yang biasanya hanya digunakan di dalam rumah.Mengobrak-abrik seluruh sudut tanpa mempedulikan barang berjatuhan sekalipun akan menghantam kakinya. Ekspresi panik bercampur pasrah, dan perilaku gegabah membuat semua orang tidak berani mendekat termasuk sang ibu. Wanita itu hanya bisa memandang nanar dari ambang pintu bersama butler dan para pelayan. Tidak ada yang berani menenangkan Edmund bahkan saat pria itu dengan sengaja mendobrak pintu lemari yang terkunci menggunakan tangan kosong.Benda kecil gemerlap seketika memantul dari dalam saat lemari berhasil roboh, Ed semakin menghantam pintu lemari itu hingga rusak sepenuhnya. Ia cekatan memunguti sesuatu yang gemerlap tersebut, jumlahnya hanya satu tapi sudah terpecah belah menjadi beberapa bagian sehingga membuat setiap ujungnya menajam mampu melukai kukit siapapun yang memegangnya dengan tidak hati-hati.Hal itu tak berlaku bagi Edmund, meski telapaknya sudah penuh goresan akibat benda tajam tersebut juga karena perasaannya yang sedang gegabah penuh kecemasan di level tertinggi, ia justru meremat benda tersebut untuk melindunginya.Air mata pria itu seketika turun, membentuk aliran kawah seperti sungai di kulit pipinya yang sepucat salju. Meski ada banyak orang yang menyaksikan kesedihan dan kehancurannya, tidak ada satu pun yang berani mendekat—atau sekedar memasuki ruangan pribadi Ed. Karena dalam batas itu terdapat rajutan benang merah melingkar di sekeliling, siapapun tidak bisa melihat keberadaannya tapi sang ibu dapat merasakan kehadirannya.Benang merah yang membuat putra sulungnya terkurung dalam suatu lingkar kutukan.Tepatnya pukul dua belas malam, ketika angin sedang berhembus di titik paling kencang. Sesuatu pun mendadak berubah, udara yang semula dingin kini terasa semakin menghangat secara perlahan dan kemudian sampai pada titik tertinggi.Tubuh Edmund perlahan mengeluarkan percikan api—yang selanjutnya membakar keseluruhan kastil.Seumur hidup selama empat puluh lima tahun, inilah kali pertama seorang Edmund Aisteree menyatakan perasaan secara langsung pada seorang gadis. Tidak ada rencana ataupun persiapan sebelumnya, sang duke mengucap hal itu spontan di saat detik-detik kekagumannya terhadap Samantha Caley ada di puncak tertinggi. Meski bukan lamaran, rasanya sudah seperti menghadap orang tua gadis itu secara langsung. Menegangkan tapi terus diliputi perasaan bahagia, menanti jawaban tidak pasti namun jika hasilnya adalah ucapan 'diizinkan', hasilnya jauh lebih melegakan ketimbang memenangkan lotre. Ini hanya sebatas pernyataan 'aku suka padamu', sehingga tidak ada pembicaraan lagi di antara keduanya. Ed mengalihkan pandangan sepenuhnya dan mambatin betapa memalukan sikapnya barusan, bagaimana jika Lady Caley semakin tidak nyaman karena hal ini? Dia datang kemari untuk membasmi rumor-rumor loak yang beredar di publik, bukannya merealisasikan kabar burung. Tapi jujur saja, Edmund sungguh tidak mempersiapkan
