Malapetaka didalam hidup Ririn tiba. Ririn dikhianati oleh ke dua orang yang paling dirinya cintai. Hubungan yang sudah terjalin 7 tahun harus kandas, akibat perselingkuhan pacarnya dengan kakaknya sendiri Hal itu membuat hati Ririn hancur keping-keping. Untuk sedikit mengobati lukanya, Ririn menenangkan dirinya dengan berlibur ke Hawai. Bukannya ketenangan yang ia dapati, tapi malah sebuah bencana besar yang akan membuat hidupnya berubah drastis. Dimalam terakhir diHawai. Ririn tak menyadari kesalahannya yang meminum-minuman yang tercampur alkohol. Akibat kebodahannya tersebut, ia melakukan one night stand dengan pria yang baru ia temui di Hawai. Karena malam panas tersebut, tumbulah sebuah benih didalam rahim Ririn. Apa yang akan Ririn lakukan selanjutnya. Yuk ikuti kisahnya. Follow juga IG: @intanazel
View MoreDidapur hotel. Seorang wanita berparas ayu, kulitnya seputih susu, rambutnya sebahu, sedang memasak makanan dengan keahlian memasak yang luar biasa. Ririn mamasak dengan penuh cinta disetiap masakan yang ia buat.
Semua orang yang berada didapur mengakui kehebatan dirinya dalam mengolah bahan pangan menjadi olahan masakan. Ririn bertugas sebagai Chef de Partie , ia bertugas mengawasi kelancaran operasional dan juga ia turut andil dalam mengolah makanan.
"Tamu hotel sangat suka sekali dengan masakan yang kau buat." Ririn dipuji langsung sama atasannya yaitu Chef Cook ( Executive Chef ).
Bibir Ririn tersenyum bahagia sekali mendengar pujian itu, dirinya sangat bangga dengan kehebatannya dalam mengolah masakan. "Terima kasih Chef."
Semua orang bertepuk-tangan untuk mengakhiri jam mereka bekerja didapur hotel ini. "Terima kasih atas kerja kalian. Pulanglah dan istirahatlah," ucap Chef kepala.
Tawa bahagia dan sorak-sorak kebahagian terdengar didapur hotel ini. Semua sangat senang sudah selesai bekerja dan akan pulang. Ririn juga tak dipungkiri rasa bahagia yang menyergap hatinya.
Apalagi saat sedang shif pagi dan pulang jam 5 sore hari. Shift pagi adalah hari paling membahagikan dalam hidup dirinya, karena malamnya ia bisa menghabiskan waktu dengan pacarnya.
Setelah Ririn mengucapkan kata perpisahan kepada teman-temannya yang bekerja didapur. Ririn beranjak keluar dengan pakaian casual yang ia kenakan, bibirnya tak henti-hentinya untuk tersenyum.
Ririn bersemangat karena ia bisa bertemu dengan kekasihnya, matanya melihat ke arah langit-langit. Ririn hanya berdoa agar tak turun hujan dan ia bisa menghabiskan waktu dengan kekasihnya.
Saking ia senang dan bersemangatnya bertemu dengan kekasihnya, Ririn berlari kecil menuju halte bus terdekat. Walaupun ia punya gaji yang lumayan besar, tak Ririn sangat berhemat.
Ririn berhemat karena ia sedang mengumpulkan uang yang banyak, agar ia bisa cepat menikah dengan kekasihnya dan hidup berdua dalam satu atap yang sama. Ririn pastikan hanya akan ada kebahagian saja.
Membayangkan kehidupan pernikahannya dengan kekasihnya saja sudah sangat membuat dirinya bahagia. "Tidak sabar." Ririn masih saja tersenyum sendiri, membuat orang disekitar merasa aneh akan Ririn yang senyum-senyum sendiri.
Ririn yang merasa kalau dirinya ditatap, ia menundukan kepalanya malu. Disaat bus yang ia tunggu sudah datang, dengan gerakan cepat Ririn berlari menuju ke bus yang menjadi tujuan dirinya pulang.
