"Kebetulan Reo mengambil jurusan psikologi anak dan pintar banget dalam bidang itu. Pas banget nih waktunya, nanti akan kuminta dia ke sini," kata Lilia."Reo memang hebat banget. Kalian itu pasangan yang serasi tahu. Kapan akta pernikahan kalian akan diambil?" sahut Sara."Setelah acara pernikahan Pak Jihan dan Wina selesai," jawab Lilia. "Aku nggak mungkin melangkahi bosku dalam masalah kayak gini, 'kan?"Sara pun tertawa dengan geli. Setelah itu, dia bertanya dengan kaget seolah baru menyadari bahwa Wina masih berdiri di sampingnya, "Loh, Wina? Kok masih di sini?"Wina terdiam lagi.Pada akhirnya, Wina memerintahkan para pengawal untuk menjaga Sara dan yang lainnya, lalu pulang ke rumah Keluarga Lionel bersama Daris.Jihan sudah bangun. Sekelompok orang yang bertopeng berdiri di dalam kamar Jihan, Zeno berdiri paling depan.Sebelum Wina membuka pintu dan masuk, suara dingin Jihan yang khas itu terdengar dari dalam,"Zeno, serahkan bukti bahwa Robert-lah yang menabrak Alan mati denga
Pada dasarnya, Jihan memang selalu bertindak semaunya dan tidak bisa dihalangi oleh siapa-siapa.Wina pun membuka pakaian rumah Jihan yang longgar dan kasual, lalu memperhatikan perban yang menutupi sekujur punggung Jihan.Demi mengurus masalah Robert, Jihan sampai berganti baju dan turun dari kasur.Walaupun lukanya belum sembuh, pria itu tetap bersikeras mau menikah sesuai dengan rencana awal. Mana mungkin Wina tega membiarkannya begini?"Kamu istirahat dulu, ya? Nanti kita bicarakan lagi soal acara pernikahan kita."Wina menurunkan pakaian Jihan dengan lembut, lalu menggandeng lengan Jihan hendak memapah pria itu kembali ke atas kasur. Namun, Jihan mencengkeram pergelangan tangan Wina."Wina, kamu sudah nggak mau menikah lagi, ya?"Jihan menunduk menatap Wina dengan mata yang tampak memerah. Dia sudah lama mendambakan pernikahannya dengan Wina, tetapi Wina malah mengatakan "nanti dibicarakan lagi" dengan begitu santainya."Aku cuma takut lukamu ....""Sekalipun aku sudah mati, aku a
Walaupun Sara memiliki aset lebih dari ratusan miliar dengan pendapatan tahunan sebesar puluhan miliar lebih, tetap saja dia merasa getir mengeluarkan 200 juta begitu saja.Bukannya dia tidak rela, tetapi dia merasa seperti tertipu! Kenapa bisa-bisanya dia bertaruh seperti itu dengan Lilia?Dasar kekanak-kanakan!Pikirannya terlalu sempit!Sara duduk di sofa sambil memukuli bantalnya, lalu mengutuki kebodohannya sendiri sambil menggertakkan gigi. Gisel sontak tertawa dengan geli ....Lilia tertegun sesaat menatap tawa Gisel, lalu berkata, "Sara, lihat, Gisel ketawa."Sara juga melihat tawa Gisel, jadi dia mencubit wajah mungil Gisel dengan gemas. "Sudahlah. Melihatmu tertawa membuatku merasa sepadan ngeluarin uang segitu."Lilia pun menekuk lututnya dan menyandarkan siku di atasnya, lalu menumpukan dagunya pada satu tangan sambil menatap Gisel.Melihat Gisel yang kembali menunduk bermain balok setelah tertawa itu membuat Lilia mendadak merasa penuh dengan perasaan mendamba."Sara, past
Sara meletakkan ponselnya dengan perasaan yang sudah tidak lagi berkecamuk, lalu duduk di atas karpet dan bertanya kepada Lilia, "Bukannya waktu itu kamu bilang mau mengenalkanku dengan kenalan doktermu? Kapan aku bisa bertemu dengannya?""Bukannya setelah kencan buta waktu itu kamu bilang nggak akan mau kencan buta lagi?" tanya Lilia sambil menatap Sara dengan kaget.Waktu itu, Manajer Kerry memberi tahu Sara bahwa dia ingin mengenalkan pasangan kencan buta untuk Sara. Siapa sangka pasangan itu ternyata Manajer Kerry sendiri.Sara duduk di dalam kafe sambil menatap Manajer Kerry yang menyatakan cinta kepadanya dengan gemetar. Sara merasa geli sekaligus kesal.Dia tidak menyangka bahwa selama ini ternyata Manajer Kerry memendam rasa kepadanya. Sebenarnya, Manajer Kerry adalah pasangan yang sepadan untuknya. Mereka sama-sama sedang mencari pasangan hidup untuk kedua kalinya.Masalahnya, Sara tidak merasa tertarik atau memiliki perasaan apa pun kepada Manajer Kerry. Dia hanya menganggap
Selama beberapa hari terakhir ini, Wina tinggal bersama dan merawat pria itu dengan telaten. Begitu melihat bekas luka Jihan mulai mengelupas, Wina pun perlahan-lahan merasa lebih lega.Wina menunggu sampai Profesor Andaru selesai mengganti perban, lalu bertanya dengan cemas, "Apa bekas lukanya bisa hilang setelah sembuh?"Profesor Andaru melepas sarung tangan sterilnya dan menjawab, "Bisa hilang kalau lukanya dangkal, tapi sulit hilang kalau lukanya terlalu dalam. Tapi, tenang saja. Aku akan menggunakan obat terbaik untuk meminimalisir kemungkinan lukanya membekas di kulit Pak Jihan."Walaupun penjelasan yang diberikan singkat, tetap saja Profesor Andaru adalah seorang ahli bedah yang terkenal di penjuru dunia. Selama pria itu ada di sini, bekas luka Jihan tidak akan jadi masalah.Jawaban Profesor Andaru itu akhirnya membuat Wina berhenti mengernyit. "Terima kasih, Profesor Andaru.""Sama-sama," jawab Profesor Andaru sambil melambaikan tangannya.Setelah itu, Profesor Andaru menganggu
Wina tidak tahu mengenai risiko ini. Dia memegang guci abu kakaknya sambil menatap Jihan dengan cemas. "Doktermu ikut nggak?"Jihan balas mengangguk kecil, lalu mengelus-elus kepala Wina untuk menenangkan wanita itu. Setelah itu, dia melirik ke arah Gisel yang sedang meringkuk di sudut kursi.Begitu menyadari tatapan Jihan yang tertuju kepadanya, Gisel langsung mengalihkan pandangannya dan menundukkan kepalanya untuk bermain dengan boneka di tangannya ....Jihan juga hanya melirik sekilas sebelum memalingkan kepalanya.Karena Jihan sudah berhenti menatapnya, Gisel pun diam-diam melirik Jihan melalui ekor matanya.Karena mereka duduk berhadapan, jadi Gisel bisa langsung melihat garis wajah Jihan yang tajam.Sepertinya Paman Tampan jauh lebih kurus daripada sebelumnya, tetapi ketampanannya tetap sama.Tidak ada paman lain yang mampu menandingi ketampanan Paman Tampan. Benar-benar memesona dan memukau.Gisel menatap Jihan selama beberapa saat, lalu tiba-tiba menyodorkan bonekanya kepada J
Setelah pesawat pribadi itu mendarat, sekelompok anggota Organisasi Shallon yang berpura-pura menjadi preman pun berpencar ke segala arah, tetapi tetap mengikuti rombongan Jihan dengan saksama.Di pintu keluar bandara, Wina menggandeng tangan Gisel, sementara tangannya sendiri digandeng oleh Jihan. Mereka tampak seperti keluarga yang bahagia.Yang pria tampak dingin dan berwibawa, yang wanita tampak anggun dan elegan, sementara si anak perempuan tampak menggemaskan.Di belakang mereka, tampaklah sekumpulan pengawal yang mengenakan jas dan dasi formal. Dua orang yang berjalan paling depan dari sekelompok pengawal itu juga sangat tampan.Begitu Jihan dan yang lainnya muncul di bandara, semua orang yang melihat mereka sontak memekik dengan kagum dan buru-buru mengeluarkan ponsel untuk memotret.Sayangnya, hanya punggung mereka saja yang sempat terfoto karena mereka semua bergegas masuk ke dalam sederet mobil mewah. Kelihatannya benar-benar spektakuler ....Mereka menginap satu malam di vi
Tidak ada satu pun yang berani mengambil Gisel saat Jihan berada di sampingnya. Kata-kata menenangkan darinya membuat Gisel berhenti menangis."Kalau begitu aku akan memberikan buket bunga krisan pada Ayah dan Ibu."Dia sudah pernah melihat seorang anggota keluarga kerajaan meninggal dan di sana, di atas batu nisan diletakkan buket bunga krisan.Ayah dan ibunya sudah meninggal, jadi secara naluriah mereka ingin putri mereka mengirim bunga krisan.Jihan melambaikan tangannya dan seseorang segera mengambilkan banyak sekali bunga krisan. Buket bunga itu sedikit berat, tapi Gisel bisa membawanya.Jihan membuka pintu mobil dan membiarkan Gisel keluar sendiri. Dia juga turun dari mobil.Begitu Zeno melihat mereka keluar seperti itu, dia segera berkata, "Pak, jangan pergi. Seseorang dari Keluarga Chris nggak akan membiarkan kalian begitu saja."Jari ramping dan bersih Jihan memegang pintu mobil lalu dengan acuh tak acuh menjawab pertanyaan Zeno, "Mereka nggak akan berani melakukannya."Kalau