Share

Bab 7. Pacar Hamil

Author: Nychinta
last update Last Updated: 2025-02-28 14:53:26

Semua orang menoleh, lalu melihat seorang wanita muda bertubuh ramping dengan gaun ketat menghampiri. Rambut panjang bergelombangnya mencapai pinggang, dan wajahnya yang cantik tampak diselimuti keangkuhan.

Ekspresi Zayden mengeras, dan dia langsung menarik Alisha mendekat ke sisinya, seakan melindungi wanita itu. 

“Jaga bicaramu, Tania,” balas Zayden dengan ekspresi gelap dan suara rendah yang mengancam. “Apa kamu sedang menghina calon istriku?”

Diam-diam, Alisha cukup terkejut. Kalau bukan karena dirinya tahu mereka sedang bersandiwara, dia bisa mengira Zayden benar-benar perhatian padanya!

Wanita bernama Tania, yang Alisha duga adalah sepupu Zayden, mengedikkan kedua bahunya. “Bukan menghina, Zay, hanya mempertanyakan aja,” ucapnya. “Tante Vivian tuh nggak salah loh. Dari dulu kami nggak pernah dengar kamu dekat sama wanita, tapi sekarang kamu tiba-tiba bisa bawa calon istri ke rumah, siapa sih yang nggak merasa aneh?”

Semua orang mulai berbisik, merasa omongan Tania ada benarnya.

Bibit keraguan yang mulai tumbuh membuat senyum Tania semakin mengembang. “Selain itu, kudengar belum lama kamu diberi ultimatum sama Kakek dan orang tuamu. Katanya, kalau kamu nggak segera menikah, nanti posisimu sebagai ahli waris akan dicabut. Ya, ‘kan?” 

Wanita itu tertawa kecil. 

“Ya, ada ultimatum begitu, ditambah adanya rumor bahwa kamu menyimpang, siapa yang nggak akan curiga bahwa kamu sewa perempuan untuk pura-pura jadi calon istri kamu? Semua demi harta warisan.”

Tania pun menoleh ke arah Alisha yang berada di belakang Zayden. “Nama kamu tadi siapa? Alisha, ‘kan? Hati-hati ya, Alisha. Kalau kamu bukan perempuan sewaan, sebaiknya kamu lebih waspada aja sama ‘calon suami’ kamu. Nanti habis menikah baru tahu dia nggak mampu, repot lagi.”

Mendengar itu, suasana menjadi sangat tegang. Walau tahu Tania sudah keterlaluan, tapi kenyataan dia adalah satu-satunya cucu perempuan di keluarga Wicaksana, permata Henry Wicaksana–Kakek Zayden–membuat tidak ada yang berani melawannya.

Di sisi lain, Vivian yang sebenarnya adalah senior, hanya terdiam dan tidak berniat melerai. Lagi pula, kalau memang Zayden terbukti menyimpang atau ketahuan menyewa perempuan untuk dijadikan calon istri, itu akan lebih baik!

Dengan begitu, putra Vivian bisa memiliki kesempatan lebih besar untuk dijadikan calon pewaris yang baru!

Tiba-tiba, di saat semua orang sibuk dengan pikirannya masing-masing, sebuah suara terdengar berkata, “Maaf, saya nggak tahu kebiasaan keluarga ini bagaimana, tapi rasanya ikut campur urusan Zayden dengan para tetua dan juga membahas tentang preferensinya sudah kelewatan batas deh.”

Semua orang, termasuk Tania, Vivian, dan Zayden, menoleh kaget. 

Ternyata, yang berbicara adalah Alisha!

Dengan alis menekuk, wajah cemberut, dan tangan berkacak di pinggang, Alisha yang tadinya ditarik Zayden ke belakang, sekarang melangkah maju. Kentara jelas dia tidak senang dengan apa yang sedang terjadi dan memutuskan untuk turut serta.

“Alisha…” panggil Zayden seraya meraih tangan Alisha. “Tenang….” 