Sudah menjadi kebiasaan kalau ia naik bus akan duduk dipaling belakang, kalau ia berdiri pun ia akan paling belakang. Entah kenapa ia sangat suka saja dan tak alasan yang pasti.
Kali ini bus sedang sepi dan ia bisa duduk dibelakang. Ririn memakai earphone ke telinganya, ia mendengarkan sebuah lagu melukis senja. Ririn sangat suka dengan lagu itu, bahkan ia mendengarnya berkali-kali.
Ririn menikmati perjalanan pulangnya sambil mendengar lagu melukis senja yang ia putar berkali-kali. Bibirnya tersenyum dengan matanya yang melihat ke arah luar jendela bus, yang menampilkan hiruk-pikuk ibu kota menjelang malam.
Ririn membutuhkan waktu 30 menit, untuk sampai dihalte bus dekat rumahnya. Tapi Ririn harus berjalan jauh, agar ia bisa masuk menuju gang rumah miliknya. Ririn turun dari bus karena sudah sampai.
Wajahnya menjadi masam setelah membaca sebuah pesan. Ririn memasukan ponselnya ke dalam hand bag milknya. Ririn berjalan ditemani dengan musik yang masih menyala.
Dari halte ke rumahnya sepertinya membutuhkan waktu 20 menit berjalan. Ririn pulang balik ke rumah dan ke hotel memakan waktu hampir 1 jam lamanya. Ririn tak mengeluh itu semua.
Dirinya sangat bahagia melakukan pekerjaanya dan yang paling utama adalah gajianya besar. Membuat ia bisa mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya agar bisa membangun bahtera rumah tangga yang indah.
Ririn melepaskan earphone yang terpasang di kedua telinga dan memasukannya kembali ke hand bag yang ia pakai. Ia memasukannya karena sudah berada dirumah yang menjadi tempat ternyaman didalam hidup dirinya.
Riko membuka pagar rumah, alisnya berkerut bingung karena melihat motor milik kekasihnya, berada dipekarangan rumah miliknya. Ririn membaca kemballi pesan yang masuk diponsel.
Ririn mengira kalau ia salah membaca. Pacarnya mengatakan kepadanya tak bisa menjemput, karena sedang ada urusan yang penting sekali. Tapi yang ia dapati adalah motor ninja milik kekasihnya ini berada dirumahnya.
Kakinya bergerak cepat memasuki rumah miliknya. "Kamu sudah pulang nak." Ririn mendengar suara Ayahnya.
Niatnya ingin mencari Ayahnya, tapi ia tunda terlebih dahulu dan mendekati Ayahnya. Ririn salim kepada Ayahnya dan tak lupa juga memberikan sebuah kecupan, di pipi laki-laki yang ia cintai nomer 1 didalam hidup dirinya.
"Ayah, Miko ada disini?" tanya Ririn dengan matanya yang melihat ke penjuru rumahnya ini.
"Miko berada didalam dapur, sedang membantu menyiapkan makan malam," jawab Fahri Ayah kandung Ririn.
Ririn tanpa basa-basi langsung saja menuju ke arah dapur. Seperti yang dikatakan sama Ayahnya, kalau Miko pacarnya berada didalam dapur. Ririn melihat pacarnya sedang memasak bersama dengan kakaknya.
"Hai." Riko menyapa mereka berdua yang sedang bersama didalam dapur.
Ke dua manusia itu langsung saja terkejut mendengar sapaan dari Ririn. Matanya bingung sekali melihat wajah mereka berdua yang sepertinya terkejut dengan kehadiran dirinya.
"Mba Vanya, aku ingin bicara sama Miko dulu." Ririn yang menarik pergelangan tangan Miko dan membawanya menuju kamarnya.
Ririn sudah berada didalam kamarnya karena ingin bicara sama pacarnya. Tapi dilihat wajah kekasihnya ia sepertinya tak merasa bersalah, karena membohongi dirinya. "Jelaskan." Ririn dengan menatap kekasihnya itu.
