แชร์

Bab 4. Cukup Menarik

ผู้เขียน: Nychinta
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-02-07 09:59:13

Alisha terkejut, matanya membesar mendengar pernyataan Zayden.

“Apa Bapak tidak salah ngomong?” tanyanya ragu, suaranya sedikit meninggi karena keterkejutan.

Namun, alih-alih mendapat jawaban masuk akal, wajah Zayden malah terlihat semakin menggelap.

“Aku tidak punya waktu untuk bermain-main seperti kamu,” balasnya dingin. “Kalau kamu tidak mau dipecat, jadi istri saya.”

Alisha mengerjapkan mata, memastikan telinganya tidak salah dengar dan otak Zayden bekerja dengan baik. Namun, wajah serius pria di depan mata menunjukkan bahwa ini bukan lelucon.

“Lagipula,” lanjut Zayden, nada suaranya penuh sindiran, “seperti yang kamu bilang kemarin, kalau sudah menghamili wanita, bagaimana mungkin aku tidak bertanggung jawab, bukan?”

Alisha menelan ludah, merasa kepalanya mendadak pusing.

Namun, di tengah keterkejutannya, sebuah pemikiran aneh muncul dalam benaknya.

Apa mungkin pria ini… hanya ingin menutupi kelainan orientasi seksualnya?

Alisha langsung teringat dengan ibunya Zayden yang begitu bahagia saat mengetahui putranya “menghamili” seorang wanita. Jangan-jangan, ini semua bagian dari strateginya untuk mempertahankan citra di hadapan keluarga? Itu alasan Zayden tidak berpikir panjang dan langsung saja ingin menikahinya!?

“Hei! Kamu dengar tidak?!” Suara tegas Zayden menyentaknya kembali ke realitas.

Alisha mengerjap panik. “Ah, iya… iya, Pak! Saya dengar!”

Wanita itu mencoba berpikir cepat. Harus ada cara lain untuk keluar dari situasi ini.

“Tapi, Pak! Kalau ini hanya kesalahpahaman, saya bisa jelaskan ke ibu Anda kalau saya hanya berbohong, dan—”

“Kamu pikir saya sedang bercanda?” potong Zayden tajam, suaranya dingin bagaikan es.

Alisha langsung tersentak, tapi dia masih berusaha.

“Tapi… apa Bapak yakin mau menikah dengan saya? Apa Bapak tahu siapa saya? Bagaimana kalau saya jahat dan memeloroti kekayaan keluarga Bapak? Bagaimana kalau saya mempermalukan keluarga Bapak? Saya tidak menjamin pernikahan kita nanti akan bahagia, lho!”

Kata-katanya yang meluncur begitu cepat membuat Zayden mengangkat alis, tertarik.

“Kamu ingin pernikahan yang bahagia?” tanyanya dengan nada sarkastik.

Alisha terdiam. Tentu saja tidak.

Dia tidak percaya dengan konsep pernikahan.

Seumur hidup, Alisha sudah melihat terlalu banyak luka akibat pernikahan, dan dia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak pernah terikat dalam hubungan semacam itu.

Jadi sekarang, ketika Zayden menawarkan pernikahan padanya, Alisha merasa terpojok dan sangat kesulitan!

Zayden memperhatikan ekspresi Alisha dengan tatapan penuh arti. “Kalau kamu punya pacar, putuskan. Kalau kamu punya suami …” dia berhenti sejenak, tampak berpikir, lalu melanjutkan, “… ceraikan saja.”

Alisha semakin terperangah.

Apa dugaannya benar? Pria ini benar-benar hanya ingin menutupi sesuatu? Kalau tidak kenapa begitu memaksa ingin menikah dengannya!?

“Pak, mana boleh memisahkan hubungan orang lain seperti itu?” protes Alisha cepat.