Suara pria itu lembut, tapi terselipkan nada penuh tekanan. Dia ingin mengingatkan Alisha untuk diam saja dan jangan berbuat onar, sesuai pembicaraan mereka di mobil.

Namun, Alisha malah mendelik ke arah Zayden dan berucap, “Calon suamiku dihina orang tidak beretika, aku nggak mungkin bisa tinggal diam!”

Mendengar hal ini, orang-orang langsung terkejut, terutama Zayden.

Apa … wanita ini sedang membelanya? Dia sedang berakting, ‘kan?

Di sisi lain, Tania yang mendengar Alisha memanggilnya sebagai ‘orang tidak beretika’ langsung naik pitam. “Heh! Apa maksud kamu orang nggak beretika!?”

Alisha beralih menatap Tania, lalu melipat kedua tangannya. “Apa aku salah? Dari awal sampai akhir kamu bicara, siapa pun pasti sadar kalau kamu sedang menghina Zayden sebagai pria menyimpang dan merasa dia tidak mungkin suka perempuan. Akan tetapi, pun dia tidak suka perempuan, apa hakmu untuk menghinanya? Kamu merasa jadi orang suci sedunia!?”

Alisha melirik jari manis Tania yang tersematkan sebuah cincin pernikahan. Dia pun mendengus dan kembali menatap Tania lurus.

“Mbak, saya nggak begitu kenal sama mbaknya, tapi saya lihat mbaknya sudah menikah, jadi sebagai orang baik, cuma mau ngingetin aja. Nggak jarang loh pria yang sudah menikah berakhir ketahuan punya kesukaan menyimpang.” Alisha berpura-pura memasang wajah khawatir yang sangat natural. “Jadi, dibandingkan mengurus calon suami orang, lebih baik Mbak urus rumah tangga sendiri deh. Siapa yang tahu ‘kan apa yang Mbak khawatirkan terjadi sama orang lain, malah terjadi sama diri sendiri?”

“Pfft…”

Suara tawa tertahan terdengar dari berbagai sisi, termasuk Zayden yang tadi tegang, sekarang malah berusaha keras menutupi senyuman di bibirnya.

Sebaliknya, Tania yang tadi angkuh dan tidak tergoyahkan, sekarang merona merah dan merasa malu akibat ucapan Alisha. Seumur-umur, dia tidak pernah dihina seperti ini!

“Kamu–! Dasar wanita rendahan!” Tania langsung menghampiri Alisha, lalu mengangkat tangannya tinggi, bersiap menampar.

Namun, saat tangan Tania melayang dan Alisha belum sempat menghindar, Zayden langsung meraih tangan Alisha dan menarik wanita itu ke dalam pelukan. Alhasil, Tania yang meleset dari sasaran berakhir kehilangan keseimbangan.

“Ah!” 

Bruk!

“Tania!”

Melihat Tania terjatuh, Vivian langsung menghampiri keponakannya itu untuk membantunya berdiri.

“Kamu nggak apa-apa, Nak?” tanya Vivian dengan wajah khawatir, sebelum akhirnya dia menatap tajam ke arah Zayden dan Alisha. “Keterlaluan kalian! Bisa-bisanya kalian membiarkan Tania jatuh!?”

Zayden menatap dingin sang tante. “Kalau bukan karena dia berniat buruk kepada Alisha, dia juga tidak akan jatuh. Jadi, kalau Tante ingin menyalahkan seseorang, maka salahkan Tania sendiri.”

Melihat Zayden melawan sang tante demi membelanya, Alisha spontan terpesona. Dia memasang wajah terharu dan membatin dalam hati, ‘Cakep banget dah ah si Pak Bos!!’’

Namun, detik itu–

“Apa yang terjadi di sini?!”

Suara menggelegar penuh tekanan bergema di ruang utama kediaman Wicaksana, membuat semua orang menoleh ke arah tangga.

Seorang pria tua dengan rambut perak yang disisir rapi melangkah menuruni tiap anak tangga secara perlahan, namun setiap hentakan tongkat berpegangan emas di tangannya memancarkan wibawa seorang penguasa. 

