Setiap tahun di suatu musim tertentu, harga daging babi menjadi sangat mahal. Sehingga para—yang berkuasa berlomba-lomba mendapatkannya, dengan demikianlah Harbetor mengadakan pertandingan berburu babi hutan, siapa tercepat dan mendapat paling banyak akan memenangkan kompetisi tersebut. Namun semenjak kedatangan Duke Edmund Aisteree putra sulung Raja Antonio penguasa Antaragon—yang terkenal begitu bijak, kompetisinya dikabarkan segera dihapus dari daftar resmi Harbetor. Edmund hanya tidak menginginkan para kaum bawah diperbudak orang-orang kaya untuk memenuhi nafsu semata, mereka bisa celaka bahkan mungkin binasa. Babi hutan terkenal ganas, kuat, juga cerdik, hanya satu persen kemungkinan seseorang bisa memenangkannya. Semua permainan bodoh itu hanya akan merugikan pihak kaum bawah.
Tahun lalu, seluruh pendaftar berjumlah seratus lima belas jiwa, semuanya laki-laki yang kelihatan gagah dan tangguh. Meski begitu, hanya tiga puluh orang yang selamat saat kembali, dan hanya dua orang pula berhasil mendapat masing-masing dua babi.Duke yang baru dengan masa jabatan masih terbilang singkat, tata cara kepemimpinannya kerap kali di puji, kali ini ia mendapat bantahan sekaligus cemooh setelah mengajukan penghapusan kompetisi berburu tersebut. Apalagi dari kaum borjuis, mereka sampai rela membayar orang untuk mengadakan demo di depan kastil Harbetor.Para prajurit segera diturunkan demi mengamankan kawasan kastil, seratus anggota berada di gerbang perbatasan, sementara sisanya menjaga area paviliun yang rentan terkena amukan karena tidak ada pembatas antara halaman dengan bangunan.Selain kaum kalangan atas alias borjuis yang menolak keputusan sang duke, rupanya para tuna wisma juga menyatakan hal yang serupa. Mereka menganggap kesempatan yang ada di kompetisi ini sangat berguna bagi kehidupan, jika menang akan tentram tapi kalau pun kalah mereka bisa langsung mati tanpa perlu menyusahkan keluarga untuk mengadakan upacara pemakaman yang memakan biaya cukup banyak. Jasad orang-orang itu jelas dibiarkan saja membusuk di hutan atau menjadi hidangan binatang buas.Sang duke memandang datar keadaan di luar kastil melalui jendela besarnya di atas menara, "Aku tidak menyangka akan sericuh ini jadinya. Bagaimana menurutmu Jordan? Haruskah ku cabut keputusanku menghilangkan kompetisi berburunya?"Jordan Attalas—putra bungsu Kaisar pemimpin tertinggi di sistem monarki negeri ini, tengah singgah mengunjungi sepupunya karena penasaran mengenai betapa populernya si duke tua itu berkat tata kelola kepemimpinannya yang disebut bijaksana tiada tandingan. Namun saat ia baru sampai, puncak masalah pun tiba, Jordan merasa dirinya datang di waktu yang tidak tepat karena ini diluar ekspetasi dan pembicaraan orang yang beredar dari mulut ke mulut."Hey, aku bicara padamu.""Entahlah sepupuku, hari ini aku melihat fakta kepemimpinan The Duke Harbetor yang sebenarnya. Kau terlihat seperti remaja labil," ejeknya penuh canda, meski terpaut usia jeda sepuluh tahun, Jordan yang berjiwa bebas tidak mau terikat aturan, dia pun sangat santai berbicara dengan sepupunya yang jauh lebih tua, "Tapi kalau di pikir-pikir, cabut saja keputusanmu. Ada peristiwa seperti ini pasti cepat sekali masuk ke telinga penduduk di wilayah lain. Karena namamu dianggap sangat baik oleh banyak orang, tidak memungkinkan kejadian ini membuat orang anti-Edmund menyebarkan rumor buruk."Pria itu berdecak, "Jadi menurutmu aku harus mengikuti kemauan mereka demi nama bersihku terus terpampang? Ah, sebenarnya aku sungguh tidak peduli mau siapapun yang mendukung atau membenciku. Sistem negeri ini monarki, aku akan tetap jadi pemimpin sampai usia membatasi walaupun banyak yang benci.""Aha, kau terlalu realistis bung. Pantas tidak ada wanita yang berani mendekatimu," Cibir Jordan seraya menyesap minuman anggur miliknya. Dia menatap lama kerumunan di luar sana, tidak ada yang menarik—sama seperti demo di mana pun tempatnya, selalu saling lempar, dorong-dorongan, dan bahkan terkadang berkelahi menggunakan senjata tajam. Beruntung penduduk Harbetor tak melakukan hal di luar batas, mereka hanya terlihat saling mendorong dan berteriak mengajukan kekesalan.Namun satu orang diantara kerumunan itu berhasil membuat Jordan tidak menoleh sekalipun sang duke segera duduk di ruangannya kembali dan menyuruh sepupu mudanya itu untuk segera pergi."Perempuan itu tangguh sekali, aku salut melihat gadis muda sepertinya berada di antara para pria dan ikut berjuang mempertahankan keinginan mereka," ujar Jordan mendadak membuat Edmund mengalihkan padangan padanya disertai alis tertaut."Siapa? Kekasih barumu?""Orang itu, yang ikut berdesakan di kerumunan, dia sepertinya masih gadis," Jordan menyunggingkan senyum licik, "Tunggu sebentar, bagaimana kalau kau cabut saja keputusanmu sekarang. Apa tidak kasihan melihat gadis itu? Bagaimana jika tiba-tiba tubuhnya terdorong sampai luka?"Ed segera bangkit dari meja kerja, dia kembali mendekat ke jendela sampai akhirnya menemukan sosok tidak asing dengan surai gelap kemerahan sepanjang pinggang ikut berdesakan di lautan manusia depan sana. Tubuhnya yang kecil dan ringkih sering kali terombang-ambing dari satu dudut ke sudut lainnya dengan mudah. Meski begitu dia juga tampak kukuh hendak mempertahankan diri, "Semalam hujan lebat, aku harus menunda kepergian ke perbatasan. Sekarang sedang ada demo di depan kastil, apa aku harus menundanya juga karena ini?" Pria itu menggerutu sambil terburu meninggalkan ruangan.Jordan sontak mencibir, "Dasar pria tua! Kau suka perempuan juga ternyata."Sementara itu, di bawah kericuhan bagai ombak tsunami pinggir pantai mendadak tenang tatkala siluet tubuh sang duke mulai terlihat dari kejauhan. Seluruh bibir seperti diputuskan untuk terkunci supaya bisa memusatkan pandangan pada si pemimpin, aura kebijaksanaan Edmund memang sungguh luar biasa sehingga orang-orang begitu segan kepadanya.Langkahnya yang elegan berhenti di depan gerbang, lalu memerintahkan para prajurit untuk membukanya—dan sontak segera disanggupi.Yang aneh, rakyat segera mundur memberi ruang saat Duke Edmund menjejakkan kaki keluar halaman kastil, padahal sebelumnya mereka memaksakan diri untuk menerobos gerbang hingga hampir roboh."Aku akan mencabut keputusanku," ujar Edmund tegas, namun orang-orang masih tetap melongo tidak ada yang bergerak sedikitpun, "Aku sudah mencabutnya dan kompetisi berburu ini tidak akan dihapus dari catatan resmi kegiatan tahunan Harbetor. Maaf sudah membuat kalian kecewa karena keegoisanku, kegiatan ini mungkin sangat berharga bagi beberapa pihak karena tentunya sudah dilakukan turun-temurun oleh penduduk asli setempat, aku sebagai pendatang mohon maaf sebesar-besarnya sampai memicu keributan yang mengganggu waktu kalian."Sorak dari satu orang mendadak disahuti yang lainnya, sehingga gemuruh kebahagiaan itu segera meliputi mereka. Orang-orang kemudian berbondong-bondong meninggalkan tempat dengan senyum kebahagiaan terukir di benak masing-masing membuat Edmund menghela napas, 'Apakah mereka tidak sadar kalau sedang diperbudak dan akan segera mati?'Seorang gadis bersurai kemerahan yang diikat tinggi ke atas keluar dari kerumunan tersebut, dia tidak ikut pergi, namun justru mengarah mendekati Sang duke. Seketika pria itu dibuat menahan napas karena terpesona berkat kecantikannya.Di saat kau tertarik pada sesuatu, fokusmu pasti hanya akan berada pada satu titik yaitu objeknya. Pikiran melalang buana entah kemana, ingatan menjadi pudar, ekspresi tidak menunjukkan apapun, begitu pula hanya ada tatapan mata untuk 'dia' yang sedang digemari. Hal itu semua berlaku untuk sang duke—ketika Lady Caley alias Samantha si seniman muda mengajaknya bicara empat mata, meski itu untuk mengobrolkan suatu hal yang membuat perasaan gadis itu terbebani. Kini mereka tengah berada di kebun bunga matahari halaman belakang kastil, satu-satunya tempat area bangunan ini yang gadis itu kenali. Belum ada yang berbicara, sebab suasana kebun membuat siapapun terhanyut berkat gerakan batang bunga matahari mengikuti alunan angin, sementara Samantha akan mengalihkan pandangan setiap kali sang duke mencoba menatap atau hanya sekedar meliriknya. Hal itu spontan saja Edmund lakukan, bukan karena berpikiran kotor atau buruk tentang Sam, jujur saja dirinya hanya mengekspresikan rasa kagum tentan
Seumur hidup selama empat puluh lima tahun, inilah kali pertama seorang Edmund Aisteree menyatakan perasaan secara langsung pada seorang gadis. Tidak ada rencana ataupun persiapan sebelumnya, sang duke mengucap hal itu spontan di saat detik-detik kekagumannya terhadap Samantha Caley ada di puncak tertinggi. Meski bukan lamaran, rasanya sudah seperti menghadap orang tua gadis itu secara langsung. Menegangkan tapi terus diliputi perasaan bahagia, menanti jawaban tidak pasti namun jika hasilnya adalah ucapan 'diizinkan', hasilnya jauh lebih melegakan ketimbang memenangkan lotre. Ini hanya sebatas pernyataan 'aku suka padamu', sehingga tidak ada pembicaraan lagi di antara keduanya. Ed mengalihkan pandangan sepenuhnya dan mambatin betapa memalukan sikapnya barusan, bagaimana jika Lady Caley semakin tidak nyaman karena hal ini? Dia datang kemari untuk membasmi rumor-rumor loak yang beredar di publik, bukannya merealisasikan kabar burung. Tapi jujur saja, Edmund sungguh tidak mempersiapkan
Hari ke hari berlalu, Sam mulai mempercayai perkataan sang duke. Pria itu benar-benar membuat keluarganya tidak perlu pindah ke rumah lain—sebenarnya belum pasti, tapi baron-baroness baru belum datang juga. Kabarnya mereka masih ditempatkan di kastil Harbetor dan mengkompromikannya bersama duke, yang pasti pria itu tidak akan membuat keluarga Caley diusir ke tepi hutan.Sam juga sudah bebas pergi kemana-mana dengan nyaman, tidak ada rumor setan yang kerap kali membuat telinganya panas, ataupun orang-orang tidak tahu diri yang terus memaksanya menerima Edmund apabila pria itu memang menginginkan pernikahan dengan Sam.Sebenarnya melalui perkataan Sang duke kala itu, saat menyatakan perasaannya secara terang-terangan di kebun belakang kastil, Sam merasa semakin tidak nyaman sekaligus lega. Pria itu benar-benar menyukainya! Hey, tapi dia tidak memaksa Sam menerima cintanya, bahkan Edmund sendiri kelihatan sungkan seolah pernyataan cintanya muncul secara tidak disengaja. Sam perlahan mulai
Dolyn pergi dengan perasaan dongkol dan kalah bicara karena dia kurang mengerti topik. Meski begitu Samantha yang ditinggalkan tetap berpikir sesuatu akan terjadi pada dirinya ataupun keluarga. Putri tunggal Bragen Swan itu tidak akan diam saja ketika dikecewakan, sikapnya manja tidak beda jauh dari Samantha sendiri—karena sejak kecil sama-sama dibesarkan di lingkungan bangsawan terhormat, tidak pernah kekurangan sekalipun.Naasnya kini kisah malang mulai menimpuk kehidupan Sam, ia jadi punya pikiran meluas dan tidak lagi bisa bermanja-manja menggunakan kekuasaan sang ayah untuk keinginan semata. Mulai sekarang harapan utama keluarga Caley ada pada dirinya, Sam tidak bisa diam saja kalaupun nanti Dolyn membuatnya sengsara.Selama Samantha sibuk dengan urusan pribadinya bersama Dolyn Swan, yang sempat menggegerkan orang-orang, hingga jadi pusat perhatian, Samuel diam-diam mengganti beberapa opsi di lembar formulir pendaftaran kompetisi milik sang kakak, selain itu dia juga tak segan lan
Dini hari menjelang pagi, pertemuan diadakan secara mendadak di tenda utama demi mempersiapkan strategi sepenuhnya, selain itu agar tak kalah cepat dari pihak lawan sehingga dapat lebih dulu menghindari strategi mereka.Masalah propaganda di wilayah perbatasan Harbetor masih menjadi problematika tersulit untuk saat ini, banyak kejadian yang mendatangkan pendapat pro-kontra. Sang pemimpin sampai kelelahan menanggapi, meski begitu ia harus segera menyelesaikan masalah tersebut dengan cara seminim mungkin menghindari pertumpahan darah.Dari sekian banyak orang, tentu ada saja yang menentang pendapat sang raja dan menyatakan opini pribadi. Karena hal itu pula musyawarah diterapkan dengan sungguh-sungguh, agar tidak mengakibatkan terpercah belahnya kekompakan antar kelompok.Termasuk Edmund sendiri, ini kali ke tiga ia menyampaikan opini yang saling bertolak belakang satu sama lain, "Kalau para perompak itu tidak mau pergi, orang-orang di sini yang harus kita pindah demi keselamatan mereka.
Usai penduduk bersedia dipindahkan secara diam-diam dari perkampungan perbatasan menuju pemukiman terdekat, pasukan penjagaan pun diperketat. Hampir tiga ratus orang dikirim dari Antaragon untuk membantu melindungi perbatasan.Jordan Attalas, putra bungsu wilayah sebelah pun ikut andil dalam kasus sengketa wilayah kali ini. Bagaimanapun, pemukiman stempat masih dibawah naungan Antaragon yang merdeka, ia sebagai putra mahkota teladan wajib menuangkan gagasan ide untuk membantu meredakan konflik.Ia memandang pemimpin Harbetor yang tengah memberikan arahan kepada para pasukan yang bergantian berjaga. Edmund—meski tidak ikut berkeliling dan memantau secara langsung, ia tidak tidur sama sekali, membiarkan kantung matanya sebesar mata panda yang hitam dan mengerikan."Ku dengar kau sudah tiga hari tidak tidur, pergilah ke tendamu."Ed sontak berbalik mencari seseorang yang berbicara santai kepadanya. Bibirnya seketika melengkung mengetahui Jordan yang menyapa, "Aku tak tahu kau ikut datang
"Aku mohon, izinkan aku masuk untuk bertemu Duke Edmund, sebentar saja."Para penjaga lekas menghadang ketika Sam memaksakan diri masuk, "Kami tidak berbohong, Lady. Duke sedang berada di perbatasan bersama bala pasukan, kalau kau mau berkomunikasi, tinggalkan surat saja, kami akan menyampaikannya saat kepulangan beliau.""Tapi ini penting, aku tak mungkin menunggu lama!"Dua pria penjaga itu hampir saja mengusir, sesaat sebelum pria berjubah datang sembari menunggang kuda. Keduanya sontak membungkuk hormat membuatku kebingungan tentang jati dirinya. Masalahnya, orang mana yang rela mengenakan jubah di musim panas terik seperti sekarang?Mereka bergegas membukakan gerbang untuk membiarkan pria berkuda itu masuk tanpa mengatakan sepatah katapun. Iris matanya yang berwarna biru jernih memandangiku amat intens, indah sekali... ku rasa belum pernah melihat pria bermata biru, namun entah kenapa terasa tidak asing."Yang Mulia, mengapa anda kembali sendiran? di mana yang lainnya?" tanya sala
"Lihat dia, tanpa malu datang ke kastil dan meminta pekerjaan langsung dari Duke.""Katanya waktu itu pernah datang marah-marah menolak pemberian pangeran 'kan? bagaimana bisa dia masih seperti itu.""Ah, aku jadi tidak setuju kalau Duke Edmund ingin menikahinya. Dia gadis jahat!""Kenapa bisa ya Duke Edmund menyukai perempuan jahat begitu, kalau menikah pasti hanya mengharapkan hartanya.""Benar-benar tidak tahu malu!"Samantha menutup telinga ketika mendengar gunjingan tentangnya secara terang-terangan. Ia baru datang ke kastil hari ini, bahkan belum melakukan apapun, tapi sudah mulai diberi ujian kesabaran.Orang-orang itu memandangnya dengan tatapan aneh, seakan merendahkan, benci, atau emosi. Jika dulu Sam bisa bereaksi dengan mengibaskan rambut dan gaun panjang menyentuh lantai, kini ia cuma terdiam menunduk, sadar kalau derajatnya tak jauh lebih tinggi dari para pelayan.Sam hanya harus menahan sebentar, toh tugasnya adalah mengurusi Edmund, tidak bergerombol seperti yang lainn