Share

Bab 3. Ada Syaratnya

Author: Nychinta
last update Last Updated: 2025-02-07 09:58:13

*Beberapa saat sebelumnya*

Di dalam ruangan kantor eksekutif yang luas, Zayden Wicaksana tampak duduk dengan ekspresi dingin, menelusuri sejumlah dokumen di tangan.

“Tuan, ini laporan lengkap perihal nama-nama karyawan yang diduga memiliki keterlibatan dengan manajemen lama yang bermasalah. Ada juga sejumlah karyawan berprestasi yang kami harap bisa dipertahankan dan digunakan untuk menggantikan manajemen lama,” ucap manager HR seraya memberikan sebuah tablet kepada Zayden.

“Hmm, aku akan mengeceknya. Kamu bisa pergi,” ucap pria tersebut.

Saat Manager HR meninggalkan ruangannya, Zayden pun beralih mengalihkan pandangan pada tablet yang baru saja diletakkan di mejanya. Dia mulai memeriksa satu persatu data karyawan, sampai akhirnya … pandangannya terpaku pada satu wajah yang terlihat sangat familier.

Mata Zayden menggelap, dan dia melihat nama karyawan tersebut.

Alisha Gayatri.

Seketika, rahang Zayden mengeras dan senyuman sinis yang mengerikan terlukis di bibirnya.

“Alisha Gayatri,” gumamnya dengan suara rendah, namun penuh ancaman. “Ternyata tidak susah untuk menemukanmu,” ucapnya dengan amarah menggebu dalam hati.

Bagaimana tidak? Wanita itulah yang menjadi awal dari semua kekacauan dalam hidupnya!

Kalau saja Alisha tidak muncul malam itu di depan ibunya, Zayden tidak akan dipindahkan dari kantor pusat ke kantor cabang yang bobrok ini!

Kalau bukan karena Alisha, tidak mungkin sekarang posisinya sebagai calon pewaris menjadi terancam!

Sejak insiden di restoran, Martha Wicaksana—ibunya—bersikeras agar Zayden bertanggung jawab terhadap Alisha. Kalau memang Alisha tidak hamil, paling tidak Martha ingin menemuinya terlebih dahulu sebelum menentukan langkah selanjutnya.

Tak ada alasan dari Zayden yang bisa membuat wanita itu mengubah pikirannya. Semua bantahan ditolak mentah-mentah!

Seakan tidak cukup buruk, begitu tiba di rumah, Martha langsung melaporkan kejadian itu kepada suaminya, Jimmy Wicaksana, ayah Zayden.

Alih-alih marah atau merasa kecewa, ayah Zayden malah terlihat gembira.

Sama seperti Martha, kejadian ini dianggap sebagai konfirmasi bahwa putra sulungnya tidak memiliki ‘selera menyimpang’, seperti yang selama ini ia khawatirkan!

Tanpa memberi kesempatan Zayden untuk berargumen, keputusan tidak masuk akal pun dijatuhkan.

Jimmy mengirimnya ke anak perusahaan yang sedang mengalami krisis besar. Dia hanya bisa keluar dari tempat ini dengan dua cara:

Membawa seorang istri ke rumah.

Menyelamatkan perusahaan cabang dalam waktu tiga bulan.

Tiga bulan!? Itu jelas tantangan yang gila! Terutama karena kantor cabang memiliki masalah korupsi yang berat dan hanya bisa diselamatkan dengan memulai dari nol, sesuatu yang perlu dilaksanakan dalam waktu berbulan-bulan!

Namun, tak peduli seberapa keras Zayden membantah, keputusan orang tuanya sudah final. Satu-satunya jalan keluar dari neraka ini adalah wanita itu, Alisha Gayatri.

Dan sekarang…

Tanpa perlu mencarinya, wanita itu sudah ada di hadapannya sendiri.

Senyuman miring terukir di bibir Zayden. “Sepertinya, dunia sedang berpihak padaku.”

Dia menggeser tabletnya ke arah asistennya, Arsel. “Panggil wanita ini ke sini. Sekarang.”

