Hari ini Jihan Lionel kembali dari luar negeri. Wina Septa, kekasih rahasia Jihan, langsung dibawa ke Rumah Mansion No. 8.Seperti yang disepakati sebelumnya, Wina harus membersihkan dirinya terlebih dahulu agar tidak ada aroma parfum maupun bedak kosmetik.Wina dengan ketat memenuhi semua kesukaan Jihan. Setelah membersihkan diri dan mengenakan piama sutra, Wina masuk ke kamar tidur di lantai dua.Jihan sedang duduk di depan komputer melakukan pekerjaannya. Tidak ada emosi yang terlihat dari matanya ketika dia melihat Wina masuk."Kemari."Nada suaranya juga terasa tidak ada emosi apa pun. Hal ini membuat Wina merasa sedikit menyedihkan.Jihan dikenal sebagai orang yang tidak banyak bicara dan bertemperamen tidak stabil. Karena takut dia marah, Wina tidak berani berlama-lama dan langsung berjalan menghampirinya.Sesampai di depan Jihan, pinggangnya langsung ditarik mendekat dan dagunya dicubit.Jihan menunduk dan mencium bibir merah Wina. Selanjutnya, Jihan membuka paksa giginya dan m
Setelah Jihan pergi, asisten pribadi Jihan, Daris Surya, masuk membawa obat.Daris menyerahkan obat itu sambil berkata dengan hormat kepada Wina, "Nona Wina, ini obatnya."Obat itu adalah obat pencegah kehamilan. Karena Jihan tidak mencintai Wina, tentu saja tidak akan mengizinkan Wina untuk punya anak.Setiap kali selesai bercinta, Jihan akan mengirim Daris untuk mengantarkan obat. Dia juga memerintah Daris untuk langsung melihat Wina meminum obat tersebut.Melihat obat itu, hati Wina terasa sakit lagi.Entah karena gagal jantung atau karena kekejaman Jihan, Wina merasa dadanya sesak hingga sulit bernapas."Nona Wina ...."Melihat Wina tidak merespons, Daris memanggil sekali lagi karena takut Wina akan menolak obat itu.Wina melirik Daris sejenak, lalu mengambil, memasukkan obat itu ke dalam mulut dan langsung ditelan tanpa minum air.Selanjutnya, Daris mengeluarkan sertifikat rumah dan cek dari tas. Diletakkannya kedua kertas itu di depan Wina."Nona Wina, ini adalah kompensasi yang
Sambil membawa koper, Wina pergi ke rumah teman baiknya, Sara Utari.Wina mengetuk pintu dengan pelan, lalu berdiri di samping dan menunggu dengan tenang.Wina dan Sara sama-sama yatim piatu. Mereka tumbuh bersama di panti asuhan, jadi hubungan mereka bisa dianggap seperti saudara.Ketika dijemput pergi oleh JIhan, Wina ingat Sara pernah bilang kepadanya, "Wina, kalau dia nggak menginginkanmu lagi, ingat untuk pulang ke sini."Perkataan itulah yang membuat Wina berani untuk tidak menginginkan rumah Jihan.Sara membuka pintu dengan cepat. Ketika melihat Wina yang datang, dia langsung tersenyum cerah."Wina, kenapa kamu ada di sini?"Wina mengencangkan cengkeramannya pada gagang koper, lalu berkata dengan sedikit malu, "Sara, aku ke sini untuk numpang di tempatmu."Ketika matanya tertuju ke koper Wina, senyuman Sara langsung menghilang dan bertanya, "Apa yang terjadi?"Wina tersenyum, seakan-akan tidak terjadi apa-apa, lalu berkata, "Aku putus dengannya."Sara tertegun sejenak dan menata