Miko yang mendengar suara Ririn yang marah, ia mendekati kekasihnya dan memeluk pingang Ririn dengan erat. "Jelaskan apa sayang?" tanya Miko dengan kepalanya ia usapkan ke leher Ririn.
"Kenapa kamu membohongi aku? katanya ga bisa jemput aku dan malah ada dirumah ini." Ririn dengan bibir yang cemberut kesal.
"Sayang, aku sudah bilang sedang melakukan pekerjaan yang penting, jadi tak bisa menjemput kamu."
"Hal penting apa? kamu ada dirumah aku, Miko."
Miko menarik Ririn dengan lembut dan membuatnya bisa saling berhadapan dengan dirinya. Telapak tangan Miko mencubit ke dua pipi Ririn dengan pelan. "Tentu saja penting untuk masa depan kita."
"Masa depan kita?" bingung Ririn yang tak mengerti dengan apa yang dikatakana sama kekasihnya ini.
"Tadi aku memang niatnya ingin menjemput kamu dihalte. Sebelum aku ke halte, aku mampir terlebih dahulu ke rumah kamu. Tapi Mamahmu menahanku, jadi aku tak bisa pergi. Aku harus menyenangi ke dua orang tua kamu, agar restu tetap berjalan," tutur Miko.
Ririn menganggukan kepalanya mengerti, ia suda salah dan malah marah dengan sikap pacaranya ini. Miko melakukan ini untuk kebaikan hubunganya dengan Miko. Ririn menyandarkan kepalanya ke pundak Miko.
"Maaf aku marah sama kamu."
"Aku yang salah karena ga menjelaskan semuanya dipesan." Miko dengan telapak tanganya mengusap lembut puncak kepala Ririn.
"I love you."
"I love you pacar aku yang mengemaskan disaat marah ini." Miko mencubit pipi lembut Ririn.
"Sakit Miko." Ririn sambil menghidanri terus tangan Miko yang akan kembali mencubit pipinya.
Ririn dan Miko kejar-kejaran dikamar dengan ukuran 3x4 ini. Miko akhirnya bisa mengkap Ririn dan memeluk kekasihnya ini.
***
Jangan lupa follow akun IG: @intanazel
Di pagi buta seperti ini. Dirinya sudah dipaksa untuk bangun dari tidurnya dan tiba-tiba saja Roy mengatakan kalau kakaknya sedang menunggu didalam mobil sedan berwarna putih. Roy menipunya dengan mengatakan hal tersebut, membawanya pada pukul 6 pagi hari. Bahkan matahari saja belum muncul.Bahkan Ririn ingin meminta bantuan dari Ares, tapi pria itu sama sekali tak bisa dihubungi. Padahal semalam dirinya tidur bersama dengan Ayah dari anaknnya, di kamar rumah sakit. Membuat Ririn mengucapkan sumpah serapah kepada Roy, yang seenaknya saja membawa dirinya di pagi hari ini."Tersenyumlah agar cantik," ucap Roy kepada wanita itu yang sedang duduk."Apa yang elu lakukan sama gue Roy?" Ririn menatap tajam adik dari Ares.Tapi bukannya menjawab apa yang dikatakan sama Ririn, Ares malah memerintahkan kepada staff untuk melakukan hal magic kepada Ririn, yang sedang marah-marah itu."Roy!!
