Anggota Keluarga Dinsa dan Keluarga Lionel sudah terbiasa berhadapan dengan Jihan yang sangat dingin itu, tetapi Ivan merasa sangat kikuk.Dia tidak tahu harus bagaimana berhadapan dengan Jihan dan Wina. Ivan selalu merasa kehadirannya akan mengusik hubungan mereka. Rasanya tidak tepat juga dia berada di sini.Sara yang sudah berganti pakaian pun menyadari Ivan yang duduk diam di kursi roda dengan kepala tertunduk. Sara duduk di samping Ivan, lalu mengajak pria itu mengobrol.Kehadiran Sara membuat Ivan tidak merasa begitu kesepian. Perlahan-lahan, dia akhirnya berani menengadah menatap Wina yang duduk tenang di seberangnya.Tangan Wina yang diletakkan di atas paha Jihan tampak digenggam erat oleh Jihan. Kemesraan mereka itu tampak begitu natural, pasti mereka sudah sering melakukannya.Wina bisa merasakan tatapan Ivan. Dia ragu-ragu sesaat, lalu akhirnya perlahan menengadah. Begitu bertatapan dengan Ivan, Wina menyunggingkan seulas senyuman tenang.Ivan langsung menyadari bahwa Wina s
Begitu mendengar usulan Jordan, sorot tatapan kakak-beradik Keluarga Lionel itu langsung terlihat menghina."Kami nggak sudi bersama Keluarga Dinsa."Keluarga Lionel punya dendam terhadap Keluarga Dinsa!Mereka saat ini bersedia berdamai demi Wina, tetapi mana mungkin mereka sudi menjadi satu tim dengan anggota Keluarga Dinsa!"Kalau gitu, Wina adalah anggota Keluarga Dinsa. Karena Nona Sara adalah kakaknya, jadi Nona Sara juga bagian dari Keluarga Dinsa. Pak Rian bukan dari Keluarga Lionel ataupun Keluarga Dinsa, jadi anggap saja dia bagian dari Keluarga Dinsa. Lalu, Tuan Muda Artha ....""Enak saja! Artha itu sahabatku, ngapain kamu rekrut-rekrut dia?""Cuma sahabat, bukan saudara sedarah. Kenapa juga dia dianggap bagian dari Keluarga Lionel?""Dia itu cinta pertama adikku, jadi tentu saja dia bagian dari Keluarga Lionel."Begitu Jefri berkata seperti itu, Artha refleks menengadah menatap Aulia.Aulia duduk di sebelah Ivan dengan tenang tanpa memberikan reaksi apa-apa seolah dia tida
Jordan melirik Jihan yang terlihat bosan, sebersit cahaya jahat berkilat dalam sorot tatapannya."Gini saja, Keluarga Dinsa akan mengaku kalah dulu. Tapi, para pemain yang sudah mencapai ronde ini akan bertanding untuk ronde terakhir dengan aturan pemenang yang dibuat ulang. Gimana?"Jefri mendahului Jihan berkomentar."Aku setuju! Ya sudah, begitu saja!"Pokoknya, Jefri mau menyelamatkan kapal dan kedua robotnya terlebih dulu!Jihan sendiri tidak ambil pusing. Dia merangkul pinggang Wina dan mendekatkan istrinya itu ke arahnya, lalu melirik Jodie dengan dingin."Mau lanjut atau nggak?"Jodie menatap tangan Jihan yang melingkari pinggang Wina sebelum akhirnya berpaling."Karena nggak ada pemenangnya, tentu saja harus lanjut!"Tangan Jihan pun berpindah ke belakang kepala Wina. Jihan mendorong kepala Wina dengan lembut agar Wina bersandar dalam pelukannya."Oke, ayo lanjut."Walaupun berpelukan di hadapan orang banyak seperti ini cukup memalukan, Wina tetap menuruti kemauan Jihan.Cara
"Berhenti!"Tepat saat Jihan akan menarik kartu secara acak, Jordan sontak berseru."Aku duluan!"Jordan sudah kehilangan kesempatan untuk berbuat curang saat mengocok kartu, jadi dia tidak boleh sampai keduluan menarik kartu!Tanpa menunggu respons dari Jihan, Jordan langsung melompat ke hadapan meja dan berjongkok, lalu mengulurkan tangannya dengan gugup ....Lima menit kemudian, jari Jordan masih berpindah-pindah. Sebentar dari kiri ke kanan, sebentar dari kanan ke kiri ...."Kamu ini mau ngambil atau nggak sih!"Jodie menendang kaki Jordan dengan kesal.Jordan mengusap-usap kakinya yang terasa sakit sambil menatap kakak-beradik Keluarga Lionel yang saling menyayangi itu dengan iri.Lihat saja betapa baiknya para kakak di Keluarga Lionel terhadap adik mereka. Sementara kakak laki-laki Jordan sendiri ....Ah, sudahlah. Bukan salahnya juga terlahir di keluarga yang salah!Jordan akhirnya memilih kartu dengan gemetar.Dia mendekap kartu itu tanpa berani melihat, lalu mengisyaratkan Jih