Selanjutnya, yang terjadi adalah Arsel meminta manager sales memanggil Alisha, dan Alisha pun berada di hadapan Zayden dengan wajah pucat.

Alisha merasakan lututnya melemas. Situasinya saat ini buruk. Benar-benar buruk.

Siapa yang menyangka pria yang menjadi korban kesalahan sandiwaranya kemarin adalah bosnya hari ini!?

Melihat Alisha terdiam mematung, Zayden menaikkan alis kanannya. Sudah pria itu duga wanita itu akan sangat kaget melihatnya.

“Alish—"

"Saya mengaku salah, Pak! Tolong jangan pecat saya!"

Zayden terkejut, matanya agak membesar dan pandangannya yang tajam sedikit melunak. Sama sekali tidak pria itu sangka wanita ini akan bersujud di hadapannya seperti seorang menteri di hadapan kaisar.

“Saya benar-benar salah! Saya minta maaf atas kejadian kemarin, Pak!” suara Alisha begitu lantang dan wajahnya dibenamkan di lantai, membuat Zayden tidak bisa melihat ekspresinya yang terpojok.

Namun, permintaan maaf Alisha membuat Zayden mendengus. Pria yang tadi terkejut itu sekarang berubah menyipit. “Cepat juga mengaku salah,” ucapnya dingin. “Akan tetapi, setelah mempermalukan saya di depan umum dan berbohong kepada orang tua saya… sekarang kamu masih berani memohon untuk tetap bekerja di sini?”

Nada suara Zayden berubah tajam. “Tidak tahu malu sekali kamu.”

Tubuh Alisha menegang. Dia menggigit bibirnya, sudah dia duga Zayden tidak akan melepaskannya dengan mudah. Rasa malu di hari kemarin pasti juga sangat membekas kepada pria itu, terutama karena Alisha mengaku sebagai kekasih hamil yang ditinggal menikah.

Tapi tidak, Alisha tidak boleh menyerah!

Dengan cepat, Alisha mendongak dengan mata berkaca-kaca.

"Sa-saya juga terpaksa, Pak! Kalau bukan karena terpaksa, mana mungkin saya bersandiwara seperti itu?!"

Zayden menautkan alisnya. “Terpaksa?” gumamnya, mulai curiga.

Pria itu punya banyak musuh. Kemungkinan ada seseorang yang ingin menjatuhkannya bukan hal yang mustahil. Jadi, apa wanita ini kiriman salah satu musuhnya?

“Siapa yang menyuruhmu melakukan hal ini?” tanyanya tajam.

Alisha menelan ludah. Dia bisa merasakan nada suara pria itu semakin menekan.

Dia berpikir cepat. Kalau jujur, dia pasti akan dimaki habis-habisan. Bahkan, dia pasti akan dipecat! Akan tetapi, kalau ingin berbohong, bagaimana caranya agar bisa dipercaya?

Akhirnya, Alisha menghela napas berat. Dia hanya ada satu cara.

"S-sebenarnya… saya salah orang, Pak."

Mata Zayden semakin menyipit. “Salah orang?”

Alisha mengangguk cepat. “Saat itu harusnya…”

Dia lalu menceritakan semuanya. Tentang bagaimana sahabatnya meminta bantuan untuk menggagalkan pertemuan pria yang disukainya dengan wanita yang dijodohkan padanya.

Tentang bagaimana sahabatnya mengancam akan bunuh diri jika pria itu menikah.

Tentang bagaimana dia melakukan ini demi persahabatan.

Tentu saja, Alisha tidak mengatakan soal uang 50 juta.

Dia hanya menekankan betapa dramatisnya situasi sahabatnya yang akan berakhir tragis jika dia tidak melakukan sesuatu.

Setelah mengakhiri ceritanya, Alisha menelan ludah dan tersenyum canggung.

"U-untungnya perjodohan itu batal, Pak. Jadi teman saya nggak jadi bunuh diri juga…."

BRAK!!

Suara meja yang digebrak membuat Alisha melonjak kaget.