Pukul 8 malam hari di rumah sakit. Ririn tetap berada disamping kakaknya yang tak juga terbangun. Hati Ririn hancur melihat alat-alat yang menempel ditubuh Vanya. Ririn juga tak henti-hentinya untuk menangis.Ririn memegang dengan lembut tangan Vanya, sambil berdoa kepada Tuhan, agar membuat Vanya cepat sadar. Tapi kakaknya tak juga sadar, padahal kata dokter kakaknya akan bangun. Tapi kenapa Vanya belum juga membuka matanya.Kriet. Pintu terbuka dan membuat Ririn menoleh, mendengar suara itu."Rin. kembalilah ke kamar kamu." Roy mendekati wanita hamil tersebut."Masih ada disini?" Ririn yang kaget karena Roy masih berada dirumah sakit, dirinya mengira kalau Roy akan kembali."Hm, priamu itu memintaku untuk menemanimu," jawab Roy yang berdiri disamping Ririn.Ririn hanya menganggukan kepalanya saja. Tatapan matanya kembali melihat ke arah Vanya. "Kapan kakak
Ares mendobrak pintu berkali-kali, tapi pintu ruang bawah itu sangat kuat dan membuat Ares susah menembusnya. Oleh karena itu Ares menembakan pintu terbuka dan membuat kunci pintu hancur. Membuatnya menjadi lebih mudah masuk ke dalam ruang bawah tersebut Bibirnya menyeringai bak seorang iblis. Tatapan matanya dan aura yang Ares keluarkan berubah seketika, saat melihat orang yang dicarinya. Ares menatapnya seakan ingin membunuh langsung Miko, yang sedang duduk dengan wajah yang babak belur. Pria itu langsung saja bangun disaat melihat kedatangan Ares, dengan tangan yang membawa senjata api tersebut. Ares mendekati pria bajingan itu dan membuatnya saling berhadapan dengan pria yang sudah membuat akal sehatnya menghilang. Tapi bukannya takut dengan kedatangan Miko.
Vanya akhirnya mendapatkan pertolongan. Ambulance membawanya pergi tubuhnya menuju rumah sakit bersama dengan Ririn yang tak ingin berpisah dengan kakaknya tersebut. Sedangkan Roy menelpon rumah sakit untuk menyediakan segalanya dan tak lupa juga memberitahu Ares melalui sekretarisnya tentang apa yang terjadi hari ini. Ares sangat sibuk sekali karena jadwal hari ini begitu padat sekali dengan berbagai macam rapat. Hingga membuat kakaknya melupakan ponselnya. Roy yang mengangkat panggilan masuk dari nomer asing di ponsel milik Ares dan yang mendengar suara-suara Ririn meminta pertolongan. Tapi setelah itu panggilannya terputus dan Roy menghubungi balik tapi ponsel tersebut tidak aktif lagi. Lantas dengan cepat Roy melacak semua jaringan itu dengan berbagai cara yang dirinya ketahui, hingga ia menemukan lokasinya. Untung saja Roy biasa menemukan lokasinya dengan cepat. Jika tidak kedua bersaudara itu akan dalam bahaya, terutama Ririn
Miko semakin mendekati Ririn yang terus saja mundur-mundur. Tapi Miko mendekati wanita yang terlihat jelas kalau sedang ketakutan. "Jika saja kamu kebih nurut, pasti tak akan terjadi hal ini." Miko menyeringai sinis dan tatapan mata Miko sangat tajam, seperti pedang yang siap menghunus siapapun.Vanya berdiri dengan susah payah, walapun harus menahan rasa sakit akibat tubuhnya yang menerima hantaman keras oleh Miko. Vanya harus bangkit karena ia melihat adiknya dalam keadaan yang berbahaya, Vanya tak akan membiarkan Miko melukai Ririn dan bayinya.Vanya menarik tangan Miko agar menjauh dari adiknya. Menahannya dengan sekuat tenang, walaupun dengan tubuh yang sakit. "Lari Ririn, keluar dari apartemen ini!!" teriak Vanya kepad adiknya."Tidak, tidak. Kita harus keluar bersama!!" ucap Ririn yang melihat kakaknya terus menahan Miko."Cepatlah, tak punya banyak waktu. Keluarlah!!" teriak Vanya.