Zayden mendengus dingin. “Boleh saja. Lagipula, kamu sudah menghancurkan hubungan saya dengan keluarga saya. Setidaknya dengan menikah dengan saya, kamu bisa mempertanggungjawabkannya, seperti saya sedang mempertanggungjawabkan ‘kehamilanmu’ itu, kan?”

Kata-kata Zayden menusuk tajam, membuat Alisha terdiam. Kalah telak.

“Tapi … apa tidak ada cara lain untuk menebusnya?” tanya Alisha sedikit merengek.

Zayden tidak langsung menjawab. Respons pria tersebut hanyalah menatap Alisha lekat dan membuat tubuh wanita tersebut merinding dengan tatapan tajamnya yang mematikan.

Alisha menghela napas. Kentara dia tidak ada jalan mundur lagi.

“Kalau begitu,” Alisha akhirnya berkata dengan nada menyerah, “selama pernikahan nanti, apa saya harus bersembunyi dari publik? Maksud saya… hubungan kita akan diam-diam dan tidak boleh diketahui orang lain?”

Zayden mendengus pelan, lalu menggerakkan dagunya ke arah kursi di depan mejanya.

“Duduk.”

Alisha menegang. Dia baru menyadari bahwa sejak tadi, dia masih berlutut di lantai.

Dengan sedikit gemetar, Alisha berdiri dan merasakan lututnya ngilu akibat terlalu lama menyentuh marmer dingin. Saat dia duduk, jaraknya dengan Zayden menjadi lebih dekat, membuat udara di sekitar terasa semakin menekan.

Zayden menatapnya tajam, lalu akhirnya menjawab, “Hubungan ini tidak bisa disembunyikan. Keluarga saya tidak akan membiarkan hal semacam itu terjadi.”

Alisha mengepalkan ujung roknya. Pernikahan?

Dia bisa melakukan apa saja dalam hidupnya. Tapi menikah?

Menyerahkan hidupnya kepada seorang pria?

Itu mustahil.

Namun, di sisi lain, dia juga tidak bisa kehilangan pekerjaannya.

Dia butuh uang. Banyak.

Zayden memperhatikan ekspresi bimbang Alisha, lalu melanjutkan, “Selama menjadi istriku, tiap bulan aku akan memberikan seratus juta rupiah sebagai kompensasimu.”

Alisha membelalak.

Seratus juta!?

Refleks, Alisha bertanya dengan suara tercekat, “Apa Bapak tidak bercanda?”

Zayden tidak langsung menjawab.

Sebaliknya, dia memperhatikan ekspresi Alisha yang dengan jelas menunjukkan keterkejutan sekaligus ketertarikan.

Walaupun hanya sekejap, dia bisa melihat reaksi asli wanita ini.

“Kalau kamu tidak setuju,” katanya akhirnya, “silakan keluar dari perusahaan ini dan jangan pernah muncul lagi di hadapan saya.”

Alisha menahan napas.

Tawaran ini terlalu besar untuk ditolak.

Dalam sekejap, otaknya mulai berhitung. Seratus juta sebulan berarti satu miliar dua ratus juta dalam setahun.

Dengan uang sebanyak itu, Alisha bisa mengubah hidupnya sepenuhnya.

Tanpa berpikir lebih lama, Alisha menegakkan punggungnya.

“Baiklah,” katanya mantap. “Saya mau jadi istri Bapak.”

Senyuman tipis muncul di bibir Zayden. Motif wanita ini jelas. Uang.

Bersandiwara untuk temannya? Itu pasti omong kosong belaka.

“Kalau begitu,” ucap Zayden, “katakan pada keluargamu bahwa saya akan datang besok.”

Mendengar itu, Alisha langsung terdiam.

“… Tapi, Pak,” katanya pelan, “saya tidak punya keluarga.”

Tatapan Zayden berubah. “Apa?”

Alisha menghela napas. “Saya tidak punya keluarga. Saya hidup sendiri.”

Zayden mengernyit, tampak berpikir sejenak.