Jodie langsung sibuk membayangkan berbagai macam, tetapi memangnya dia bisa mencium Wina?Jangankan seorang wanita yang sudah menikah. Bahkan dengan wanita lajang sekalipun, Jodie tidak mungkin memanfaatkan permainan untuk asal mencium seorang wanita seperti ini.Jodie ingin melakukannya berdasarkan persetujuan kedua belah pihak. Namun, semenjak dia menyukai Wina, "persetujuan kedua belah pihak" ini adalah impian yang tidak akan pernah terjadi.Jodie menekan rasa sukanya, lalu menendang Jordan dengan kencang. "Akal bulus apa yang ada di otakmu, hah! Memangnya aku ini manusia apaan yang sembarangan mencium orang!"Setelah itu, Jodie segera melirik Wina. Dia berusaha sebisa mungkin untuk mengendalikan emosinya, lalu bangkit berdiri dan berjalan pergi. "Kami sudah memberikan hadiah pernikahannya, jadi kami pamit dulu."Jordan yang belum berhasil balas dendam kepada Jihan terlihat agak enggan untuk pergi, tetapi nyalinya langsung ciut begitu Jodie meliriknya dengan tajam. Jordan pun menund
Jefri yang menonton kehebohan ini dari samping pun mendengkus dengan dingin."Siapa juga yang jadi kakakmu? Berhenti bicara seenaknya!"Sebenarnya, Jihan memang kakaknya Jordan.Wina menyanggah dalam hati, lalu bangkit berdiri dan berjalan ke hadapan Jordan."Tuan Muda Jordan, kamu sudah dua kali memiliki ide licik seperti ini melalui permainan. Kamu bukan hanya mempermalukanku, tapi juga sangat nggak menghormatiku. Mulai sekarang, jangan panggil aku kakak lagi."Itu berarti seorang adik laki-laki tidak seharusnya memperlakukan kakak perempuannya seperti ini. Masalahnya, Jordan benar-benar tidak terpikir tentang rasa hormat dan etika.Dia hanya ingin membuat Jihan marah. Dia tidak menyangka tindakannya itu akan mempermalukan Wina. Jordan baru menyadarinya sekarang, tapi sayang sudah terlambat."Kak, aku nggak tahu siapa yang bakal dapat kartu Joker itu. Sekalipun ujung-ujungnya aku yang dapat, aku akan tetap menciumnya. Aku cuma mau membuatnya marah."Namun, Jordan tidak menyangka yang
Setelah beberapa hari berlangsung, pesta pernikahan pun berakhir dengan lancar.Waktu acara selesai, Sara mengantar pulang yang lebih tua terlebih dulu, baru mengantar yang sepantaran dengannya. Semua anggota Keluarga Lionel memuji Sara yang sangat sopan dan begitu menghormati sesama.Mendengar para ipar memuji Sara, Sisilia pun berhenti melangkah sesaat dan menoleh ke arah Sara yang berdiri di bawah kapal.Sisilia tersenyum bangga saat melihat Sara yang sedang memberikan suvenir pernikahan pada setiap anggota Keluarga Lionel yang turun dari kapal.Entah kenapa, setelah berinteraksi dengannya selama beberapa hari, Sisilia jadi menyukainya.Setelah semua orang pulang, Sara melirik Wina yang sedari tadi sudah menemaninya."Selain suvenir, aku ada hadiah lain buatmu."Wina tidak sungkan dan langsung mengulurkan tangannya, "Apa?"Sara menyerahkan suvenir juga selembar foto ke tangan Wina, "Coba lihat, suka nggak?"Wina melihat foto di tangannya yang menunjukkan seluruh anggota Keluarga Lio
Setelah mengucapkan selamat tinggal pada semuanya, Reo pun naik pesawat ke Parama.Wina dan Sara juga ikut pergi.Reo memberi tahu Lilia bahwa dia memenangkan penghargaan nobel kedokteran.Sara memberi tahu Lilia bahwa dia sudah menikah dengan Jefri dan saat ini sedang hamil.Hanya Wina yang tidak punya cerita untuk Lilia karena sampai sekarang dia masih belum hamil, dia belum berhasil memenuhi keinginan Lilia.Wina berjongkok di depan kuburan dan mengusap batu nisan Lilia. Setelah beberapa saat, dia berdiri, menatap sisa-sisa matahari terbenam dan berbicara dengan lembut."Lilia, semoga kamu bisa secepatnya bertemu dengan Yuno."Wina berharap Lilia bisa secepatnya bertemu dengan pujaan hatinya dan bersama selamanya.Wina sendiri akan bekerja keras supaya bisa cepat hamil sehingga nanti dia punya cerita untuk diceritakan pada Lilia.Pembagian saham sudah selesai, Jefri sudah menikah dan Wina sudah bertemu dengan Lilia. Sekarang hanya tinggal satu hal yang harus dia lakukan.Yaitu menye