Jari-jarinya langsung saling meremas, wajahnya sedikit pucat.

Zayden menatapnya penuh amarah. “Temanmu tidak jadi patah hati, tapi muka saya mau ditaruh di mana sekarang!?”

Suara baritonnya memenuhi ruangan, membuat Alisha menundukkan kepala dalam.

“Asal kamu tahu!” lanjut pria itu dengan suara penuh kemarahan. “Kejadian kemarin dilihat langsung oleh tamu restoran, yang mana sebagian besar jelas mengenal saya dan orang tua saya! Sekarang saya terkena hukuman, dikirim ke perusahaan bermasalah ini, semua karena kamu!”

Alisha mengepalkan tangannya, lalu mengangkat wajahnya dengan suara lirih.

“Pak, saya akan melakukan apa pun, tapi tolong jangan pecat saya….”

Matanya yang biasanya ceria kini penuh dengan ketakutan.

Jika dia dipecat, bagaimana bisa dia bertahan? Lima puluh juta dari Yumi memang besar, tapi itu diperuntukkan untuk hal lain yang tidak bisa diganggu gugat!

Zayden menatap Alisha lama. Ekspresinya masih keras, tapi pikiran jelinya mulai berjalan.

Wanita ini masih menyembunyikan sesuatu.

Tapi lebih dari itu…

Ada cara yang jauh lebih baik untuk membuat Alisha membayar semua kesalahannya.

Dengan suara pelan, dia berkata, “Saya bisa tidak pecat kamu.”

Mata Alisha berbinar. “Serius, Pak?! Astaga, Bapak baik sekali! Memang orang tampan itu hatinya baik dan–”

“Tapi ada syaratnya.”

Kalimat itu langsung memotong harapan Alisha.

Dia langsung diam, tahu bahwa tidak mungkin syarat yang dilontarkan Zayden Wicaksana akan semudah itu dipenuhi.

“… Apa syaratnya, Pak?” tanyanya hati-hati.

Zayden menatapnya tajam.

Kemudian, dengan suara rendah namun penuh kepastian, dia berkata, “Jadi istri saya.”

Alisha membeku. “Hah!?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 4. Cukup Menarik

    Alisha terkejut, matanya membesar mendengar pernyataan Zayden. “Apa Bapak tidak salah ngomong?” tanyanya ragu, suaranya sedikit meninggi karena keterkejutan. Namun, alih-alih mendapat jawaban masuk akal, wajah Zayden malah terlihat semakin menggelap. “Aku tidak punya waktu untuk bermain-main seperti kamu,” balasnya dingin. “Kalau kamu tidak mau dipecat, jadi istri saya.” Alisha mengerjapkan mata, memastikan telinganya tidak salah dengar dan otak Zayden bekerja dengan baik. Namun, wajah serius pria di depan mata menunjukkan bahwa ini bukan lelucon. “Lagipula,” lanjut Zayden, nada suaranya penuh sindiran, “seperti yang kamu bilang kemarin, kalau sudah menghamili wanita, bagaimana mungkin aku tidak bertanggung jawab, bukan?” Alisha menelan ludah, merasa kepalanya mendadak pusing. Namun, di tengah keterkejutannya, sebuah pemikiran aneh muncul dalam benaknya. Apa mungkin pria ini… hanya ingin menutupi kelainan orientasi seksualnya? Alisha langsung teringat dengan ibunya Za

    Last Updated : 2025-02-07
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 5. Memerintah Bos, Kenapa Tidak?