“… Apa keluarga Bapak tidak akan mempermasalahkan hal ini?” tanya Alisha hati-hati.

Zayden menghela napas panjang. “Tidak masalah.”

Dia menatap Alisha dengan ekspresi yang sulit ditebak.

“Justru itu akan membuat semuanya lebih mudah.”

**

Setelah pembicaraan berakhir, Zayden mempersilakan Alisha keluar dari ruangan. Dari tempatnya duduk, pria tersebut bisa melihat Alisha pergi dengan wajah campur aduk antara shock, lega, dan kebingungan.

Sementara itu, setelah Alisha menghilang, Arsel masuk ke ruangan Zayden dengan membawa berkas laporan yang tadi ia minta.

“Ini latar belakang Alisha, Pak,” katanya, meletakkan dokumen di atas meja.

Zayden mengambilnya dan mulai membaca. Dalam waktu singkat, ekspresinya berubah.

Alisnya bertaut. Matanya sedikit menyipit.

Lalu, dengan suara pelan namun penuh makna, dia bergumam,

“Cukup menarik.”

Wanita ini … jelas tidak biasa.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 5. Memerintah Bos, Kenapa Tidak?

    Saat tiba di kediaman orang tuanya, Zayden bahkan belum sempat duduk sebelum suara tegas ibunya langsung menyambut. “Zayden! Sini, Mama mau bicara.” Zayden menghela napas. Dia mengikuti ibunya ke ruang keluarga, duduk, lalu berkata, “Kalau ini tentang ‘wanita itu’, bisa kita tunda dulu? Aku lelah.” “Zayden, tidak sopan memanggilnya ‘wanita itu’ terus! Beri tahu Mama namanya!” Seperti yang sudah Zayden duga. Sang ibu benar-benar menanyakan soal Alisha. Tidak ingin memperpanjang masalah, akhirnya Zayden menjawab dengan nada datar, “Alisha Gayatri.” Mata Martha berbinar. “Jadi namanya Alisha, ya?” Nada bicaranya melembut saat menyebut nama wanita yang ia bayangkan akan menjadi calon menantunya. Wanita itu cantik, dengan wajah manis yang sulit dilupakan. “Namanya cukup bagus,” puji Martha, membuat Zayden diam-diam memutar bola mata. “Lalu, bagaimana latar belakang keluarganya? Dia anak ke berapa? Orang tuanya bekerja di mana?” “Dia tidak punya orang tua. Keluarga juga tid

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-07
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 6. Wanita Sewaan

    Tepat saat jarum jam menunjuk ke angka lima, Alisha sudah keluar dari rumah dan menunggu di lobi apartemennya. Di sana, sebuah mobil hitam mewah sudah terparkir, kentara sedang menunggu seseorang.Perlahan, kaca pintu belakang mobil terbuka, dan sosok tampan Zayden yang hadir dengan jas hitam, muncul sembari menatap tajam dirinya. “Masuk,” titah pria itu, membuat Alisha menelan ludah.Masuk setelah dibukakan pintu oleh sang sopir, Alisha pun masuk dan duduk di sebelah Zayden. Di bibir, wanita itu tidak lupa memaksakan sebuah senyum ke arah Zayden.“Maaf, Pak, karena saya ketiduran, jadi merepotkan Bapak,” ucapnya berbasa-basi.Hanya mendengus dan tidak membalas, Zayden mengalihkan pandangan ke depan, pada sopir yang sudah kembali siap di depan kemudi. “Jalan,” perintahnya dengan nada rendah penuh tekanan.Tahu jelas bahwa Zayden sedang marah, Alisha pun memutuskan untuk bungkam. Dia tidak mau mencari-cari masalah dengan singa tidur itu.Namun, memang hidup tidak selalu berjalan sesu

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-28
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 7. Pacar Hamil