Sekali lihat, Alisha langsung tahu … pria itu pasti Henry Wicaksana, kakek Zayden dan juga tuan besar keluarga Wicaksana yang terhormat!

Di sisi lain, Tania yang melihat kedatangan kakeknya, langsung berdiri dan berlari kecil menghampiri pria tersebut. Kemudian, dengan wajah tersakiti, dia menunjuk Alisha selagi berkata, “Kakek! Perempuan yang Zayden bawa itu menghina pernikahanku dan bilang kalau suamiku bisa saja menyimpang. Tak cuma itu, dia juga membuatku terjatuh! Kakek harus beri dia pelajaran!”

Mendengar tuduhan-tuduhan itu, Alisha memaki dalam hati. Jelas-jelas yang menghina orang duluan adalah Tania, kenapa semua kesalahan jadi dituangkan ke kepalanya!?

Sementara itu, kalimat Tania membuat Henry yang sudah tiba di anak tangga terakhir menautkan alis. Lalu, dia menatap Alisha yang berada dalam pelukan Zayden.

Seketika, tubuh Alisha membeku. Selagi memerhatikan pria tua itu menghampirinya, dalam hati Alisha yakin dirinya akan mati hari itu. 

Pun sandiwaranya tidak gagal, pasti Henry tidak bersedia menerimanya menjadi istri Zayden setelah dia menyakiti cucu kesayangan pria tersebut!

Dan kalau dia tidak bisa jadi istri Zayden, Zayden sendiri pasti akan menghabisinya karena sudah mengacaukan rencana!

Namun, tiba-tiba–

SREET!

Tangan Alisha digenggam oleh Henry yang sudah berada di hadapan. Mata pria itu berbinar seiring dirinya berkata, “Kamu Alisha ‘kan? Pacar Zayden yang hamil dan siap untuk dinikahi!?”

Sontak, Alisha terbengong. 

Kakek ini ngomong apa sih!?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 8. Pembuktian

    Bukan cuma Alisha yang berakhir terbengong, tapi seisi ruangan seolah membeku, terlebih lagi Vivian dan Tania. “Pa, Papa bilang apa? Hamil? Siapa yang hamil? Anaknya siapa?!” seru Vivian, sedikit terlalu panik untuk memproses pernyataan sang ayah. Henry menghela napas, seolah putrinya baru saja menanyakan sesuatu yang sangat jelas. Ia lalu melirik Alisha, ekspresinya berubah lembut, sebelum mengumumkan dengan lantang, “Alisha sedang mengandung anak Zayden, dan karena itu, mereka akan menikah secepatnya!” DUAR! Seolah granat meledak di tengah ruangan, semua orang langsung berseru dan berbisik-bisik. “Apa? Jadi, Zayden benar-benar punya pacar secara diam-diam dan tidak menyimpang?” “Pacarnya bahkan sudah hamil! Bagaimana dia bisa dirumorkan menyimpang?!” Melihat pernyataannya mengenai Zayden mulai tergeser, Tania yang masih tidak percaya dengan ucapan itu langsung berkata, “Kakek jangan mengada-ada. Mana mungkin Zayden menghamili wanita? Selama ini kita tahu dia ini kan menyimpang

    Last Updated : 2025-02-28
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 9. Akting yang Berbahaya

    ‘Astaga, Alisha! Kamu benar-benar gila!!!’ Alisha berteriak panik dalam hati. ‘Harusnya Pak Bos gak marah, kan?!’ tambahnya lagi. ‘Ini demi akting agar sukses, kan?!!’ Alisha kemudian melihat ke dalam mata Zayden yang saat ini tubuhnya sedikit menegang. Namun, Zayden masih tidak bereaksi lebih. Hanya tatapan matanya yang semakin dalam, menyapu wajah Alisha yang kini bersemu merah.Alisha yang sadar kalau dia sudah kelewatan, berniat menarik dirinya mundur. Namun, tangan kanan Zayden tiba-tiba menahan tengkuknya, membuat Alisha tidak bisa bergerak. Lalu, pria itu memiringkan kepalanya sedikit, dan mulai membalas, bahkan memperdalam ciuman mereka!‘Apa yang–!’Protesnya hanya tersangkut di tenggorokan ketika kehangatan yang menguar dari bibir pria itu mulai melumpuhkan kewarasannya. Sensasi itu mengalir deras, merampas akal sehatnya. Ia ingin berontak. Harusnya berontak. Tapi sial! Tubuhnya justru berkhianat. Ia larut dalam ciuman yang menuntut, seolah dunia hanya milik mereka berdua.