    Saat tiba di kediaman orang tuanya, Zayden bahkan belum sempat duduk sebelum suara tegas ibunya langsung menyambut. “Zayden! Sini, Mama mau bicara.” Zayden menghela napas. Dia mengikuti ibunya ke ruang keluarga, duduk, lalu berkata, “Kalau ini tentang ‘wanita itu’, bisa kita tunda dulu? Aku lelah.” “Zayden, tidak sopan memanggilnya ‘wanita itu’ terus! Beri tahu Mama namanya!” Seperti yang sudah Zayden duga. Sang ibu benar-benar menanyakan soal Alisha. Tidak ingin memperpanjang masalah, akhirnya Zayden menjawab dengan nada datar, “Alisha Gayatri.” Mata Martha berbinar. “Jadi namanya Alisha, ya?” Nada bicaranya melembut saat menyebut nama wanita yang ia bayangkan akan menjadi calon menantunya. Wanita itu cantik, dengan wajah manis yang sulit dilupakan. “Namanya cukup bagus,” puji Martha, membuat Zayden diam-diam memutar bola mata. “Lalu, bagaimana latar belakang keluarganya? Dia anak ke berapa? Orang tuanya bekerja di mana?” “Dia tidak punya orang tua. Keluarga juga tid

    Last Updated : 2025-02-07
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 6. Wanita Sewaan

    Tepat saat jarum jam menunjuk ke angka lima, Alisha sudah keluar dari rumah dan menunggu di lobi apartemennya. Di sana, sebuah mobil hitam mewah sudah terparkir, kentara sedang menunggu seseorang.Perlahan, kaca pintu belakang mobil terbuka, dan sosok tampan Zayden yang hadir dengan jas hitam, muncul sembari menatap tajam dirinya. “Masuk,” titah pria itu, membuat Alisha menelan ludah.Masuk setelah dibukakan pintu oleh sang sopir, Alisha pun masuk dan duduk di sebelah Zayden. Di bibir, wanita itu tidak lupa memaksakan sebuah senyum ke arah Zayden.“Maaf, Pak, karena saya ketiduran, jadi merepotkan Bapak,” ucapnya berbasa-basi.Hanya mendengus dan tidak membalas, Zayden mengalihkan pandangan ke depan, pada sopir yang sudah kembali siap di depan kemudi. “Jalan,” perintahnya dengan nada rendah penuh tekanan.Tahu jelas bahwa Zayden sedang marah, Alisha pun memutuskan untuk bungkam. Dia tidak mau mencari-cari masalah dengan singa tidur itu.Namun, memang hidup tidak selalu berjalan sesu

    Last Updated : 2025-02-28
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 7. Pacar Hamil

    Semua orang menoleh, lalu melihat seorang wanita muda bertubuh ramping dengan gaun ketat menghampiri. Rambut panjang bergelombangnya mencapai pinggang, dan wajahnya yang cantik tampak diselimuti keangkuhan.Ekspresi Zayden mengeras, dan dia langsung menarik Alisha mendekat ke sisinya, seakan melindungi wanita itu. “Jaga bicaramu, Tania,” balas Zayden dengan ekspresi gelap dan suara rendah yang mengancam. “Apa kamu sedang menghina calon istriku?”Diam-diam, Alisha cukup terkejut. Kalau bukan karena dirinya tahu mereka sedang bersandiwara, dia bisa mengira Zayden benar-benar perhatian padanya!Wanita bernama Tania, yang Alisha duga adalah sepupu Zayden, mengedikkan kedua bahunya. “Bukan menghina, Zay, hanya mempertanyakan aja,” ucapnya. “Tante Vivian tuh nggak salah loh. Dari dulu kami nggak pernah dengar kamu dekat sama wanita, tapi sekarang kamu tiba-tiba bisa bawa calon istri ke rumah, siapa sih yang nggak merasa aneh?”Semua orang mulai berbisik, merasa omongan Tania ada benarnya.

    Last Updated : 2025-02-28
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 8. Pembuktian

    Bukan cuma Alisha yang berakhir terbengong, tapi seisi ruangan seolah membeku, terlebih lagi Vivian dan Tania. “Pa, Papa bilang apa? Hamil? Siapa yang hamil? Anaknya siapa?!” seru Vivian, sedikit terlalu panik untuk memproses pernyataan sang ayah. Henry menghela napas, seolah putrinya baru saja menanyakan sesuatu yang sangat jelas. Ia lalu melirik Alisha, ekspresinya berubah lembut, sebelum mengumumkan dengan lantang, “Alisha sedang mengandung anak Zayden, dan karena itu, mereka akan menikah secepatnya!” DUAR! Seolah granat meledak di tengah ruangan, semua orang langsung berseru dan berbisik-bisik. “Apa? Jadi, Zayden benar-benar punya pacar secara diam-diam dan tidak menyimpang?” “Pacarnya bahkan sudah hamil! Bagaimana dia bisa dirumorkan menyimpang?!” Melihat pernyataannya mengenai Zayden mulai tergeser, Tania yang masih tidak percaya dengan ucapan itu langsung berkata, “Kakek jangan mengada-ada. Mana mungkin Zayden menghamili wanita? Selama ini kita tahu dia ini kan menyimpang

    Last Updated : 2025-02-28
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 9. Akting yang Berbahaya

    ‘Astaga, Alisha! Kamu benar-benar gila!!!’ Alisha berteriak panik dalam hati. ‘Harusnya Pak Bos gak marah, kan?!’ tambahnya lagi. ‘Ini demi akting agar sukses, kan?!!’ Alisha kemudian melihat ke dalam mata Zayden yang saat ini tubuhnya sedikit menegang. Namun, Zayden masih tidak bereaksi lebih. Hanya tatapan matanya yang semakin dalam, menyapu wajah Alisha yang kini bersemu merah.Alisha yang sadar kalau dia sudah kelewatan, berniat menarik dirinya mundur. Namun, tangan kanan Zayden tiba-tiba menahan tengkuknya, membuat Alisha tidak bisa bergerak. Lalu, pria itu memiringkan kepalanya sedikit, dan mulai membalas, bahkan memperdalam ciuman mereka!‘Apa yang–!’Protesnya hanya tersangkut di tenggorokan ketika kehangatan yang menguar dari bibir pria itu mulai melumpuhkan kewarasannya. Sensasi itu mengalir deras, merampas akal sehatnya. Ia ingin berontak. Harusnya berontak. Tapi sial! Tubuhnya justru berkhianat. Ia larut dalam ciuman yang menuntut, seolah dunia hanya milik mereka berdua.

    Last Updated : 2025-03-15
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 10. Bukan Sebuah Kontrak

    Pertanyaan Zayden yang tiba-tiba terlontar membuat Alisha membeku. Wanita itu menoleh cepat dengan bingung.“Hah?” Alisha tak bisa menyembunyikan sedikit rasa tersinggungnya.Zayden meliriknya sekilas, lalu berkata, “Apa aku salah?” Pria itu mendengus dingin dan menambahkan, “Berani menciumku di depan banyak orang seperti itu, kentara sekali kamu sangat profesional dan berpengalaman dalam hal ini, bukan begitu?” tanyanya. “Berapa banyak pria yang sudah kamu cium?”Mendengar kalimat Zayden dan juga nada bicara pria itu yang seakan merendahkan, membuat Alisha merasa emosinya membumbung tinggi.Kalau bukan karena dirinya terikat perjanjian untuk membantu Zayden, dan juga merasa kasihan dengan betapa pria itu disalahpahami, apa pria itu pikir Alisha akan nekat menciumnya!?Namun, Alisha tahu marah tidak ada gunanya, terutama karena bosnya ini adalah kulkas berjalan. Alhasil, dia hanya menjawab singkat, “Itu ciuman pertama saya.”CIIIT!“Aduh!”Rem yang diinjak kencang secara mendadak memb

    Last Updated : 2025-03-16
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 11. Seorang Adik

    “Ugh … aku kayaknya bisa mati muda deh …” gumam Alisha setengah menggeram selagi membaringkan kepalanya di atas meja kantor.Walau pagi ini dia mendapatkan tugas kantor yang lebih banyak dari biasanya, tapi Alisha tidak bisa fokus mengerjakan apa pun. Semua itu karena benaknya terus kembali ke percakapannya dengan Zayden di malam yang lalu.“Apa maksud Bapak pernikahan sesungguhnya? Bapak nggak berniat bercerai dengan saya setelah menikah?!” tanya Alisha malam itu.“Pernikahan bukan permainan. Orang waras mana yang akan menikah dan cerai semudah itu?” balas Zayden dengan wajah datarnya. Padahal, dia sendiri menawarkan pernikahan kepada orang tak dikenal hanya karena terpojok situasi!“Tapi–”“Pokoknya, saya nggak berniat menceraikan kamu setelah menikah. Kalau kamu keberatan, bisa saja kita batalkan semuanya, tapi kamu tetap saya pecat dan …” sebuah seringai terlukis di wajah Zayden, “...nanti kamu akan bermasalah dengan keluarga Wicaksana.”Mengingat pernyataan Zayden membuat Alisha m

