Kala itu pertengahan tahun, saat di mana pertama kalinya Edmund menginjakkan kaki di Harbetor dengan menyandang julukan seorang pemimpin. Guliver, penguasa yang sebelumnya memberikan sambutan dan ucapan selamat besar-besaran di kastil, mengundang seluruh petinggi juga masyarakat berjasa setempat.
Pesta diadakan begitu meriah, puncaknya pada pukul sepuluh malam ketika para gadis lajang dipersilahkan menari di altar depan podium. Acara singkat yang biasanya membuat pasangan dipertemukan.Ed hanya menatap dalam diam kemeriahan itu, ia tak begitu tertarik sekalipun para gadis menguraikan rambutnya dengan penuh pesona. Earl Martin selaku satu-satunya orang baru yang paling dekat dengannya, tiba-tiba sudah berdiri di samping sang pangeran seraya melemparkan tatapan menggoda, "Yang Mulia, apakah tidak berniat mendekati salah satu dari mereka? Para lady yang menari di tengah itu semua dijamin lajang dan masih gadis."Sir Jake yang berada di dekat keduanya tiba-tiba menyahut, "Dekati saja mereka, mau dua, tiga, atau lebih pun kau bisa mendapatkannya, Yang Mulia.""Ku dengar Lady Sterwiness baru saja lulus dari universitas ibu kota, dia pulang hari ini dan menyempatkan diri datang kemari karena kau, Yang Mulia. Ayahnya seorang anggota militer, kau bisa dengan mudah menakhkukannya," Sir Bragen ikut menimpali, bahkan dia terlihat paling semangat berbicara, tanpa mempedulikan perasaan tak nyaman Edmund.Tidak, Ed bukannya tersinggung karena mereka seakan mendorongnya untuk menghilangkan gelar perjaka tua yang sudah melekat dalam raganya. Tapi karena pembicaraan ini justru dibesar-besarkan sampai merembet kemana-mana, sampai akhirnya para Lady berbondong-bondong mendekatinya sembari menyerahkan bunga, makanan, dan hadiah lain. Edmund merasa tidak sanggup menerima semua itu, ia menolak satu per satu dengan menghindari kerumunan.Pria itu segera berlari ke halaman belakang, menghindari keramaian yang sibuk membicarakan dirinya."Apa salah melajang sampai tua? Lagi pula ini kan bukan diriku, bukan kemauanku menjadi tua seperti ini..." Bibirnya menggerutu lirih, tatapan matanya menuju ke bawah, tak bisa mendongakkan kepala sama sekali. Langkah lesu Edmund berhenti di dekat kebun bunga matahari, matanya berbinar mendapati jajaran lukisan yang akan dipamerkan besok pagi di museum seni kelolaan kastil. Namun yang paling menarik perhatiannya adalah seseorang yang memegang kuas di depan kanvas lebih besar dari ukuran tubuhnya sendiri.Jemarinya sangat lincah menari di atas media lukis tersebut mengenakan beragam kuas, ia banyak mencoretkan warna-warna gelap padahal objek utamanya adalah bunga matahari.Lama memperhatikan, Ed akhirnya paham gadis itu tengah melukis bunga matahari yang bersuasana malam gelap sehingga semua warna yang dia gunakan hanya seputar kombinasi redup untuk mendapatkan kesan tenang yang sempurna. Ia tanpa ragu mendekati gadis itu, kemudian berbicara pelan, "Cantik sekali."Dia tampak terkejut atas kedatangan Edmund, bahkan kursi tiga kaki yang didudukinya sempat hampir jatuh. Sang Duke tertawa berkat reaksinya, karena terlalu terlarut dalam dunianya, sampai tidak memperhatikan sekeliling sama sekali."Lukisan-lukisan ini yang akan dipamerkan museum seni kastil besok 'kan?" Ia mulai membuka pembicaraan, ketika gadis itu menghampirinya sambil membungkuk sopan."Iya, Duchess Guliver—ah, Lady Guliver yang menyuruhku menaruhnya di sini. Apa ini semua terlihat mengganggu?" Dia meralat ucapannya ketika menyebut Ny. Guliver, karena sang suami sudah lengser, gelar Duchess pun sudah tidak lagi disandang."Tentu, tidak masalah di taruh di sini. Ngomong-ngomong, apa kau salah satu seniman di pameran itu nanti?" Ed bertanya penuh basa-basi, padahal sudah jelas matanya melihat sendiri gadis itu tadi tengah melukis dengan kedua tangan berbakatnya.Senyumnya mengembang, kemudian mengangguk ragu, "Aku baru kali ini dipanggil kastil, jadi belum termasuk anggota seniman senior. Tapi Yang Mulia tenang saja, aku janji tidak akan membuat karya yang