"Apa? Apa?" tanya Vivi.Vivi seperti sudah mendengar sebuah rahasia besar. Dia menarik Yuna dengan penuh semangat dan bertanya, "Bukannya seseorang di Keluarga Lionel itu nggak tertarik pada wanita? Dia punya wanita pujaan hati? Lalu, wanita itu adalah CEO baru kita?"Yuna tersenyum sambil menepuk-nepuk tangan Vivi dan berkata, "Lihatlah dirimu, info seperti ini pun nggak tahu. Kelak gimana kamu bisa bertahan di kantor CEO?"Vivi dengan cepat menarik lengan baju Yuna dan berkata dengan manja, "Mohon bimbingannya, Kak Yuna!"Yuna merendahkan suaranya dan berkata, "Pak Jihan dan putrinya direktur utama kita sudah kenal sejak kecil. Menurut rumor lima tahun lalu, Pak Jihan melamar si putri ini. Tapi si putri menolaknya karena ingin melanjutkan studinya. Sejak itu, mereka berdua ada sedikit konflik. Mereka nggak saling kontak selama lima tahun. Begitu si putri kembali, Pak Jihan secara pribadi pergi ke bandara untuk menjemputnya. Hal ini cukup untuk menunjukkan bahwa Pak Jihan masih memil
Winata memperkenalkan diri dan mengucapkan beberapa kata, lalu mengikuti Hani ke ruang kantor CEO sambil mengait lengan Jihan.Vivi terus melihat mereka berdua dengan ekspresi iri di wajahnya dan berkata, "Hari ini pertama dia menjabat, Pak Jihan secara pribadi mengantarnya. Apakah ini yang dinamakan keromantisan antara bos dan istri manisnya?"Yuna meletakkan tangannya di bahu Vivi dan berkata, "Kamu nggak ngerti. Setelah kembali, dia langsung jadi CEO. Para pemegang saham perusahaan ini pasti nggak akan senang. Jadi, hari pertama menjabat, Pak Jihan secara pribadi mengantarnya hanya untuk memberi tahu para pemegang saham itu bahwa Keluarga Lionel mendukungnya di belakang!"Vivi meletakkan tangan kecilnya di dagu dan terlihat sangat iri sambil berkata, "Ternyata ingin membantu 'istri' kecilnya, ya. Pak Jihan sungguh penyayang."Yuna juga merasa iri dan berkata, "Kalau dia bukan putri direktur utama, mana mungkin pria berkuasa di Kota Aster tertarik padanya."Vivi menggelengkan kepalan
Sambil menahan rasa sakit jantungnya, Wina berjalan kembali ke tempat kerjanya.Wina ingin segera mengundurkan diri. Dia tidak ingin di sisa waktunya, setiap hari melihat dua orang itu bermesraan.Selain itu, dia juga takut tidak kuat menahan diri untuk bertanya pada Jihan mengapa dirinya dijadikan sebagai pengganti.Setelah menulis surat permohonan pengunduran diri, Wina menemui Hani yang merupakan kepala asisten untuk meminta persetujuan.Hani tidak memiliki kesan yang baik terhadap Wina. Oleh karena itu, setelah mengetahui Wina ingin mengundurkan diri, dia hanya berbasa-basi sebentar, lalu menyetujui hal tersebut.Proses pengunduran diri memakan waktu satu bulan, jadi Wina tidak bisa langsung pergi begitu saja. Wina pun mengambil cuti tahunan setengah bulan terlebih dahulu.Wina sudah bekerja di Perusahaan Krisan selama lima tahun dan memiliki cuti tahunan 15 hari. Mengambil semua masa cutinya sebelum mengundurkan diri merupakan hal yang normal.Melihat Wina begitu ingin mengambil c
Setelah Jihan pergi, Emil baru menyadari bahwa dia adalah putra kedua dari Keluarga Lionel. Emil langsung melepaskan Wina dan mengejar Jihan untuk menyapa.Akan tetapi, Jihan langsung masuk dan menutup pintu mobil dengan keras. kemudian, belasan mobil mewah yang berhenti di luar itu melaju pergi.Pengejaran yang sia-sia. Emil hendak kembali mencari Wina, tetapi dia melihat Wina sudah melarikan diri dengan masuk ke dalam lift.Emil menyentuh bibirnya yang baru mencium wajah Wina itu. Matanya memancarkan kegembiraan bagaikan serigala yang ingin menangkap mangsa."Jovin, selidiki alamatnya," perintah Emil."Ya," jawab Jovin Liman yang mengikuti di belakangnya.Setelah sampai di rumah, Wina meletakkan tas, duduk di sofa dan termenung.Dia terbangun dari lamunannya ketika ponselnya berdering.Setelah mengeluarkan ponsel dari tas, Wina mengernyit ketika melihat nama panggilan di layar ponselnya itu.'Kenapa Daris meneleponku?'Wina ragu-ragu sejenak, lalu mengangkat panggilan itu, "Pak Daris