    Last Updated : 2025-03-15
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 10. Bukan Sebuah Kontrak

    Pertanyaan Zayden yang tiba-tiba terlontar membuat Alisha membeku. Wanita itu menoleh cepat dengan bingung.“Hah?” Alisha tak bisa menyembunyikan sedikit rasa tersinggungnya.Zayden meliriknya sekilas, lalu berkata, “Apa aku salah?” Pria itu mendengus dingin dan menambahkan, “Berani menciumku di depan banyak orang seperti itu, kentara sekali kamu sangat profesional dan berpengalaman dalam hal ini, bukan begitu?” tanyanya. “Berapa banyak pria yang sudah kamu cium?”Mendengar kalimat Zayden dan juga nada bicara pria itu yang seakan merendahkan, membuat Alisha merasa emosinya membumbung tinggi.Kalau bukan karena dirinya terikat perjanjian untuk membantu Zayden, dan juga merasa kasihan dengan betapa pria itu disalahpahami, apa pria itu pikir Alisha akan nekat menciumnya!?Namun, Alisha tahu marah tidak ada gunanya, terutama karena bosnya ini adalah kulkas berjalan. Alhasil, dia hanya menjawab singkat, “Itu ciuman pertama saya.”CIIIT!“Aduh!”Rem yang diinjak kencang secara mendadak memb

    Last Updated : 2025-03-16
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 11. Seorang Adik

    “Ugh … aku kayaknya bisa mati muda deh …” gumam Alisha setengah menggeram selagi membaringkan kepalanya di atas meja kantor.Walau pagi ini dia mendapatkan tugas kantor yang lebih banyak dari biasanya, tapi Alisha tidak bisa fokus mengerjakan apa pun. Semua itu karena benaknya terus kembali ke percakapannya dengan Zayden di malam yang lalu.“Apa maksud Bapak pernikahan sesungguhnya? Bapak nggak berniat bercerai dengan saya setelah menikah?!” tanya Alisha malam itu.“Pernikahan bukan permainan. Orang waras mana yang akan menikah dan cerai semudah itu?” balas Zayden dengan wajah datarnya. Padahal, dia sendiri menawarkan pernikahan kepada orang tak dikenal hanya karena terpojok situasi!“Tapi–”“Pokoknya, saya nggak berniat menceraikan kamu setelah menikah. Kalau kamu keberatan, bisa saja kita batalkan semuanya, tapi kamu tetap saya pecat dan …” sebuah seringai terlukis di wajah Zayden, “...nanti kamu akan bermasalah dengan keluarga Wicaksana.”Mengingat pernyataan Zayden membuat Alisha m

    Last Updated : 2025-03-17
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 12. Fakta Tentang Alisha

    “Pengidap HIV?” Zayden tampak menautkan alis usai mendapatkan laporan lengkap dari asisten pribadinya. Setelah rapat panjang dengan beberapa petinggi perusahaan, Zayden ingin bicara langsung dengan Alisha mengenai rencana mereka selanjutnya. Akan tetapi, wanita itu malah meninggalkan perusahaan begitu saja dan pergi ke rumah sakit. Awalnya, Zayden ingin marah. Akan tetapi, begitu mendengar informasi yang Arsel dapatkan dari beberapa rekan kerja Alisha, pria itu mendapatkan kenyataan bahwa Alisha memiliki adik yang dirawat di rumah sakit. Kebetulan, rumah sakit tersebut milik keluarga Zayden dan dikelola oleh kakak tertuanya, Raka Wicaksana, jadi Arsel bisa melakukan investigasi dengan mudah mengenai adik Alisha ini. Dan yang mengejutkan adalah … adik Alisha, Nariza, yang baru menginjak umur 22 tahun, ternyata adalah salah satu pasien HIV. Zayden merasakan sesuatu yang aneh merayap di dadanya. Tidak nyaman. Namun, alih-alih memikirkan rasa itu lebih jauh, dia malah mengajukan per

    Last Updated : 2025-03-18
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 13. Berkah Berwujud Kutukan

    Di depan ICU, dari balik dinding kaca, mata Alisha sedang tertuju pada sosok yang terbaring di atas tempat tidur. Nariza. Dengan rambut panjang hitamnya yang terurai dan tubuh kurus yang tampak lunglai, Nariza tertidur di bawah efek sedasi. Wajahnya tenang, tapi terlalu pucat, membuat sesuatu dalam dada Alisha tersayat perih. Sejak kecil, Alisha tidak pernah tahu siapa orang tuanya. Dia dibuang di panti asuhan, tumbuh besar di sana tanpa kasih sayang ayah maupun ibu. Hanya ada ibu panti yang menjadi satu-satunya penyokongnya. Di tempat itu, banyak anak terbuang seperti dirinya—dititipkan karena ketidakmampuan ekonomi orang tua, lahir dari keluarga yang tidak utuh, atau korban kekerasan rumah tangga. Dan Nariza… Dialah satu-satunya yang benar-benar serupa dengan Alisha. Tidak ada yang tahu siapa orang tua kandungnya. Tidak ada nama. Tidak ada asal-usul. Nariza ditemukan begitu saja di teras panti, hanya dibungkus kain lusuh, dengan tali pusar yang masih belum lepas dar

    Last Updated : 2025-03-19
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 14. Calon Kakak Ipar

    Mendengar omongan Zayden, Alisha langsung panik. Selama ini, Nariza memang lebih sering menghabiskan waktu di rumah sakit karena penyakitnya, tapi … bukan berarti dirinya tidak pernah tahu sama sekali mengenai kehidupan sang kakak. Lagi pula, hampir setiap hari mereka meluangkan waktu berbagi cerita tentang hari-hari mereka. Oleh karena itu, kalau Zayden mendadak datang dan memperkenalkan diri sebagai calon suami Alisha, Nariza pasti sadar ada yang salah, terlebih ketika tahu betapa anti dirinya terhadap pernikahan! Di sisi lain, kalau Zayden tahu mengenai Nariza, juga penyakit yang diderita gadis itu, bukankah ada kemungkinan bahwa masa lalu mereka yang kelam akan terbongkar. Dan kalau masa lalu itu terbongkar … apakah Zayden tetap akan menerima Alisha di kantor? Bukankah pria itu akan merasa telah melibatkan diri dengan seseorang yang merepotkan dan ada potensi membatalkan perjanjian mereka? Itu berarti Alisha akan kehilangan penghasilan dan tidak lagi bisa menyokong pengobatan

    Last Updated : 2025-03-20
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 15. Orang untuk Mengunci Pergerakan

    Berjalan berdampingan dengan Zayden menuju ruang ICU, Alisha hanya terdiam dengan kepala menunduk. Sesekali, dia mencuri lihat terhadap Zayden, memerhatikan apakah pria itu marah karena sudah dibohongi olehnya.Akan tetapi, Zayden hanya bersikap tenang dan tidak berbicara, seakan Alisha tidak pernah sedikit pun berdosa padanya.Menepis situasi Zayden yang jelas tahu dirinya sudah berbohong, dalam hati sejujurnya Alisha sedikit bingung karena satu hal lain. Kenapa suster tadi semudah itu memberikan informasi Nariza kepada Zayden? Berdasarkan aturan, bukannya seharusnya sang suster memastikan dulu identitas Zayden sebelum memberikan informasi apa pun? Kalau sembarangan memberikan seperti tadi, bukankah itu pelanggaran privasi?! Apa keamanan rumah sakit besar ini benar-benar tidak bisa dipercaya?!Namun, belum sempat mendapatkan jawaban atas pertanyaan dirinya sendiri itu, Alisha dikejutkan oleh suara rendah yang tiba-tiba berkata, “Wicare Medika adalah salah satu usaha keluarga Wicaksa

    Last Updated : 2025-03-21

Latest chapter

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 47. Apa Berubah Selera?

    Di dalam kendaraan yang membawanya pulang kembali ke kantor Zayden mengirimkan pesan singkat itu pada Alisha, dan tidak berselang lama, wanita itu membalasnya.[“Baiklah! Sore nanti pulang kantor aku akan pergi ke rumah sakit dulu untuk menjenguk Nariza.”]Hanya saja Zayden membacanya dengan wajah datar dan tanpa ekspresi berarti.“Tuan, untuk pengerjaan interior apartemen Anda bisa diselesaikan seluruhnya dalam waktu dua hari lagi dan paling lama bisa tiga hari lagi.” Ucapan Arsel barusan membuat Zayden mengalihkan perhatiannya dari ponsel itu dan segera memasukkan benda pipih itu ke dalam sakunya.“Tidak masalah, yang jelas kamar untuk Nariza selesaikan lebih cepat, karena dokter yang merawatnya mengatakan padaku kalau anak itu sudah bisa pulang besok.” Zayden berkata dengan tenang.“Untuk kamar, sudah saya katakan pada pemborong untuk mempercepatnya, kemungkinan hari ini semuanya sudah rampung.” Arsel langsung memberikan keterangannya.Zayden mengangguk singkat. “Alisha … apa dia a

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 46. Laporan ...?

    “Apa kamu bilang?!”Zayden mengembuskan napas dalam sambil menggeleng pelan, seolah menertawakan sesuatu yang hanya bisa ia mengerti. Senyumnya mengembang tipis, nyaris mengejek, namun tak sepenuhnya dingin. Ia menatap Alisha dengan ekspresi geli. Lagipula, apa yang dalam pikiran Zayden tentu saja berbeda dengan Alisha.“Alisha, sudah kukatakan ini tidak sesederhana itu,” ujarnya tenang, matanya menelusuri wajah polos Alisha yang masih penuh rasa penasaran.‘Tentu saja tidak sederhana… karena kamu tidak suka wanita!’ seru Alisha dalam hati. Tapi dia menahan diri untuk tidak mengatakannya. Ia tidak ingin menyakiti Zayden atau membuatnya merasa tersudut dengan ‘kelainannya’.“Aku hanya mengatakan hal yang paling mungkin saja, lagi pula alasan nenekmu tidak suka denganku sangat logis, karena aku ini bukan siapa-siapa. Seharusnya yang menjadi pendampingmu setidaknya orang yang satu level dan satu lingkungan dengan keluargamu.” Alisha mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya kepada Zayde

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 45. Bukti yang Tak Terbantahkan

    Sudah hampir pukul setengah satu malam, tetapi Alisha masih betah berlama-lama di lantai bawah. Tangannya sibuk merapikan barang bawaan dan menata belanjaannya, meski sebenarnya pekerjaan itu bisa selesai jauh lebih cepat. Namun, dia sengaja memperlambat gerakannya—berpura-pura sibuk demi menghindari satu hal: menatap mata Zayden. Sejak insiden tadi, tubuhnya terasa panas dingin, dan jantungnya tak berhenti berdebar.“A-apa yang kamu lakukan barusan?” Suara Zayden terdengar datar saat itu, namun cukup untuk memecah keheningan yang sempat tercipta karena ulahnya itu. Nada terkejutnya begitu jelas, sama bingungnya dengan apa yang dirasakan Alisha.Alisha jelas panik. “Itu tadi … cuma ungkapan terima kasih! Iya, terima kasih aja!” jawabnya tergagap, tak berani menatap wajah pria itu. Wajahnya sudah memerah karena malu. Tanpa berpikir panjang, dia segera berbalik dan menjauhi Zayden, sibuk dengan barang-barang miliknya yang diletakkan oleh Zayden di ruang tengah.‘Alisha kamu benar-benar g

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 44. Terima Kasih

    Alisha berkedip pelan, matanya masih berat oleh kantuk. Tapi ada sorot aneh di matanya—bukan sepenuhnya sadar, tapi cukup membuat Zayden menahan napas. Tatapan itu ... seperti menggambarkan sesuatu yang seharusnya tak tertangkap. Seperti mendengar bisikan yang tak ditujukan untuknya. “Kamu …,” gumam Alisha, suaranya serak dan pelan, seolah hendak mengulang potongan kalimat yang baru saja melayang di telinganya. Zayden membeku. Mata Alisha menatap lurus ke arah Zayden. “Kamu bilang aku pasti melin—” Tok! Panik singkat membuat Zayden tanpa pikir panjang menyentil kening Alisha dengan sedikit keras. “Aw!” Alisha meringis pelan, tangannya spontan menutup keningnya yang memerah. “Apa-apaan sih?!” protesnya dengan wajah kesal, matanya kini terbuka lebar karena rasa nyeri di keningnya akibat sentilan yang dibuat oleh zayden barusan. Zayden pura-pura bersikap santai, padahal jelas gugup. Ia mengangkat bahu, acuh. “Kamu mengigau, jadi aku bantu bangunin. Daripada kamu mimpi bica

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 43. Melindungimu

    Begitu duduk di dalam mobil, Alisha memejamkan mata sejenak, menarik napas dalam, lalu mengembuskannya perlahan lewat mulut. “Hmm... lumayan lega,” gumamnya pelan, mencoba menenangkan diri akibat dari tekanan yang dia terima dari nenek Zayden tadi. Tapi ketenangannya hanya bertahan sekejap. Saat membuka mata dan melihat ke arah Zayden—pria itu melihatnya dengan sorot mata gelap penuh tekanan—tubuhnya spontan berlonjak karena terkejut. “Ya ampun! Kaget tahu! Muka kamu serem banget kayak ib ….” sadar kalau mulutnya nyaris melakukan kesalahan Alisha langsung merapatkan bibirnya dan tidak meneruskan kalimatnya. “Apa?” Zayden berkata dengan nada dingin. “Mau mengatakan aku ini seperti iblis?” lanjut pria itu lagi. “Itu ….” Alisha langsung menunduk dan memainkan ujung-ujung jarinya, karena merasa bersalah sudah keterlaluan bicara dengan bahasa yang tidak pantas pada atasanya dan juga ‘suami’-nya itu. “Atau … mau mengatakan kalau kamu tidak suka wajah dinginku karena terlihat sepe

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 42. Istri yang Tahu Cara Bermain

    Suasana mendadak hening sejenak sesaat setelah Helena mengatakan hal itu. Helena mengundang Alisha untuk makan malam di rumahnya? Hal ini jelas membuat Zayden menatap Helena dengan cukup dalam. “Mengenalnya lebih dalam?” pertanyaan yang keluar dari mulut Zayden ini terkesan sangat dingin sekali.Helena mengangguk memastikan. “Tidak perlu mengenalnya lebih dalam, lagipula bukankah Anda punya pekerjaan yang lebih penting daripada sekedar mengurusi masalah pernikahanku ini.” Zayden jelas menolak perintah Helena tersebut.Akan tetapi Helena tersenyum tipis dan melihat ke arah Alisha dengan tatapan yang cukup tajam.“Alisha kan namamu?” Helena berkata pada Alisha.Alisha mengangguk pelan, saat mata tajam Helena tertuju padanya.“Aku mengundangmu ke kediamanku besok. Seharusnya, kamu tidak menolak ajakan dari tetua keluarga besar suamimu, kan?” Pertanyaan itu terdengar sedikit menekan.Zayden kembali ingin menjawab, hanya saja Alisha mengeratkan genggaman tangan mereka untuk membuatnya dia

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 41. Ingin Tahu Lebih Banyak

    Helena Wijaya, satu-satunya pewaris tunggal keluarga Wijaya. Pernikahannya dengan Henry Wicaksana-kakek Zayden-putra dari keluarga Wicaksana membuat bisnis kedua keluarga ini kian membesar. Insting bisnisnya cukup kuat, dan keputusan yang dia buat nyaris tidak pernah meleset. Dia tidak kalah hebat dengan suaminya dalam membesarkan bisnis mereka, hanya saja sejak beberapa bulan yang lalu, kondisi kesehatan Henry mengalami penurunan hingga akhirnya membuat Helena harus menetap sementara di luar negeri demi memastikan semuanya tetap berjalan stabil—baik bisnis, maupun kesehatan sang suami. Kini, di ruang yang sama, Alisha saat ini sudah duduk di samping Zayden. Tangan pria itu masih menggenggam tangan Alisha erat, seolah tak ingin melepaskannya. Akan tetapi, perhatian Alisha teralih bukan pada genggaman itu, melainkan pada interaksi diam-diam yang terjadi antara Zayden dan Helena. Ada sesuatu yang terasa janggal. Apalagi ketika Zayden menyapa neneknya dengan sebutan formal—“Nyonya

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 40. Ternyata Dia ....

    Zayden mendadak terdiam. Rahangnya mengeras, dan seulas senyum masam terbit di wajahnya, lebih mirip seringai kecut daripada tawa. Sorot matanya meredup sejenak, seolah menahan sesuatu yang tidak ingin ia ungkap. Ada kilatan tidak suka di matanya, meski mencoba menutupinya dengan sikap acuh. “Jangan banyak tanya,” ujarnya akhirnya, nada suaranya datar namun mengandung tekanan. “Makan saja. Nanti kamu akan tahu sendiri.” Mendapatkan respons yang seperti itu dari Zayden mendadak Alisha tersadar akan sesuatu. ‘Mana mungkin juga Zayden punya pacar, kan? Bukannya dia ini menyimpang!’ Alisha lalu melanjutkan makannya dengan cukup santai sambil menertawai canggung kebodohannya yang berkata hal itu pada Zayden. Namun, jauh di dalam lubuk hati Alisha, ada perasaan tidak enak. Kalau bukan persoalan mantan pacar, maka … kiranya siapa yang mampu membuat Zayden mengeluarkan ekspresi seperti itu? *** Sepanjang perjalanan mereka tidak terlibat percakapan yang cukup serius, pun Alisha

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 39. Apa Dia Mantan?

    Daripada bertanya maksud Zayden, Alisha lebih tertarik untuk tahu tentang pria itu.“Kamu nggak apa-apa?” tanyanya hati-hati.Zayden kembali duduk tanpa menjawab, pandangannya kosong. Jemarinya menaut di atas meja. Alisha bisa melihat betapa pria itu sedang menahan sesuatu. Sesuatu yang besar.Setelah pelayan mengantarkan pesanan makanan mereka yang terakhir, akhirnya Zayden berkata, “Besok, aku akan pergi lebih pagi, aku akan ke rumah mama lebih dulu.” Rasa penasaran ini makin menjadi-jadi hingga akhirnya Alisha tidak tahan untuk bertanya tanpa basa-basi lagi. “Kuperhatikan sejak mendapatkan telepon tadi, kamu menjadi gelisah, apa aku boleh tahu siapa yang menghubungimu?” Zayden menghentikan gerakan tangannya yang akan menyuapkan makanannya ke dalam mulut. Terlihat seperti sedang berpikir. “Itu bukan apa-apa,” jawabnya singkat, tetapi jelas saja itu tidak membuat Alisha puas.Wanita itu terlihat mendesah berat dan meletakkan sendok dan garpunya. “Bukan apa-apa tapi wajahmu kentara s

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status