    Last Updated : 2025-03-17

Latest chapter

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 47. Apa Berubah Selera?

    Di dalam kendaraan yang membawanya pulang kembali ke kantor Zayden mengirimkan pesan singkat itu pada Alisha, dan tidak berselang lama, wanita itu membalasnya.[“Baiklah! Sore nanti pulang kantor aku akan pergi ke rumah sakit dulu untuk menjenguk Nariza.”]Hanya saja Zayden membacanya dengan wajah datar dan tanpa ekspresi berarti.“Tuan, untuk pengerjaan interior apartemen Anda bisa diselesaikan seluruhnya dalam waktu dua hari lagi dan paling lama bisa tiga hari lagi.” Ucapan Arsel barusan membuat Zayden mengalihkan perhatiannya dari ponsel itu dan segera memasukkan benda pipih itu ke dalam sakunya.“Tidak masalah, yang jelas kamar untuk Nariza selesaikan lebih cepat, karena dokter yang merawatnya mengatakan padaku kalau anak itu sudah bisa pulang besok.” Zayden berkata dengan tenang.“Untuk kamar, sudah saya katakan pada pemborong untuk mempercepatnya, kemungkinan hari ini semuanya sudah rampung.” Arsel langsung memberikan keterangannya.Zayden mengangguk singkat. “Alisha … apa dia a

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 46. Laporan ...?

    “Apa kamu bilang?!”Zayden mengembuskan napas dalam sambil menggeleng pelan, seolah menertawakan sesuatu yang hanya bisa ia mengerti. Senyumnya mengembang tipis, nyaris mengejek, namun tak sepenuhnya dingin. Ia menatap Alisha dengan ekspresi geli. Lagipula, apa yang dalam pikiran Zayden tentu saja berbeda dengan Alisha.“Alisha, sudah kukatakan ini tidak sesederhana itu,” ujarnya tenang, matanya menelusuri wajah polos Alisha yang masih penuh rasa penasaran.‘Tentu saja tidak sederhana… karena kamu tidak suka wanita!’ seru Alisha dalam hati. Tapi dia menahan diri untuk tidak mengatakannya. Ia tidak ingin menyakiti Zayden atau membuatnya merasa tersudut dengan ‘kelainannya’.“Aku hanya mengatakan hal yang paling mungkin saja, lagi pula alasan nenekmu tidak suka denganku sangat logis, karena aku ini bukan siapa-siapa. Seharusnya yang menjadi pendampingmu setidaknya orang yang satu level dan satu lingkungan dengan keluargamu.” Alisha mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya kepada Zayde

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 45. Bukti yang Tak Terbantahkan

    Sudah hampir pukul setengah satu malam, tetapi Alisha masih betah berlama-lama di lantai bawah. Tangannya sibuk merapikan barang bawaan dan menata belanjaannya, meski sebenarnya pekerjaan itu bisa selesai jauh lebih cepat. Namun, dia sengaja memperlambat gerakannya—berpura-pura sibuk demi menghindari satu hal: menatap mata Zayden. Sejak insiden tadi, tubuhnya terasa panas dingin, dan jantungnya tak berhenti berdebar.“A-apa yang kamu lakukan barusan?” Suara Zayden terdengar datar saat itu, namun cukup untuk memecah keheningan yang sempat tercipta karena ulahnya itu. Nada terkejutnya begitu jelas, sama bingungnya dengan apa yang dirasakan Alisha.Alisha jelas panik. “Itu tadi … cuma ungkapan terima kasih! Iya, terima kasih aja!” jawabnya tergagap, tak berani menatap wajah pria itu. Wajahnya sudah memerah karena malu. Tanpa berpikir panjang, dia segera berbalik dan menjauhi Zayden, sibuk dengan barang-barang miliknya yang diletakkan oleh Zayden di ruang tengah.‘Alisha kamu benar-benar g

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 44. Terima Kasih

    Alisha berkedip pelan, matanya masih berat oleh kantuk. Tapi ada sorot aneh di matanya—bukan sepenuhnya sadar, tapi cukup membuat Zayden menahan napas. Tatapan itu ... seperti menggambarkan sesuatu yang seharusnya tak tertangkap. Seperti mendengar bisikan yang tak ditujukan untuknya. “Kamu …,” gumam Alisha, suaranya serak dan pelan, seolah hendak mengulang potongan kalimat yang baru saja melayang di telinganya. Zayden membeku. Mata Alisha menatap lurus ke arah Zayden. “Kamu bilang aku pasti melin—” Tok! Panik singkat membuat Zayden tanpa pikir panjang menyentil kening Alisha dengan sedikit keras. “Aw!” Alisha meringis pelan, tangannya spontan menutup keningnya yang memerah. “Apa-apaan sih?!” protesnya dengan wajah kesal, matanya kini terbuka lebar karena rasa nyeri di keningnya akibat sentilan yang dibuat oleh zayden barusan. Zayden pura-pura bersikap santai, padahal jelas gugup. Ia mengangkat bahu, acuh. “Kamu mengigau, jadi aku bantu bangunin. Daripada kamu mimpi bica

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 43. Melindungimu

    Begitu duduk di dalam mobil, Alisha memejamkan mata sejenak, menarik napas dalam, lalu mengembuskannya perlahan lewat mulut. “Hmm... lumayan lega,” gumamnya pelan, mencoba menenangkan diri akibat dari tekanan yang dia terima dari nenek Zayden tadi. Tapi ketenangannya hanya bertahan sekejap. Saat membuka mata dan melihat ke arah Zayden—pria itu melihatnya dengan sorot mata gelap penuh tekanan—tubuhnya spontan berlonjak karena terkejut. “Ya ampun! Kaget tahu! Muka kamu serem banget kayak ib ….” sadar kalau mulutnya nyaris melakukan kesalahan Alisha langsung merapatkan bibirnya dan tidak meneruskan kalimatnya. “Apa?” Zayden berkata dengan nada dingin. “Mau mengatakan aku ini seperti iblis?” lanjut pria itu lagi. “Itu ….” Alisha langsung menunduk dan memainkan ujung-ujung jarinya, karena merasa bersalah sudah keterlaluan bicara dengan bahasa yang tidak pantas pada atasanya dan juga ‘suami’-nya itu. “Atau … mau mengatakan kalau kamu tidak suka wajah dinginku karena terlihat sepe

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 42. Istri yang Tahu Cara Bermain

    Suasana mendadak hening sejenak sesaat setelah Helena mengatakan hal itu. Helena mengundang Alisha untuk makan malam di rumahnya? Hal ini jelas membuat Zayden menatap Helena dengan cukup dalam. “Mengenalnya lebih dalam?” pertanyaan yang keluar dari mulut Zayden ini terkesan sangat dingin sekali.Helena mengangguk memastikan. “Tidak perlu mengenalnya lebih dalam, lagipula bukankah Anda punya pekerjaan yang lebih penting daripada sekedar mengurusi masalah pernikahanku ini.” Zayden jelas menolak perintah Helena tersebut.Akan tetapi Helena tersenyum tipis dan melihat ke arah Alisha dengan tatapan yang cukup tajam.“Alisha kan namamu?” Helena berkata pada Alisha.Alisha mengangguk pelan, saat mata tajam Helena tertuju padanya.“Aku mengundangmu ke kediamanku besok. Seharusnya, kamu tidak menolak ajakan dari tetua keluarga besar suamimu, kan?” Pertanyaan itu terdengar sedikit menekan.Zayden kembali ingin menjawab, hanya saja Alisha mengeratkan genggaman tangan mereka untuk membuatnya dia

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 41. Ingin Tahu Lebih Banyak

    Helena Wijaya, satu-satunya pewaris tunggal keluarga Wijaya. Pernikahannya dengan Henry Wicaksana-kakek Zayden-putra dari keluarga Wicaksana membuat bisnis kedua keluarga ini kian membesar. Insting bisnisnya cukup kuat, dan keputusan yang dia buat nyaris tidak pernah meleset. Dia tidak kalah hebat dengan suaminya dalam membesarkan bisnis mereka, hanya saja sejak beberapa bulan yang lalu, kondisi kesehatan Henry mengalami penurunan hingga akhirnya membuat Helena harus menetap sementara di luar negeri demi memastikan semuanya tetap berjalan stabil—baik bisnis, maupun kesehatan sang suami. Kini, di ruang yang sama, Alisha saat ini sudah duduk di samping Zayden. Tangan pria itu masih menggenggam tangan Alisha erat, seolah tak ingin melepaskannya. Akan tetapi, perhatian Alisha teralih bukan pada genggaman itu, melainkan pada interaksi diam-diam yang terjadi antara Zayden dan Helena. Ada sesuatu yang terasa janggal. Apalagi ketika Zayden menyapa neneknya dengan sebutan formal—“Nyonya

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 40. Ternyata Dia ....

    Zayden mendadak terdiam. Rahangnya mengeras, dan seulas senyum masam terbit di wajahnya, lebih mirip seringai kecut daripada tawa. Sorot matanya meredup sejenak, seolah menahan sesuatu yang tidak ingin ia ungkap. Ada kilatan tidak suka di matanya, meski mencoba menutupinya dengan sikap acuh. “Jangan banyak tanya,” ujarnya akhirnya, nada suaranya datar namun mengandung tekanan. “Makan saja. Nanti kamu akan tahu sendiri.” Mendapatkan respons yang seperti itu dari Zayden mendadak Alisha tersadar akan sesuatu. ‘Mana mungkin juga Zayden punya pacar, kan? Bukannya dia ini menyimpang!’ Alisha lalu melanjutkan makannya dengan cukup santai sambil menertawai canggung kebodohannya yang berkata hal itu pada Zayden. Namun, jauh di dalam lubuk hati Alisha, ada perasaan tidak enak. Kalau bukan persoalan mantan pacar, maka … kiranya siapa yang mampu membuat Zayden mengeluarkan ekspresi seperti itu? *** Sepanjang perjalanan mereka tidak terlibat percakapan yang cukup serius, pun Alisha

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 39. Apa Dia Mantan?

    Daripada bertanya maksud Zayden, Alisha lebih tertarik untuk tahu tentang pria itu.“Kamu nggak apa-apa?” tanyanya hati-hati.Zayden kembali duduk tanpa menjawab, pandangannya kosong. Jemarinya menaut di atas meja. Alisha bisa melihat betapa pria itu sedang menahan sesuatu. Sesuatu yang besar.Setelah pelayan mengantarkan pesanan makanan mereka yang terakhir, akhirnya Zayden berkata, “Besok, aku akan pergi lebih pagi, aku akan ke rumah mama lebih dulu.” Rasa penasaran ini makin menjadi-jadi hingga akhirnya Alisha tidak tahan untuk bertanya tanpa basa-basi lagi. “Kuperhatikan sejak mendapatkan telepon tadi, kamu menjadi gelisah, apa aku boleh tahu siapa yang menghubungimu?” Zayden menghentikan gerakan tangannya yang akan menyuapkan makanannya ke dalam mulut. Terlihat seperti sedang berpikir. “Itu bukan apa-apa,” jawabnya singkat, tetapi jelas saja itu tidak membuat Alisha puas.Wanita itu terlihat mendesah berat dan meletakkan sendok dan garpunya. “Bukan apa-apa tapi wajahmu kentara s

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status