Emil tidak memedulikan perasaan Wina dan langsung menanggalkan piamanya.Ketika tangan dingin dan menjijikan itu menyentuh punggung bawahnya, Wina sangat ketakutan hingga berteriak."Emil!"Suara pekikan itu sangat mengganggu. Namun, tangan Emil hanya berhenti sejenak, dia lanjut menarik celana dalam Wina.Wina serasa ingin membunuhnya pun mengancam, "Emil, kalau hari ini kamu berani menodaiku, besok aku akan pergi ke pengadilan untuk menuntutmu!"Tangan Emil berhenti lagi. Dia seperti mendengar sebuah lelucon sampai tidak bisa menahan diri untuk mencibir, "Aku nggak takut polisi, apa akan mungkin takut kamu menuntutku?"Wina mengepalkan tangannya dan menggertakkan gigi, lalu berkata, "Aku tahu Keluarga Rinos punya latar belakang yang kuat, tapi sekarang zaman media. Kalau menggunakan kekuatanmu untuk menyelesaikan masalah, aku akan langsung melapor perbuatanmu ke media massa!"Emil hanya mengangkat alisnya dan terlihat tidak peduli, lalu berkata, "Oke, kamu bisa mengekspos perbuatanku
Demi putranya, Wina sama sekali tidak mengikuti Jihan. Namun, rambut Wina mendadak beruban dalam satu malam dan wajahnya seolah menua sepuluh tahun. Kerutannya sontak tampak lebih kentara, tatapan matanya selalu terlihat kosong.Di depan makam Jihan, Wina meminta Jihan untuk menunggunya. Sekarang Wina sudah punya anak, jadi dia tidak bisa melakukan sesuatu dengan asal. Nanti setelah putra mereka menikah, barulah Wina akan pergi menyusul Jihan. Jika Jihan ternyata tidak menunggunya, Wina akan menarik kembali janjinya tentang kehidupan selanjutnya sehingga mereka tidak akan pernah bertemu lagi ....Wina tidak menghadiri pemakaman Jihan. Itu sebabnya dia akhirnya terbangun, lalu berjalan ke makam Jihan dengan tubuh yang terhuyung-huyung. Tidak ada yang tahu tentang apa yang Wina katakan kepada Jihan, selain Delwyn yang memapah ibunya untuk menemui ayahnya ....Malam itu, Wina tiba-tiba pingsan di salju dan segera dibawa ke rumah sakit untuk diberikan pertolongan pertama. Wina baru sadar s
Bulu mata Wina tampak bergetar. Dia mengangkat matanya yang terkesan kosong dan menatap ke kejauhan. "Nggak, aku nggak akan ke mana-mana. Kami akan tetap di sini sampai aku ikut mati beku. Nggak akan ada yang bisa memisahkan kami."Semua orang sontak merasa tercekat. Mereka semua bergegas membujuk Wina agar jangan melakukan hal bodoh, tetapi Wina tidak mengacuhkan semua omongan mereka. Dia hanya duduk diam di sana sambil memeluk Jihan, menunggu ajal menjemputnya.Delwyn akhirnya menggenggam tangan Wina dengan erat sehingga pandangan Wina beralih kepadanya. "Ibu, aku tahu betapa Ibu mencintai Ayah dan Ibu pasti sulit menerima kenyataan ini, tapi tolong jangan lakukan hal bodoh. Aku sudah kehilangan Ayah dan aku nggak bisa kalau harus kehilangan Ibu juga ...."Suara putranya membuat Wina akhirnya perlahan menatap Delwyn. Wina menyentuh wajah Delwyn yang tampak begitu mirip dengan Jihan, lalu tersenyum kecil dengan senang ...."Ibu sudah lama mempersiapkan diri untuk kematian ayahmu. Kare