    Semua orang menoleh, lalu melihat seorang wanita muda bertubuh ramping dengan gaun ketat menghampiri. Rambut panjang bergelombangnya mencapai pinggang, dan wajahnya yang cantik tampak diselimuti keangkuhan.Ekspresi Zayden mengeras, dan dia langsung menarik Alisha mendekat ke sisinya, seakan melindungi wanita itu. “Jaga bicaramu, Tania,” balas Zayden dengan ekspresi gelap dan suara rendah yang mengancam. “Apa kamu sedang menghina calon istriku?”Diam-diam, Alisha cukup terkejut. Kalau bukan karena dirinya tahu mereka sedang bersandiwara, dia bisa mengira Zayden benar-benar perhatian padanya!Wanita bernama Tania, yang Alisha duga adalah sepupu Zayden, mengedikkan kedua bahunya. “Bukan menghina, Zay, hanya mempertanyakan aja,” ucapnya. “Tante Vivian tuh nggak salah loh. Dari dulu kami nggak pernah dengar kamu dekat sama wanita, tapi sekarang kamu tiba-tiba bisa bawa calon istri ke rumah, siapa sih yang nggak merasa aneh?”Semua orang mulai berbisik, merasa omongan Tania ada benarnya.

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-28
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 8. Pembuktian

    Bukan cuma Alisha yang berakhir terbengong, tapi seisi ruangan seolah membeku, terlebih lagi Vivian dan Tania. “Pa, Papa bilang apa? Hamil? Siapa yang hamil? Anaknya siapa?!” seru Vivian, sedikit terlalu panik untuk memproses pernyataan sang ayah. Henry menghela napas, seolah putrinya baru saja menanyakan sesuatu yang sangat jelas. Ia lalu melirik Alisha, ekspresinya berubah lembut, sebelum mengumumkan dengan lantang, “Alisha sedang mengandung anak Zayden, dan karena itu, mereka akan menikah secepatnya!” DUAR! Seolah granat meledak di tengah ruangan, semua orang langsung berseru dan berbisik-bisik. “Apa? Jadi, Zayden benar-benar punya pacar secara diam-diam dan tidak menyimpang?” “Pacarnya bahkan sudah hamil! Bagaimana dia bisa dirumorkan menyimpang?!” Melihat pernyataannya mengenai Zayden mulai tergeser, Tania yang masih tidak percaya dengan ucapan itu langsung berkata, “Kakek jangan mengada-ada. Mana mungkin Zayden menghamili wanita? Selama ini kita tahu dia ini kan menyimpang

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-28
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 1. Salah Orang

    “Aku hamil anakmu, tapi kamu malah sibuk berpacaran dan akan menikah dengan wanita lain!? Tega kamu!” Seruan nyaring Alisha di restoran elit ibu kota itu menarik perhatian semua orang. Alisha berdiri di tengah ruang restoran, tepat di hadapan seorang pria yang tengah makan bersama wanita lain. Air mata mengalir deras menuruni wajahnya, tampak begitu menyedihkan hingga banyak orang merasa kasihan padanya dan memandang tajam pria di depannya. “Sudah menghamili anak orang, tapi masih bermain-main dengan wanita lain. Dasar pria nggak bertanggung jawab!” “Hah … padahal tampan, tapi kenapa sikapnya seperti seorang bajingan …,” sahut tamu yang lain. Mendengar makian-makian ini, pria yang tertuding itu menatap Alisha tajam. “Nona, kita bahkan tidak saling mengenal. Bagaimana mungkin kamu bisa hamil anakku?” tanyanya dingin. Kalimat sang pria membuat Alisha menangis semakin kencang. “Ya Tuhan, demi menutupi aibmu, sekarang kamu berpura-pura tidak mengenalku?! Padahal sebelumnya kamu

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-07
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 2. Hai, Sayang!

