Share

3. Wanita Spesial

"Cantik!" Hanya kata itu yang keluar daribmulut Jon ketika Amanda tersenyum kepadanya sebelum dia pergi bekerja.

Jon melihat makanan yang sudah disiapkan oleh Amanda sebelum dia pergi. Jon mengambil satu persatu dan menikmatinya karena Jon merasa kelaparan. Setelah menghabiskan makanan itu, Jon mencoba mengintip dibalik jendela situasi dirumah kayu yang disiapkan oleh Amanda.

"Tampaknya aman. Aku belum bisa pergi dari sini dalam kondisi seperti sekarang. Lebih baik tidak ada yang mengenalku dan mengira aku sudah tiada."

Jon kembali ke atas kasur yang jauh dari kata empuk. Jon sama sekali tidak menggunakan baju yang dibawa Amanda karena ukurannya sangat kecil. Tapi Jon menyukai aroma vanila pada baju milik Amanda. Dia meletakkan baju milik Amanda sebagai alas untuk kepalanya.

"Pesanan dimeja 13 meminta kamu yang mengantarkannya, Amanda."

"Kenapa harus aku?" Amanda mencoba mengintip dari dapur ke arah depan untuk melihat siapa yang ada di meja 13 yang meminta khusus agar dia yang mengantar pesanan.

"Sial! Kenapa si tua bangka itu ada disini?"

Amanda kesal ketika dia melihat Tuan Pedro datang ke restaurant tempat Amanda bekerja. Amanda tidak suka bertemu dengannya karena pasti akan dipaksa untuk menikah.

"Amanda! Ini pesanan meja no.13."

Lamunan Amanda buyar ketika koki restaurant memanggilnya untuk segera mengantarkan pesanan pembeli.

Walau tidak suka, Amanda terpaksa mengantarkannya. Dengan senyuman yang dipaksa Amanda meletakkan semua pesanan itu di atas meja.

"Pesanan anda datang Tuan."

"Terima kasih calon istriku. Kamu masih bekerja saja, bukankah uang yang aku berikan sudah cukup untukmu merawat diri agar bisa melayaniku saat malam pertama kita?"

"Apa ada pesanan tambahan Tuan?"

"Aku mau susu hangat darimu." Mata Pedro tertuju ke arah d4d4 Amanda. Amanda harus mengontrol emosinya agar tidak terjadi keributan sementara restaurant sedang banyak pengunjung.

"Anda ingin menambah minuman susu hangat Tuan? Kalau begitu aku akan menambah kedalam pesanan anda."

Amanda akan berjalan untuk mengambil pesanan tambahan tapi Tuan Pedro memegang tangan Amanda. Amanda langsung menepisnya dan menatap Tuan Pedro. "Maaf Tuan, jaga sikap anda disini atau aku akan berteriak karena anda melecehkan aku."

"Melecehkan? Untuk apa aku melecehkan calon istriku sendiri yang nantinya juga akan membuka kakinya lebar-lebar didepanku agar aku bisa menjil4t miliknya yang menawan itu."

Merasa perkataan Tuan Pedro sudah sangat keterlaluan, Amanda akhirnya menantang Tuan Pedro dengan menatapnya. "Tuan, aku masih menghargai anda karena anda seumuran dengan Ayahku. Jadi jangan membuat masalah denganku lagi. Satu lagi! Aku tidak akan pernah mau menikah denganmu yang pantas aku panggil Paman."

Amanda pergi meninggalkan Pedro yang merasa ditolak didepan umum membuat harga dirinya hancur. "Hei wanita mur4han! Kamu sudah menerima uang begitu banyak dariku untuk menjadi istriku. Jadi jangan sok jual mahal kepadaku sekarang. Dua hari lagi kamu akan menikah denganku. Jika kamu tidak mengikuti keinginanku maka kamu akan tahu akibatnya."

Pedro mengatakannya dengan suara keras sehingga semua orang tahu kalau dia tengah berbicara dengan Amanda. Amanda yang sudah berjalan masuk dapur hanya bisa menyandarkan tubuhnyabke dinding sambil menunduk dan meneteskan air mata.

"Amanda!"

"Aku tidak apa-apa! Bisakah kamu menggantikan aku malam ini? Pikiranku kacau dan aku ingin sendiri. Besok malam biar aku menggantikanmu bekerja."

"Baiklah! Pergilah Amanda."

Amanda melepaskan apron yang digunakannya dan berjalan sambil menarik tas miliknya yang ada diloker khusus karyawan. Amanda mengambil sepeda miliknya dan berjalan tidak tahu arah. Dia tidak mungkin pulang karena dia pasti akan melihat Ayahnya mabuk.

Amanda ingin kepantai malam ini tempat biasa dia duduk jika hatinya sedih tapu Amanda mengurungkannya karena cuaca sebentar lagi akan hujan. Hanya satu tujuan yang terlintas dalam pikirannya saat ini, yaitu rumah kayu tempat Jon.

Amanda mengayuh sepedanya menuju rumah kayu itu. Dia membuka pintu yang tidak terkunci karena memang rumah itu tidak memiliki pengunci yang kuat. Amanda masuk dan terkejut ketika dia melihat Jon belum tidur.

"Kamu belum tidur?" Tanya Amanda dengan wajah lesu.

"Aku terbangun karena haus. Ada apa denganmu? Kenapa wajahmu tampak lesu dan juga sedih?"

"Aku lelah Jon. Aku...."

Amanda memilih dudukndi lantai karena dirumah itu hanya memiliki satu kursi kayu yang reyot.

"Duduklah diatas kasur Amanda. Lantainya masih kotor dan aku tidak menemukan sapu untuk membersihkannya."