Entah keberanian dari mana membuat Ririn melakukan hal gila ini dengan bawa-bawa pisau. Tapi jika dirinya tak melakukan hal ini, pasti Ririn akan di lecehkan lagi sama Miko. Ririn tak ingin membiarkan hal itu terjadi."Baiklah sayang. Aku tak dekat-dekat dengan dirimu."Ririn sedikit tenang karena ancaman dirinya ini sangat ampuh dan membuat Miko tak akan berniat untuk melecehkan dirinya lagi. "Dimana kakak gue?" tanya Ririn kepada Miko.Arah pandangan mata Ririn berahli melihat ke arah telunjuk tersebut. Dugaan dirinya sepertinya memang benar, kalau kakaknya tersebut disembuyikan sama Miko. "Buka pintunya," perintah Ririn. Pasti pintu itu terkunci jika tidak, pasti kakaknya akan keluar dan menemui dirinya."Baiklah, tapi pisau itu jauhkan dari tangan kamu." Miko yang masih panik dengan apa yang dilakukan sama Ririn. Miko hanya menuruti apa yang dikatakan sama Ririn, tapi setelah itu ia akan me
Tubuh Vanya berada di atas ranjang, dalam keadaan tak berbusana sama sekali. Itu semua karena ulah Miko yang menyentuhnya secara paksa dan ancaman, membuat Vanya tak bisa berkutik dan melakukan apa yang dikatakan sama Miko, padahal dirinya tak ingin sama sekali disentuh oleh bajingan seperti Miko.Cairan bening keluar dari matanya, tubuhnya tak terlalu merasakan sakit walaupun Miko melakukannya dengan kasar. Perasaanya saja yang sangat terluka, akibat perbuatan dari Miko. Hiks.. hiks.. Sungguh hatinya merasakan sakit bertubi-tubi ini semua karena Miko. Pria itu sudah melukai perasaanya dan sekarang melukai tubuhnya.Vanya hanya bisa tergeletak di kasur ini saja, tubuhnya lemas dan tak bisa melakukan apapun. Lagian kamar yang Vanya tempati terkunci dari luar oleh Miko. Pria itu juga keluar dari kamar dan meninggalkannya sendiri dengan air mata yang bercucuran.Vanya hanya berharap semoga saja adiknya tidak datang ke
Pukul 8 pagi hari. Ririn sudah terbangun dari tidurnya yang nyenyaknya. Tubuhnya merasakan sakit sekali, akibat sentuhan panas tersebut. Efeknya baru dirinya rasakan pagi ini. Ares sungguh sangat luar biasa, sekaligus gila karena telah membuat tubuhnya sakit-sakit."Tubuhku yang malang." Ririn segera bangkit untuk berendam air hangat. Semoga saja mampu sedikit mengurangi rasa sakit tubuhku ini.Tak butuh waktu lama Ririn sudah keluar dari kamar mandi dengan perasaanya yang jauh lebih nyaman. Ririn berendam hanya 7 menit saja, sejujurnya mau lebih lama. Tapi dirinya ingat sedang mengandung. Ririn hanya takut saja, kalau tak baik berendam lama-lama untuk kandungannya ini.Pandangan mata Ririn melihat ke arah langit yang cerah sekali dan langitnya indah. Ririn menuju balkon kamarnya untuk menghirup udara pagi yang segar ini. "Indah sekali." bibir Ririn tersenyum manis melihat cuaca yang indah dan bagus ini.&nb
Vanya duduk kursi yang berada dibalkon kamarnya, menatap langit-langit malam yang begitu gelap dan tak ada bintang yang menghiasi langit ibu kota ini. Seperti hatinya yang gelap dan tak ada arah kehidupan lagi. Vanya bahkan dianggap tak ada dirumah ini oleh kedua orang tuanya, sedangkan orang yang dirinya cintai hanya menganggapnya sebagai pelampiasan nafsunya saja. Mata Vanya otomatis menoleh ke arah bawah saat mendengar suara orang. Vanya melihat kedua pasangan tersebut yang baru keluar dari rumah ini. Kedua pasangan itu tak lain adalah Ririn dan juga Ares. Ririn mengantarkan Ares untuk ke depan pintu, sepertinya Ares akan pulang. "Serasi sekali," ucap Vanya dengan senyuman tipis melihat adiknya yang sepertinya sudah mendapatkan kembali kehidupan asmaranya. "Semoga kalian bahagia. Aku tak akan biarkan Miko merusak kebahagian kalian." Vanya dengan matanya yang masih melihat kedua pasangan itu yang masi
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments