Jodie langsung sibuk membayangkan berbagai macam, tetapi memangnya dia bisa mencium Wina?Jangankan seorang wanita yang sudah menikah. Bahkan dengan wanita lajang sekalipun, Jodie tidak mungkin memanfaatkan permainan untuk asal mencium seorang wanita seperti ini.Jodie ingin melakukannya berdasarkan persetujuan kedua belah pihak. Namun, semenjak dia menyukai Wina, "persetujuan kedua belah pihak" ini adalah impian yang tidak akan pernah terjadi.Jodie menekan rasa sukanya, lalu menendang Jordan dengan kencang. "Akal bulus apa yang ada di otakmu, hah! Memangnya aku ini manusia apaan yang sembarangan mencium orang!"Setelah itu, Jodie segera melirik Wina. Dia berusaha sebisa mungkin untuk mengendalikan emosinya, lalu bangkit berdiri dan berjalan pergi. "Kami sudah memberikan hadiah pernikahannya, jadi kami pamit dulu."Jordan yang belum berhasil balas dendam kepada Jihan terlihat agak enggan untuk pergi, tetapi nyalinya langsung ciut begitu Jodie meliriknya dengan tajam. Jordan pun menund
Jefri yang menonton kehebohan ini dari samping pun mendengkus dengan dingin."Siapa juga yang jadi kakakmu? Berhenti bicara seenaknya!"Sebenarnya, Jihan memang kakaknya Jordan.Wina menyanggah dalam hati, lalu bangkit berdiri dan berjalan ke hadapan Jordan."Tuan Muda Jordan, kamu sudah dua kali memiliki ide licik seperti ini melalui permainan. Kamu bukan hanya mempermalukanku, tapi juga sangat nggak menghormatiku. Mulai sekarang, jangan panggil aku kakak lagi."Itu berarti seorang adik laki-laki tidak seharusnya memperlakukan kakak perempuannya seperti ini. Masalahnya, Jordan benar-benar tidak terpikir tentang rasa hormat dan etika.Dia hanya ingin membuat Jihan marah. Dia tidak menyangka tindakannya itu akan mempermalukan Wina. Jordan baru menyadarinya sekarang, tapi sayang sudah terlambat."Kak, aku nggak tahu siapa yang bakal dapat kartu Joker itu. Sekalipun ujung-ujungnya aku yang dapat, aku akan tetap menciumnya. Aku cuma mau membuatnya marah."Namun, Jordan tidak menyangka yang
Setelah beberapa hari berlangsung, pesta pernikahan pun berakhir dengan lancar.Waktu acara selesai, Sara mengantar pulang yang lebih tua terlebih dulu, baru mengantar yang sepantaran dengannya. Semua anggota Keluarga Lionel memuji Sara yang sangat sopan dan begitu menghormati sesama.Mendengar para ipar memuji Sara, Sisilia pun berhenti melangkah sesaat dan menoleh ke arah Sara yang berdiri di bawah kapal.Sisilia tersenyum bangga saat melihat Sara yang sedang memberikan suvenir pernikahan pada setiap anggota Keluarga Lionel yang turun dari kapal.Entah kenapa, setelah berinteraksi dengannya selama beberapa hari, Sisilia jadi menyukainya.Setelah semua orang pulang, Sara melirik Wina yang sedari tadi sudah menemaninya."Selain suvenir, aku ada hadiah lain buatmu."Wina tidak sungkan dan langsung mengulurkan tangannya, "Apa?"Sara menyerahkan suvenir juga selembar foto ke tangan Wina, "Coba lihat, suka nggak?"Wina melihat foto di tangannya yang menunjukkan seluruh anggota Keluarga Lio
Setelah mengucapkan selamat tinggal pada semuanya, Reo pun naik pesawat ke Parama.Wina dan Sara juga ikut pergi.Reo memberi tahu Lilia bahwa dia memenangkan penghargaan nobel kedokteran.Sara memberi tahu Lilia bahwa dia sudah menikah dengan Jefri dan saat ini sedang hamil.Hanya Wina yang tidak punya cerita untuk Lilia karena sampai sekarang dia masih belum hamil, dia belum berhasil memenuhi keinginan Lilia.Wina berjongkok di depan kuburan dan mengusap batu nisan Lilia. Setelah beberapa saat, dia berdiri, menatap sisa-sisa matahari terbenam dan berbicara dengan lembut."Lilia, semoga kamu bisa secepatnya bertemu dengan Yuno."Wina berharap Lilia bisa secepatnya bertemu dengan pujaan hatinya dan bersama selamanya.Wina sendiri akan bekerja keras supaya bisa cepat hamil sehingga nanti dia punya cerita untuk diceritakan pada Lilia.Pembagian saham sudah selesai, Jefri sudah menikah dan Wina sudah bertemu dengan Lilia. Sekarang hanya tinggal satu hal yang harus dia lakukan.Yaitu menye