Amanda menuruti perkataan Jon dan berpindah ke atas kasur untuk duduk. Jon pun semakin heran kenapa Amanda mau mengikuti perkataannya karena Jon tahu Amanda tidak suka jika dia diperintah.

Jon juga ikut duduk diatas kasur sambil melihat Amanda yang diam memeluk lututnya dan membenamkan kepalanya di lutut. Jon bingung harus berbuat apa, dia memilih untuk diam dan melihat Amanda.

Jon mendengar tangisan Amanda yang membuatnya harus melakukan sesuatu. "Amanda! Ada apa denganmu? Bisakah kamu menceritakan semuanya kepadaku?"

Amanda tidak menjawabnya, dia terus menangis yang membuat Jon bingung. "Jika kamu menangis seperti ini dan tidak mau cerita, aku tidak tahu harus membantumu."

Amanda mengangkat kepalanya dan menatap Jon dengan mata yang merah karena menangis.

"Jon, apakah kamu pernah merasakan kesal dengan orang tuamu sendiri? Apakah kamu pernah merasa ingin lari dari kehidupan ini?"

Jon menatap mata sedih Amanda. Apa yang dirasakan Amanda tidak jauh berbeda dengannya. Jon ingin lari dari kehidupannya tapi dia belum bisa menceritakan semuanya kepada Amanda.

"Ceritakanlah kepadaku. Siapa tahu aku bisa menghiburmu atau membantumu."

Amanda menatap mata Jon yang ada didepannya. Belum pernah ada orang yang mau mendengarkan semua masalahnya seperti yang ditawarkan oleh Jon.

"Jika kamu tidak nyaman untuk bercerita tidak masalah. Aku hanya ingin membantumu mengurangi beban yang ada dipikiranmu."

Amanda masih memperhatikannya, ada rasa ingin membagi cerita itu kepada Jon, pria yang baru saja dikenalnya.

"Aku dipaksa menikah oleh Ayahku dengan pria yang usianya sudah tua. Bahkan dia sudah memiliki dua istri sebelumnya. Aku tidak mau menikah dengannya, Jon. Dia pantas menjadi Ayah atau Pamanku, tapi Ayah memiliki hutang yang sangat banyak kepadanya. Bahkan tadi dia datang ke tempat kerjaku dan mengatakan didepan umum kalau aku adalah calon istrinya. Dia mengatakan hal kotor yang tidak mau aku dengarkan."

Air mata Amanda jatuh, Jon melihat kesedihan yang amat dalam dari mata Amanda. Dia tidak menyangka jika didunia luar seperti ini masih ada perjodohan berdasarkan uang dan itu tidak jauh beda dengan kehidupan di kota yang ingin mempererat bisnis maka anak mereka dijodohkan demi bisnis.

"Apa kamu sudah bicara dengan Ayahmu untyk menolaknya?"

"Percuma Jon. Setiap aku menolaknya, maka aku akan berdebat dengan Ayah. Aku bahkan bertengkar dengannya. Ingin aku pergi dari sini meninggalkannya tapi...."

Amanda kembali menundukkan wajahnya. Dia merasa sedih jika kembali memgingat janji yang pernah diucapkan kepada Ibunya.

"Tapi apa Amanda?"

Amanda kembali mengangkat kepalanya dengan air mata yang membasahi pipi. "Aku sudah berjanji dengan Ibuku sebelum dia meninggal. Aku berjanji akan menjaga Ayah sampai dia tua dan tidak akan meninggalkannya."

"Lalu apa yang akan kamu lakukan?"

"Aku tidak tahu! Mungkin aku harus mengikuti keinginannya dan membuatnya merasa bahagia sesuai janjiku kepada Ibu."

Jon menekan rahangnya sehingga beberapa urat disekitar rahang terlihat jelas. Dia merasa keputusan Amanda bukanlah yang tepat. "Kamu yakin dengan keputusanmu itu?"

"Aku tidak tahu! Aku tidak menemukan jalan yang tepat. Bahkan ini pertama kalinya aku bisa bercerita dengan seseorang mengenai masalahku."

"Jadi kamu anggap aku adalah teman yang bisa diajak bicara?"

"Tidak ada pilihan lain karena kamu hidup dirumah ini dari uangku." jawaj Amanda yang membuat Jon tertawa mendengarnya.

"Lupakan semua itu. Kapan mereka akan memaksamu menikah?"

"Dua hari lagi. Dua hari lagi hidupku akan berubah Jon. Tapi kamu tenang saja, aku menyewa rumah ini selama satu bulan sampai kamu benar-benar sembuh. Soal makanan, akan aku usahan untuk meminta bantuan dari orang mengirimnya."

"Kamu tidak akan kesini lagi?"

"Sepertinya! Dua hari lagi aku akan menikah dengan tua bangka itu jadi aku yakin Ayah tidak mengizinkan aku untuk keluar lagi."

"Kalau boleh aku tahu, siapa pria yang akan menikahimu?"

"Tuan Pedro. Dia tuan tanah didesa ini. Rumah yang aku tempati adalah miliknya jadi dia berkuasa akan semuanya termasuk diriku."

Jon menganggukkan kepalanya karena dia sudah paham semua masalah yang dihadapi Amanda. Jon juga tahu siapa pria yang memaksa Amanda untuk menjadi istrinya.

Malam itu, Jon membiarkan Amanda tertidur dikasurnya setelah menangis. Jon yang sudah terbiasa begadang hanya menatap Amanda yang tertidur dengan sisa air matanya.

"Pernikahanmu tidak akan pernah terjadi Amanda. Kamu wanita spesial dan berbeda yang pernah aku temui." ucap Jon ketika dia merapikan rambut Amanda yang menutupi wajahnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status