Air mata Wina pun mendadak mengalir turun. Tidak ada tangisan yang memilukan hati, hanya keheningan dan bibir Wina yang terbuka. Wina ingin mengatakan sesuatu, tetapi sepertinya dia sudah mengatakan semua yang ingin dia katakan kepada Jihan. Pada akhirnya, Wina hanya menurunkan pandangannya menatap wajah Jihan yang sudah pucat itu ...."Bodoh. Mau seberapa banyak pun darahmu mengalir keluar, kamu tetap suamiku. Mana mungkin aku takut? Aku nggak takut. Kenapa kamu malah pergi ke tempat seperti ini sendirian?"Yang membuat Wina merasa begitu getir adalah karena dia tidak sempat berpamitan untuk terakhir kalinya. Namun, Jihan sama sekali tidak memikirkan rasa penyesalan Wina dan fokus ingin menyembunyikan kondisinya dari Wina ....Lantas, bagaimana jika ... Wina tidak mengenali tiruan Jihan? Apa itu berarti Wina tidak akan pernah menemukan tubuh Jihan? Apa itu berarti Jihan akan selamanya terkubur beku di bawah salju ....Jihan sudah mempersiapkan segala sesuatunya sebelum ajal menjemputn
Saat Delwyn meraih tangan Jihan dengan gemetar, Wina sontak menengadah seolah mendapatkan firasat. Dia melihat ke arah Delwyn sekilas, lalu bergegas merangkak menghampiri putranya dengan rambut acak-acakan seperti orang gila.Wina tetap tidak menangis. Dia bahkan menyentuh tangan yang kaku dan putih membeku itu dengan tatapan tegas, lalu menurunkan pandangannya yang bergetar dan menggali salju yang menutupi tubuh Jihan dengan tangannya yang sudah berdarah.Salju yang menumpuk di gunung lebih dalam, setiap lapisannya mengubur Jihan. Wina berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengeluarkan suaminya dari dalam salju, lalu akhirnya melihat wajah Jihan yang berlumuran darah. Tidak ada rona kemerahan apa pun di wajah yang tampan itu, hanya ada noda darah dan salju yang menghiasi ....Delwyn menatap sosok ayahnya dengan tidak percaya. Dia pun jatuh terduduk, hatinya terasa remuk redam. Langit seolah mendadak runtuh dan hanya ada kegelapan tak berujung yang menyelimuti ...."Delwyn.""Tolong Ibu,
Wina yang sedang mencari ke mana-mana sontak berhenti melangkah, rasanya dia seperti mendengar ada yang memanggil namanya. Wina pun menoleh dengan tatapan kosong, tetapi terlihat jelas hanya ada dia di sini.Wina berdiri dalam diam, lalu memegangi dadanya yang berdetak dengan begitu kuat. Tiba-tiba, hatinya terasa tersayat seolah-olah dia akan kehilangan sesuatu. Saking sakitnya, Wina sampai membungkukkan tubuhnya. Akan tetapi, rasa sakit itu tidak kunjung hilang ....Firasatnya mengatakan bahwa sesuatu terjadi pada Jihan. Di saat Wina ingin kembali mencari Jihan, tiba-tiba sosok Jihan yang tampan muncul di hadapannya sambil membawa sebuket mawar."Sayang, kok kamu di sini? 'Kan sudah kubilang tunggu aku?"Begitu melihat Jihan tampak baik-baik saja, jantung Wina yang semula berdegap kencang mendadak menjadi tenang kembali.Wina langsung melempar payungnya dan melompat memeluk Jihan dengan gembira.Wina menghela napas lega saat merasakan hangat tubuh dan napas Jihan."Sayang, kamu tahu
Saat melihat Jihan berdiri sempoyongan dan mengerahkan sedikit tenaga untuk melambaikan tangannya, Jefri akhirnya tidak tahan lagi. Dia menggertakkan gigi dan berlari secepat mungkin ke dasar Gunung Kiron ...."Kak Jihan, aku panggil dokter dulu, terus menyuruh robot itu naik gunung dan baru setelah itu aku akan menjemputmu! Kakak berdiri saja di sana dan tunggu aku, ya! Aku akan segera kembali!"Jalan gunung di malam hari memang tidak dapat diprediksi, salju yang turun dari langit seolah menjadi sumber penerangan. Jefri merasa seperti sedang berjalan di siang hari. Namun, saking langkahnya terburu-buru, Jefri sampai beberapa kali jatuh tersungkur ke atas tanah dan dia bahkan tidak tahu berjalan ke arah mana ....Jihan memandangi punggung Jefri yang berangsur-angsur menghilang dari pandangannya, lalu memegangi dadanya. Dia bisa merasakan detak jantungnya yang perlahan melambat. Jihan berdiri diam sambil merasakan bagaimana nyawanya meregang ....Entah berapa lama waktu berlalu, yang je