Hari ke hari berlalu, Sam mulai mempercayai perkataan sang duke. Pria itu benar-benar membuat keluarganya tidak perlu pindah ke rumah lain—sebenarnya belum pasti, tapi baron-baroness baru belum datang juga. Kabarnya mereka masih ditempatkan di kastil Harbetor dan mengkompromikannya bersama duke, yang pasti pria itu tidak akan membuat keluarga Caley diusir ke tepi hutan.Sam juga sudah bebas pergi kemana-mana dengan nyaman, tidak ada rumor setan yang kerap kali membuat telinganya panas, ataupun orang-orang tidak tahu diri yang terus memaksanya menerima Edmund apabila pria itu memang menginginkan pernikahan dengan Sam.Sebenarnya melalui perkataan Sang duke kala itu, saat menyatakan perasaannya secara terang-terangan di kebun belakang kastil, Sam merasa semakin tidak nyaman sekaligus lega. Pria itu benar-benar menyukainya! Hey, tapi dia tidak memaksa Sam menerima cintanya, bahkan Edmund sendiri kelihatan sungkan seolah pernyataan cintanya muncul secara tidak disengaja. Sam perlahan mulai
Dolyn pergi dengan perasaan dongkol dan kalah bicara karena dia kurang mengerti topik. Meski begitu Samantha yang ditinggalkan tetap berpikir sesuatu akan terjadi pada dirinya ataupun keluarga. Putri tunggal Bragen Swan itu tidak akan diam saja ketika dikecewakan, sikapnya manja tidak beda jauh dari Samantha sendiri—karena sejak kecil sama-sama dibesarkan di lingkungan bangsawan terhormat, tidak pernah kekurangan sekalipun.Naasnya kini kisah malang mulai menimpuk kehidupan Sam, ia jadi punya pikiran meluas dan tidak lagi bisa bermanja-manja menggunakan kekuasaan sang ayah untuk keinginan semata. Mulai sekarang harapan utama keluarga Caley ada pada dirinya, Sam tidak bisa diam saja kalaupun nanti Dolyn membuatnya sengsara.Selama Samantha sibuk dengan urusan pribadinya bersama Dolyn Swan, yang sempat menggegerkan orang-orang, hingga jadi pusat perhatian, Samuel diam-diam mengganti beberapa opsi di lembar formulir pendaftaran kompetisi milik sang kakak, selain itu dia juga tak segan lan
Dini hari menjelang pagi, pertemuan diadakan secara mendadak di tenda utama demi mempersiapkan strategi sepenuhnya, selain itu agar tak kalah cepat dari pihak lawan sehingga dapat lebih dulu menghindari strategi mereka.Masalah propaganda di wilayah perbatasan Harbetor masih menjadi problematika tersulit untuk saat ini, banyak kejadian yang mendatangkan pendapat pro-kontra. Sang pemimpin sampai kelelahan menanggapi, meski begitu ia harus segera menyelesaikan masalah tersebut dengan cara seminim mungkin menghindari pertumpahan darah.Dari sekian banyak orang, tentu ada saja yang menentang pendapat sang raja dan menyatakan opini pribadi. Karena hal itu pula musyawarah diterapkan dengan sungguh-sungguh, agar tidak mengakibatkan terpercah belahnya kekompakan antar kelompok.Termasuk Edmund sendiri, ini kali ke tiga ia menyampaikan opini yang saling bertolak belakang satu sama lain, "Kalau para perompak itu tidak mau pergi, orang-orang di sini yang harus kita pindah demi keselamatan mereka.
Usai penduduk bersedia dipindahkan secara diam-diam dari perkampungan perbatasan menuju pemukiman terdekat, pasukan penjagaan pun diperketat. Hampir tiga ratus orang dikirim dari Antaragon untuk membantu melindungi perbatasan.Jordan Attalas, putra bungsu wilayah sebelah pun ikut andil dalam kasus sengketa wilayah kali ini. Bagaimanapun, pemukiman stempat masih dibawah naungan Antaragon yang merdeka, ia sebagai putra mahkota teladan wajib menuangkan gagasan ide untuk membantu meredakan konflik.Ia memandang pemimpin Harbetor yang tengah memberikan arahan kepada para pasukan yang bergantian berjaga. Edmund—meski tidak ikut berkeliling dan memantau secara langsung, ia tidak tidur sama sekali, membiarkan kantung matanya sebesar mata panda yang hitam dan mengerikan."Ku dengar kau sudah tiga hari tidak tidur, pergilah ke tendamu."Ed sontak berbalik mencari seseorang yang berbicara santai kepadanya. Bibirnya seketika melengkung mengetahui Jordan yang menyapa, "Aku tak tahu kau ikut datang
"Aku mohon, izinkan aku masuk untuk bertemu Duke Edmund, sebentar saja."Para penjaga lekas menghadang ketika Sam memaksakan diri masuk, "Kami tidak berbohong, Lady. Duke sedang berada di perbatasan bersama bala pasukan, kalau kau mau berkomunikasi, tinggalkan surat saja, kami akan menyampaikannya saat kepulangan beliau.""Tapi ini penting, aku tak mungkin menunggu lama!"Dua pria penjaga itu hampir saja mengusir, sesaat sebelum pria berjubah datang sembari menunggang kuda. Keduanya sontak membungkuk hormat membuatku kebingungan tentang jati dirinya. Masalahnya, orang mana yang rela mengenakan jubah di musim panas terik seperti sekarang?Mereka bergegas membukakan gerbang untuk membiarkan pria berkuda itu masuk tanpa mengatakan sepatah katapun. Iris matanya yang berwarna biru jernih memandangiku amat intens, indah sekali... ku rasa belum pernah melihat pria bermata biru, namun entah kenapa terasa tidak asing."Yang Mulia, mengapa anda kembali sendiran? di mana yang lainnya?" tanya sala
"Lihat dia, tanpa malu datang ke kastil dan meminta pekerjaan langsung dari Duke.""Katanya waktu itu pernah datang marah-marah menolak pemberian pangeran 'kan? bagaimana bisa dia masih seperti itu.""Ah, aku jadi tidak setuju kalau Duke Edmund ingin menikahinya. Dia gadis jahat!""Kenapa bisa ya Duke Edmund menyukai perempuan jahat begitu, kalau menikah pasti hanya mengharapkan hartanya.""Benar-benar tidak tahu malu!"Samantha menutup telinga ketika mendengar gunjingan tentangnya secara terang-terangan. Ia baru datang ke kastil hari ini, bahkan belum melakukan apapun, tapi sudah mulai diberi ujian kesabaran.Orang-orang itu memandangnya dengan tatapan aneh, seakan merendahkan, benci, atau emosi. Jika dulu Sam bisa bereaksi dengan mengibaskan rambut dan gaun panjang menyentuh lantai, kini ia cuma terdiam menunduk, sadar kalau derajatnya tak jauh lebih tinggi dari para pelayan.Sam hanya harus menahan sebentar, toh tugasnya adalah mengurusi Edmund, tidak bergerombol seperti yang lainn
"Membantu mandi?" beo Sam yang hanya bisa berdiri di ambang pintu kamar sang pangeran, tidak berani masuk.Mengetahui kesalahpahaman yang terjadi pada otak gadis itu, Ed sontak menjelaskannya secara rinci, "Membersihkan kamar mandi, menyiapkan air, dan menyediakan peralatan seperti handuk, juga pakaian ganti.""Oh begitu, baiklah akan ku laksanakan sekarang," balas Sam seraya tersenyum canggung, bisa-bisanya ia sudah berpikiran salah kaprah sampai kemana-mana. Melihat raut serius pria itu membuatnya semakin tidak enak hati—yah, kan mana mungkin ia membantu memandikan seorang lelaki dewasa yang seharusnya tahu apa saja yang dilakukan.Sam bergegas memasuki kamar mandi yang masih berada di area kamar pribadi. Mulai menggosok lantainya dengan batu, menata berbagai sabun aroma, merebus air, dan menyiapkannya di bak permanen besar. Tak berselang lama, Edmund masuk hanya mengenakan celana panjang tanpa atasan sama sekali, saat Sam tengah merapikan handuk dan pakaian ganti di gantungan.Gadi