Sorot mata Jihan tiba-tiba menjadi dingin dan menyeramkan. Tatapannya itu sangat tajam seperti bisa menembus jantung orang. Siapa pun yang melihatnya akan merinding.Ketika Rian hendak menanyakan sesuatu, Winata masuk ke restoran."Jihan, ternyata kamu memang di sini!"Rian menoleh ke Winata sejenak, lalu kembali ke Jihan dan berkata, "Pak Jihan, aku permisi dulu agar nggak mengganggu makan malam kamu dengan pacarmu."Saat Rian mengatakan itu, ada sedikit maksud menyindir balik Jihan yang barusan menyindirnya membawa pacar ke rapat penawaran.Meskipun Grup Lionel adalah pihak penyelenggara dalam proyek ini, bagi Rian, dia memiliki kemampuan yang cukup untuk memenangkan proyek tersebut, jadi dia tidak perlu khawatir menyinggung Jihan.Setelah mengatakan itu, Rian pun berbalik pergi untuk mengambil makanan.Bertepatan dengan itu, Winata menghampiri Jihan. Dia hendak mengajak Jihan untuk makan bersama, tetapi Jihan terlihat dingin dan berjalan keluar dari restoran.Saat melihat itu, Ekspr
Jantung Wina mulai berdegap kencang ketika melihat kedua mata yang terasa dingin dan jauh.Wina tanpa sadar mengalihkan pandangannya, yang terlihat tangan Jihan sedang memegang pinggangnya.Jihan sebelumnya meraih pinggangnya dan hendak menggendongnya dari sofa.Oleh karena itu, tubuh Wina terangkat setengah dari sofa. Sedangkan Jihan, tubuhnya mencondong ke arah Wina dan meskipun tidak saling menyentuh, postur mereka sedikit ambigu.Wina mengulurkan tangan kecilnya yang lembut itu untuk mendorong Jihan menjauh, tetapi begitu tangannya menyentuh lengan kemeja Jihan, Jihan membentaknya dengan dingin."Jangan sentuh aku!"Wina sangat ketakutan hingga tangannya membeku di udara, dia tidak berani melanjutkan tindakannya.Wina menarik tangannya dengan patuh, lalu melihat ke tangan yang memegang pinggangnya itu dengan sedikit kebingungan.'Dia nggak membiarkanku menyentuhnya, tapi dia malah terus menyentuhku. Sungguh nggak masuk akal!'Wina tidak berani menatapnya, jadi hanya menunduk sambil
"Jawab aku!"Jihan menunduk, mendekatkan wajahnya. Bibirnya yang tipis itu bersentuhan dengan pipi Wina.Wina refleks ingin menghindar, tetapi Jihan menahan bagian belakang kepalanya, mencegahnya bergerak."Aku hanya beri kamu satu kesempatan untuk menjelaskan!"Suara Jihan, yang memikat bercampur dengan amarah yang tertahan, membuat Wina berada dalam dilema.Saat ini, Wina seperti hidup segan, mati tak hendak. Dia terjebak di antara Jihan yang memaksanya menjelaskan dan Rian yang pernah mengancamnya untuk tutup mulut mengenai masa lalunya."Aku nggak perlu menjelaskan apa pun. Kenal atau nggak, nggak ada hubungannya dengan Pak Jihan."Wina mengatakan itu setelah terdiam untuk waktu yang lama dan ketika Jihan hampir kehilangan kesabarannya."Nggak ada hubungannya denganku ...."Jihan mengulangi kata-kata itu dengan suara yang dingin, lalu tiba-tiba mendekatkan wajahnya.Wajah yang tajam dan menawan itu membuat jantung Wina berdetak kencang lagi.Jarak kedua bibir yang semakin mendekat
Wina merasa sangat kesal, kecewa dan sedih, tetapi tidak tahu bagaimana mengungkapkannya.Ketika Jihan melihat Wina tetap diam, kemarahan di matanya berangsur-angsur berubah menjadi kekecewaan.'Wanita ini memang hebat. Dia bisa membuatku menurunkan harga diriku untuk mendatanginya lagi dan lagi.'Memikirkan tentang apa yang sudah dia lakukan selama ini, Jihan merasa dirinya sungguh konyol dan bodoh.Seolah-olah tersadarkan dari sesuatu, dia pun melepaskan Wina.Sepasang mata yang mengisyaratkan rasa kecewa itu seketika kembali menunjukkan dingin dan jauh."Mulai sekarang, aku nggak akan pernah menemuimu lagi."Setelah mengatakan itu, Jihan berbalik dan pergi.Wina tertegun, hatinya terasa hampa saat melihat sosok itu berjalan pergi dengan cepat.Intuisinya memberitahunya bahwa begitu pintu itu terbuka, Jihan tidak akan pernah kembali lagi.Tidak tahu dari mana Wina mendapat keberaniannya, dia tiba-tiba bergegas maju dan menghentikan Jihan.Dia mencoba menjelaskan, tetapi dia tidak bis