Jihan mengernyit sebagai isyarat untuk Jefri agar tidak mengatakan apa-apa, lalu mencengkeram pundak Jefri dengan kuat.Selama puluhan tahun bersama, Jihan dan Jefri jadi memiliki ikatan batin yang kuat. Jefri tahu Jihan takut Wina akan ketakutan dengan rupanya saat ini, jadi dia menuruti perintah Jihan.Jefri bangkit berdiri tanpa mengucapkan sepatah kata pun, lalu memapah Jihan yang matanya sudah berdarah itu berjalan keluar."Biar kupanggilkan dokter sekarang, Kak Jihan."Setelah keluar dari vila, Jefri langsung ingin berlari menuruni Gunung Kiron. Ada sebuah rumah kayu tidak jauh dari sana tempat dokter tinggal. Jefri sengaja mengaturnya untuk berjaga-jaga seandainya sesuatu terjadi kepada Jihan."Jefri."Namun, Jihan menghentikan adiknya. Karena sekarang ajalnya benar-benar sudah di depan mata, sikap Jihan menjadi jauh lebih tenang. Nada bicaranya bahkan terdengar seperti lega. "Cip itu menembus pembuluh darah sehingga darah keluar dari semua lubang pada tubuhku dan ini berarti ak
"Apa sekarang kamu sudah tahu bedanya garam dan gula?"Jihan menatap Wina yang bertanya seperti itu kepadanya, lalu menggelengkan kepalanya.Alis Delwyn sontak mengernyit. Kenapa ... firasatnya mendadak jadi buruk?Firasat buruknya akhirnya terbukti setelah Delwyn mencicipi steik buatan ayahnya. Sekeras apa pun dia mengunyah, steik itu tetap tidak bisa dikunyah.Delwyn sontak merasa tertipu, terlebih setelah melihat Daris dan Alta menutup mulut masing-masing untuk menahan tawa. Kedua pria itu ternyata jahil sekali.Delwyn menahan rasa mualnya, lalu melirik ke arah Ethel dan Edna yang mengenakan seragam SMA. "Kalian mau cobain nggak?"Ethel dan Edna yang sedang menatap makanan di piring mereka dengan bersemangat pun langsung menggelengkan kepala masing-masing. "Nggak mau. Ayah bilang anjing saja nggak bisa makan masakan Paman Jihan ...."Delwyn sontak terdiam.Ethel dan Edna diam-diam merasa begitu senang karena jarang sekali bisa melihat ekspresi Delwyn setertekan ini. Mereka langsung
Jihan bukanlah orang baik, tetapi dia juga bukan orang yang sangat jahat. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa dia tega melakukan apa pun demi kekuasaan. Tangannya bahkan sudah berlumuran darah banyak orang. Bagi orang-orang seperti ini, umur mereka memang biasanya hanya beberapa puluh tahun.Jihan juga bukannya mengeluh, hanya saja .... Dia pun menoleh memandang ke arah vila, lebih tepatnya ke arah Wina yang berdiri di depan jendela yang terbentang dari langit-langit. Sorot tatapan Jihan tampak berbinar sekaligus tidak rela. "Ayah terpaksa ingkar janji, jadi kamu harus gantikan Ayah untuk menjaga ibumu baik-baik selamanya."Delwyn tahu betapa dalamnya perasaan kedua orang tuanya terhadap satu sama lain, tidak ada yang bisa menggantikan mereka. Mana mungkin Delwyn akan menyanggupi permintaan ayahnya? "Ayah, harusnya Ayah tepati janji Ayah dan bukannya memintaku menggantikan Ayah."Jihan tahu bahwa putranya sebenarnya berhati lembut. Jika Jihan benar-benar pergi, bukan tanggung jawab putr