Terakhir kali Sam datang ke Keluarga Ivoron untuk mensurvei lokasi konstruksi, Andrew-lah yang menemaninya, jadi sam tentu langsung mengenali Andrew. Dengan santai Sam berjabat tangan dengan Andrew yang sudah akrab dengannya."Tuan Muda Andrew, maaf sudah menunggu lama.""Nggak masalah."Andrew menjawab dengan acuh tak acuh, lalu melihat ke arah Wina di samping Sam."Aku nggak menyangka ternyata Nona Vera terlihat jauh lebih cantik dibanding di foto."Andrew terlihat terkejut, namun hanya untuk beberapa saat.Ini adalah pertama kalinya Wina bertemu langsung secara formal dengan Andrew.Andrew sangat tampan, bentuk wajahnya sempurna, kulitnya juga cerah dan bersinar. Andrew terlihat seperti seorang putra mahkota yang terlihat megah.Selain fitur wajahnya, aura yang memancar dari pria itu juga luar biasa. Gerak-geriknya sangat anggun dan terlihat jelas dia dari keluarga bangsawan."Tuan Muda Andrew juga lebih gagah daripada yang kelihatan di TV."Dipuji oleh Wina, Tuan Muda Andrew pun te
Wina pun tidak berkomentar lagi, dia takut menyinggung Andrew.Andrew melanjutkan dengan acuh tak acuh, "Dulu aku nggak bisa memahami kakek, tapi setelah besar aku baru sadar kalau waktu Kakek muda, dia juga jadi korban pernikahan untuk kepentingan bisnis."Wina yang berjalan di belakangnya juga ikut menghela napas, "Aku nggak menyangka keluarga ternama seperti kalian juga mengorbankan perasaan demi mengkonsolidasikan kepentingan keluarga."Andrew menoleh menatap Wina dan menjawab, "Ya begitulah di generasi kakekku."Wina menatap Andrew balik dan bertanya, "Jadi di generasi kalian sudah nggak begitu?"Andrew tersenyum anggun, "Kakek bilang cukup dia saja yang berkorban. Anak-anaknya bebas menikah dengan siapa pun yang mereka inginkan."Hal pertama yang dilakukan James setelah mengambil alih kekuasaan keluarga adalah mengubah kebiasaan dan aturan buruk yang ditetapkan oleh generasi sebelumnya.Wina jadi penasaran. Kalau keluarganya tidak lagi menganut pernikahan bisnis, kenapa Andrew ma
Ketika Wina melihat sosok Andrew menghilang, dia langsung berbisik pada Sam, "Pak Sam, Tuan Muda Andrew lagi ngetes kita, jadi jaga ucapanmu."Sam sedang menggosok pergelangan tangannya dan menjawab acuh tak acuh, "Orang-orang seperti mereka ya memang begitu. Makin kamu waspada, dia makin curiga. Tenanglah, bersikap biasa saja."Dalam urusan lapangan mengurus proyek, Sam tentu lebih banyak pengalaman berurusan dengan keluarga bangsawan.Wina pun mendengarkan saran Sam. Dia menenangkan hatinya dan mulai melihat-lihat isi dalam rumah.Dekorasi rumah itu sangat sederhana, seperti salah satu keluarga biasa Kameria Utara, bukan seperti keluarga bangsawan.Satu-satunya hal yang membuat rumah ini terasa agak unik adalah foto-foto retro yang ditempel di dinding.Yang unik dari foto-foto retro itu adalah foto itu terbelah menjadi dua.Sama seperti saat Wina salah paham terhadap Ivan, dia menggunting foto mereka dan membuang muka Ivan dari foto itu, menyisakan wajah Wina dan Sara saja.Pria di a
Wina naik ke atas menghampiri Andrew. Andrew tersenyum padanya dan membuka pintu ruang kerja, lalu mempersilakan Wina masuk."Nona Vera, silakan masuk."Begitu Wina masuk, dia disambut oleh pandangan ruang kerja yang sangat rapi dan luas, semua perabotan terbuat dari kayu, sinar matahari juga dibiarkan masuk dari jendela yang besar dan membuat ruangan itu terasa sangat hangat.Di ruangan itu, berdirilah seorang lelaki tua di depan jendela, punggungnya menghadap pintu. Rambutnya sudah memutih dan tubuhnya berbalut jas putih. Dia berdiri di depan jendela sambil mengagumi indahnya pemandangan di luar jendela."Kakek, Nona Vera sudah datang."Andrew mempersilakan Wina masuk dan memberi salam pada James dengan penuh hormat.James pun balik badan, menatap Wina dan menilai Wina dengan matanya yang dalam yang terlihat jelas pribadinya penuh pengalaman dan kebijaksanaan.Wina juga menilai James. Pria yang sudah lanjut usia itu masih terlihat gagah seperti foto di bawah.James tidak terlihat sep