Daris masih melanjutkan laporannya. "Selain itu, Nona Wina dan Ivan tumbuh bersama dan menjadi kekasih setelah beranjak dewasa.""Tapi lima tahu lalu, Ivan mengalami kecelakaan mobil. Saat itu, Nona Wina baru lulus kuliah dan nggak punya uang, jadi dia harus menjual dirinya untuk menyelamatkan Ivan.""Meskipun nyawa Ivan selamat, dia kehilangan ingatannya, jadi nggak mengingat siapa Nona Wina."Apa yang Daris temukan hanyalah ringkasan dari apa yang sebenarnya terjadi, jadi tidak terlalu detail.Daris tidak tahu alasan dua orang itu kemudian tidak berhubungan saling berhubungan lagi, jadi laporannya hanya sampai di situ.Jihan membaca-baca informasi itu, ekspresinya terlihat muram.Ketika menduga Ivan adalah Rian, Jihan sudah tahu bahwa Wina menjual diri untuk menyelamatkan Ivan.Namun, mendengar dengan telinga sendiri dan melihat dengan mata sendiri, Jihan semakin merasa tidak nyaman.Karena yang diinginkannya adalah wanita yang bersih dari luar maupun dalam. Akan tetapi, Wina menyemb
Melihat ekspresi Jihan, Daris tiba-tiba merasa khawatir.'Pak Jihan selalu pandai mengendalikan emosinya, tapi karena Nona Wina, dia sudah beberapa kali kehilangan kendali.'"Pak Jihan, Anda ...."Daris ingin mengatakan bahwa karena sudah berpisah dengan Nona Wina, lebih baik segera lupakan. Hal ini akan baik untuknya dan juga Nona Wina.Namun, kata-kata yang ingin dia sampaikan itu tidak bisa keluar dari mulutnya. Daris merasa kenyataan seperti itu terlalu kejam terhadap Jihan.Wina adalah wanita pertama yang bersama Jihan. Setelah bersama Wina selama bertahun-tahun, Jihan pasti ada perasaan padanya. Oleh karena itu, bagaimana mungkin Jihan bisa melupakannya begitu saja.Jihan melirik Daris yang ragu-ragu untuk berbicara, lalu berusaha untuk mengendalikan emosinya kembali.Setelah emosinya kembali normal, Jihan mengembalikan dokumen di tangannya ke Daris."Hancurkan."Suara Jihan tidak menunjukkan emosi apa pun, seolah-olah dia sudah kembali menjadi CEO yang dingin dan kejam.Daris me
"Kamu ...."Winata sangat marah hingga napasnya tidak beraturan. Dia ingin sekali langsung menerobos masuk.Jefri, yang baru saja keluar dari laboratorium, melihat Winata berdebat dengan penjaga keamanan dan segera menghampiri mereka."Ada apa ini?" tanya Jefri.Melihat yang datang adalah Jefri, ekspresi Winata sedikit melembut.Setelah menenangkan emosinya, Winata menunjuk ke satpam itu sambil berkata kepada Jefri, "Kak Jefri, aku ingin menemui Jihan, tapi dia nggak membiarkanku masuk."Saat melihat Winata mengenal Jefri, satpam itu baru percaya apa yang baru saja dikatakan Winata.'Wanita ini benaran tunangan Pak Jihan?''Berarti aku barusan sudah menyinggung Nyonya Muda Keluarga Lionel?'Satpam itu melirik ke arah Jefri, yang menatapnya dengan santai, berpikir bahwa dirinya pasti akan kehilangan pekerjaan yang bergaji tinggi ini.Namun tanpa disangka, Jefri menepuk-nepuk pundak satpam itu dan berkata, "Doni, kerja bagus! Akhir tahun ini akan ada bonus untukmu!"Doni tertegun.Dia ti
Hasil rapat penawaran tidak mengejutkan Rian.Setelah menandatangani kontrak, Rian langsung kembali ke ruang istirahat.Begitu masuk ke dalam Rian sedikit mengernyit saat melihat Wina masih belum bangun.Rian menghampiri Wina, mendorongnya pelan untuk membangunkannya, tetapi mendapati Wina tertidur sangat lelap.Setelah Rian memanggil beberapa kali, Wina tetap tidak bangun.Rian sebelumnya mengira Wina hanya tertidur pulas, tetapi sekarang dia merasa ada yang tidak beres.'Ini bukan tidur biasa lagi, tapi sudah seperti orang pingsan.'Rian segera mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Yuno."Yuno, aku ingin tanya apa penderita penyakit jantung sering mengantuk?"Yuno yang sedang melakukan seminar akademis tertegun sejenak, lalu teringat siapa yang Rian tanyakan.Orang dengan penyakit jantung memang lebih rentan mengantuk ....""Bagaimana dengan gejala nggak bisa bangun setelah tertidur?"Penyakit jantung biasa tidak akan memiliki gejala seperti, tetapi gagal jantung ada.Yuno ingin men