memperburuk citra Harbetor.""Kau pasti sudah bekerja keras, selamat atas pencapaianmu sekarang. Siapa namamu... Lady?" Edmund bertanya ragu."Aku Samantha Caley, ayahku Baron Alexandru, kau mungkin mengenalnya," tatapan gadis itu mendadak sayu dan sendu."Baron Alexandru? Bukankah dia..." Ed mengunci mulutnya rapat-rapat, ia sadar dengan perubahan ekspresi Samantha. Batinnya sendiri berkata, 'Upacara kematian Baron Alexandru baru diadakan beberapa hari lalu 'kan?'"Ah, Yang mulia, apakah mau menilai lukisan kami, aku punya lima karya yang akan dipamerkan minggu ini," Samantha mengalihkan topik. Ia berlari ke sudut, menunjukkan beberapa kanvas yang tertutup kain putih, "Yang di sini semua buatanku.""Cantik sekali, tapi kenapa semua hanya gambar bunga? Ada satu gambar wanita, tapi tetap saja memegang bunga mawar," Ed mengeluarkannya dari tumpukan, memandanginya penuh kekaguman. Entah bagaimana bisa jemari kecil itu membuat goresan detil yang begitu memikat."Ayahku sangat suka bunga, semua lukisan ini dibuat langsung di depan objek yang ku inginkan, dan kemanapun aku pergi untuk melukisnya, ayah selalu ikut, padahal itu juga disela kesibukan bekerjanya."Edmund mengangguk, ia mulai duduk menapak di rerumputan, obrolan ringan bersama gadis muda itu terasa menyenangkan walau sebatas mengulik seni dan karya-karyanya, "Pantas saja, semua terlihat nyata. Sejak kapan kau mulai melukis?""Sejak kecil aku sudah suka menggambar. Ibuku bahkan menyimpan tumpukan buku sketsa masa kecilku sampai sekarang. Sungguh memalukan," Samantha bercerita semangat, ia senang seseorang mendengarkannya, "Oh, aku punya penyakit aneh yang muncul sejak usia lima tahun. Aku mulai kesulitan tidur setiap malam, tapi suatu hari ibu menyiapkan buku gambar, akhirnya sampai sekarang aku tidak bisa tidur jika belum menggambar."Sejujurnya dari awal, Ed tidak terlalu fokus dengan perkataan yang keluar dari bibir Samantha, ia hanya memandangi kagum wajah gadis itu serta ekspresinya yang berubah-ubah sangat menakjubkan membuatnya benar-benar jatuh hati. Ia tersenyum dalam diam, 'Dialah orangnya, bidadari yang ku cari.'Samantha sendiri merasa nyaman bersama Edmund, mereka mengobrolkan banyak hal—awalnya menggunakan bahasa formal, tapi lama-lama santai sehingga mereka mulai mengakrabkan diri seperti teman sebaya. Entah apa yang aneh, tapi Samantha rasa sang duke punya jiwa muda seusia dengannya meski usia fisiknya sudah hampir menyentuh setengah abad.Begitulah awal mula pertemuan mereka. •••Dibalik kebersamaan sang duke dengan putri sulung mendiang Baron Alexandru, seseorang mendapati mereka berdua tertawa bersama. Berita itu spontan saja menyebar ke seluruh penjuru Harbetor dalam sekejap. Apalagi tatapan Edmund yang menunjukkan begitu terpikat dengan pesona Lady Caley, semakin membuat semua orang mengerti jika dia tengah dimabuk asmara. Berita itu berlalu sudah berbulan-bulan.Meski begitu, berita itu belum sampai pada si pelaku, Samantha Caley masih hidup tenang seperti biasanya, tidak banyak yang berubah dari kegiatan sehari-harinya, yaitu melukis dan menggambar.Saat sibuk meraut pensil, sang ibu datang membawakannya sekotak bolu cokelat—tidak biasanya bersikap seperti itu, "Apa rumormu dengan Duke Edmund memang benar?" Tanyanya, seraya meletakkan kue tersebut di depan Samantha. Label di luar kotaknya merupakan salah satu tempat produksi makanan mahal, semua penduduk Harbetor juga tahu kalau tempat produksi bolu itu memang khusus kalangan atas.Kedua alis Samantha sontak menukik. Bagaimana mungkin sang ibu membeli makanan mahal padahal mereka tengah dilanda krisis ekonomi setelah kepergian ayah, "Ibu tahu sendiri kita sedang tidak banyak uang, kenapa beli makanan mahal ini?""Ibu tidak membelinya, orang suruhan Duke Edmund yang membawakannya kemari untukmu. Jadi, apa kau memang dekat dengan pemimpin baru kita?"Samantha menggeleng cepat, "Apa-apaan! Aku bahkan baru sekali mengobrol dengannya," ia merampas kasar kotak kue bolu tersebut, "Biar ku kembalikan!""Duke Edmund sedang tidak berada di sini, Lady Caley. Kalau kau bersedia meninggalkan pesan, bawalah surat pribadi, kami akan sampaikan setelah dia kembali." Samantha menrengut tak suka, ia lemparkan box bolu tersebut ke arah Earl Martin—selaku orang yang ditemui di halaman kastil. Pria itu tampak terkejut dengan tingkah si gadis, ia pikir Samantha datang untuk berterima kasih atau membalas pemberian sang duke, rupanya semua berbanding terbalik, dapat dilihat jelas dari ekspresi wajah dan tatapan matanya. Samantha merapat di gerbang sambil berseru, membuat semua petarung dan ksatria yang sedang berlatih mengarahkan perhatian padanya, "Katakan padanya, jangan memberiku apapun! Dan jangan membuat rumor tidak benar!" Sindiranya terlampau keras, orang-orang yang berada di luar kastil bahkan bisa mendengar, mereka sontak menggunjingkan sikap Samantha. Namun gadis itu tak begitu peduli, ia lontarkan cibiran lirih pada Earl Martin sebelum pergi menjauh. Luke Stewart—kolonel jenderal milite
Gerbong kereta mewah berhenti—dengan lapisan emas dengan kayu kualitas terbaik dari gunung Hamerra, yang dapat bertahan ratusan tahun. Kendaaran yang ditarik empat kuda tersebut telah terparkir rapi di tempatnya, sementara Sang Duke sudah berjalan tergesa menuju ruangannya, meski begitu tatapan mata sayu dan lelah tidak dapat membohongi jika dia sudah bekerja keras tanpa mempedulikan kesehatan fisik sendiri. Selepas pulang dari perjalanan jauh untuk menggarap pekerjaan di wilayah lain, Edmund tidak langsung menuju kamar untuk beristirahat, ia justru membuka lembaran papyrus di atas meja kerja, meneliti dan membaca satu per satu, mengabaikan kaca mata dengan lensa penuh embun tersebut. Pintu ruangan berukuran tiga meter itu memang tidak tertutup rapat, membuat para pegawainya di luar dapat melihat betapa tekun sekaligus gila kerja pria itu. Hal baiknya, dia semakin berjaya memakmurkan Harbetor, tapi kesulitan membina hidupnya sendiri, "Seharusnya, paling tidak ada istri yang bisa memb
Setiap tahun di suatu musim tertentu, harga daging babi menjadi sangat mahal. Sehingga para—yang berkuasa berlomba-lomba mendapatkannya, dengan demikianlah Harbetor mengadakan pertandingan berburu babi hutan, siapa tercepat dan mendapat paling banyak akan memenangkan kompetisi tersebut. Namun semenjak kedatangan Duke Edmund Aisteree putra sulung Raja Antonio penguasa Antaragon—yang terkenal begitu bijak, kompetisinya dikabarkan segera dihapus dari daftar resmi Harbetor. Edmund hanya tidak menginginkan para kaum bawah diperbudak orang-orang kaya untuk memenuhi nafsu semata, mereka bisa celaka bahkan mungkin binasa. Babi hutan terkenal ganas, kuat, juga cerdik, hanya satu persen kemungkinan seseorang bisa memenangkannya. Semua permainan bodoh itu hanya akan merugikan pihak kaum bawah. Tahun lalu, seluruh pendaftar berjumlah seratus lima belas jiwa, semuanya laki-laki yang kelihatan gagah dan tangguh. Meski begitu, hanya tiga puluh orang yang selamat saat kembali, dan hanya dua orang pul
Di saat kau tertarik pada sesuatu, fokusmu pasti hanya akan berada pada satu titik yaitu objeknya. Pikiran melalang buana entah kemana, ingatan menjadi pudar, ekspresi tidak menunjukkan apapun, begitu pula hanya ada tatapan mata untuk 'dia' yang sedang digemari. Hal itu semua berlaku untuk sang duke—ketika Lady Caley alias Samantha si seniman muda mengajaknya bicara empat mata, meski itu untuk mengobrolkan suatu hal yang membuat perasaan gadis itu terbebani. Kini mereka tengah berada di kebun bunga matahari halaman belakang kastil, satu-satunya tempat area bangunan ini yang gadis itu kenali. Belum ada yang berbicara, sebab suasana kebun membuat siapapun terhanyut berkat gerakan batang bunga matahari mengikuti alunan angin, sementara Samantha akan mengalihkan pandangan setiap kali sang duke mencoba menatap atau hanya sekedar meliriknya. Hal itu spontan saja Edmund lakukan, bukan karena berpikiran kotor atau buruk tentang Sam, jujur saja dirinya hanya mengekspresikan rasa kagum tentan
Seumur hidup selama empat puluh lima tahun, inilah kali pertama seorang Edmund Aisteree menyatakan perasaan secara langsung pada seorang gadis. Tidak ada rencana ataupun persiapan sebelumnya, sang duke mengucap hal itu spontan di saat detik-detik kekagumannya terhadap Samantha Caley ada di puncak tertinggi. Meski bukan lamaran, rasanya sudah seperti menghadap orang tua gadis itu secara langsung. Menegangkan tapi terus diliputi perasaan bahagia, menanti jawaban tidak pasti namun jika hasilnya adalah ucapan 'diizinkan', hasilnya jauh lebih melegakan ketimbang memenangkan lotre. Ini hanya sebatas pernyataan 'aku suka padamu', sehingga tidak ada pembicaraan lagi di antara keduanya. Ed mengalihkan pandangan sepenuhnya dan mambatin betapa memalukan sikapnya barusan, bagaimana jika Lady Caley semakin tidak nyaman karena hal ini? Dia datang kemari untuk membasmi rumor-rumor loak yang beredar di publik, bukannya merealisasikan kabar burung. Tapi jujur saja, Edmund sungguh tidak mempersiapkan
Hari ke hari berlalu, Sam mulai mempercayai perkataan sang duke. Pria itu benar-benar membuat keluarganya tidak perlu pindah ke rumah lain—sebenarnya belum pasti, tapi baron-baroness baru belum datang juga. Kabarnya mereka masih ditempatkan di kastil Harbetor dan mengkompromikannya bersama duke, yang pasti pria itu tidak akan membuat keluarga Caley diusir ke tepi hutan.Sam juga sudah bebas pergi kemana-mana dengan nyaman, tidak ada rumor setan yang kerap kali membuat telinganya panas, ataupun orang-orang tidak tahu diri yang terus memaksanya menerima Edmund apabila pria itu memang menginginkan pernikahan dengan Sam.Sebenarnya melalui perkataan Sang duke kala itu, saat menyatakan perasaannya secara terang-terangan di kebun belakang kastil, Sam merasa semakin tidak nyaman sekaligus lega. Pria itu benar-benar menyukainya! Hey, tapi dia tidak memaksa Sam menerima cintanya, bahkan Edmund sendiri kelihatan sungkan seolah pernyataan cintanya muncul secara tidak disengaja. Sam perlahan mulai
Dolyn pergi dengan perasaan dongkol dan kalah bicara karena dia kurang mengerti topik. Meski begitu Samantha yang ditinggalkan tetap berpikir sesuatu akan terjadi pada dirinya ataupun keluarga. Putri tunggal Bragen Swan itu tidak akan diam saja ketika dikecewakan, sikapnya manja tidak beda jauh dari Samantha sendiri—karena sejak kecil sama-sama dibesarkan di lingkungan bangsawan terhormat, tidak pernah kekurangan sekalipun.Naasnya kini kisah malang mulai menimpuk kehidupan Sam, ia jadi punya pikiran meluas dan tidak lagi bisa bermanja-manja menggunakan kekuasaan sang ayah untuk keinginan semata. Mulai sekarang harapan utama keluarga Caley ada pada dirinya, Sam tidak bisa diam saja kalaupun nanti Dolyn membuatnya sengsara.Selama Samantha sibuk dengan urusan pribadinya bersama Dolyn Swan, yang sempat menggegerkan orang-orang, hingga jadi pusat perhatian, Samuel diam-diam mengganti beberapa opsi di lembar formulir pendaftaran kompetisi milik sang kakak, selain itu dia juga tak segan lan
Dini hari menjelang pagi, pertemuan diadakan secara mendadak di tenda utama demi mempersiapkan strategi sepenuhnya, selain itu agar tak kalah cepat dari pihak lawan sehingga dapat lebih dulu menghindari strategi mereka.Masalah propaganda di wilayah perbatasan Harbetor masih menjadi problematika tersulit untuk saat ini, banyak kejadian yang mendatangkan pendapat pro-kontra. Sang pemimpin sampai kelelahan menanggapi, meski begitu ia harus segera menyelesaikan masalah tersebut dengan cara seminim mungkin menghindari pertumpahan darah.Dari sekian banyak orang, tentu ada saja yang menentang pendapat sang raja dan menyatakan opini pribadi. Karena hal itu pula musyawarah diterapkan dengan sungguh-sungguh, agar tidak mengakibatkan terpercah belahnya kekompakan antar kelompok.Termasuk Edmund sendiri, ini kali ke tiga ia menyampaikan opini yang saling bertolak belakang satu sama lain, "Kalau para perompak itu tidak mau pergi, orang-orang di sini yang harus kita pindah demi keselamatan mereka.