    Alisha berlari sekuat tenaga, napasnya memburu. Dia bahkan tidak berani menoleh ke belakang. Yang ada dalam pikirannya sekarang hanya satu: jangan sampai pria itu mengejarnya! Begitu melihat taksi melintas, Alisha langsung melambaikan tangan. "Berhenti!" serunya. Usai masuk ke dalam mobil dan mengatakan tujuannya kepada sang sopir, Alisha menyandarkan kepalanya di sandaran kursi dan menghela napas panjang. "Ya Tuhan, kekonyolan macam apa ini? " gerutunya, masih setengah tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Niat hati ingin membantu teman, tapi Alisha malah mempermalukan dirinya sendiri dengan salah orang!? Yang benar saja! Alisha ingat, di awal sebelum memasuki restoran, dia sudah menanyakan jelas di mana meja Alvin Wicaksana. Akan tetapi, kenapa pelayan mengarahkannya ke meja yang salah!? Di saat itu, Alisha terdiam, mencoba mengingat adegan awal dirinya tiba di restoran. “Permisi, meja Tuan Wicaksana di sebelah mana, ya?” Karena ramainya restoran, sang pela

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-07
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 3. Ada Syaratnya

    *Beberapa saat sebelumnya* Di dalam ruangan kantor eksekutif yang luas, Zayden Wicaksana tampak duduk dengan ekspresi dingin, menelusuri sejumlah dokumen di tangan. “Tuan, ini laporan lengkap perihal nama-nama karyawan yang diduga memiliki keterlibatan dengan manajemen lama yang bermasalah. Ada juga sejumlah karyawan berprestasi yang kami harap bisa dipertahankan dan digunakan untuk menggantikan manajemen lama,” ucap manager HR seraya memberikan sebuah tablet kepada Zayden. “Hmm, aku akan mengeceknya. Kamu bisa pergi,” ucap pria tersebut. Saat Manager HR meninggalkan ruangannya, Zayden pun beralih mengalihkan pandangan pada tablet yang baru saja diletakkan di mejanya. Dia mulai memeriksa satu persatu data karyawan, sampai akhirnya … pandangannya terpaku pada satu wajah yang terlihat sangat familier. Mata Zayden menggelap, dan dia melihat nama karyawan tersebut. Alisha Gayatri. Seketika, rahang Zayden mengeras dan senyuman sinis yang mengerikan terlukis di bibirnya. “Ali

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-07

บทล่าสุด

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 8. Pembuktian

    Bukan cuma Alisha yang berakhir terbengong, tapi seisi ruangan seolah membeku, terlebih lagi Vivian dan Tania. “Pa, Papa bilang apa? Hamil? Siapa yang hamil? Anaknya siapa?!” seru Vivian, sedikit terlalu panik untuk memproses pernyataan sang ayah. Henry menghela napas, seolah putrinya baru saja menanyakan sesuatu yang sangat jelas. Ia lalu melirik Alisha, ekspresinya berubah lembut, sebelum mengumumkan dengan lantang, “Alisha sedang mengandung anak Zayden, dan karena itu, mereka akan menikah secepatnya!” DUAR! Seolah granat meledak di tengah ruangan, semua orang langsung berseru dan berbisik-bisik. “Apa? Jadi, Zayden benar-benar punya pacar secara diam-diam dan tidak menyimpang?” “Pacarnya bahkan sudah hamil! Bagaimana dia bisa dirumorkan menyimpang?!” Melihat pernyataannya mengenai Zayden mulai tergeser, Tania yang masih tidak percaya dengan ucapan itu langsung berkata, “Kakek jangan mengada-ada. Mana mungkin Zayden menghamili wanita? Selama ini kita tahu dia ini kan menyimpang

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 7. Pacar Hamil

    Semua orang menoleh, lalu melihat seorang wanita muda bertubuh ramping dengan gaun ketat menghampiri. Rambut panjang bergelombangnya mencapai pinggang, dan wajahnya yang cantik tampak diselimuti keangkuhan.Ekspresi Zayden mengeras, dan dia langsung menarik Alisha mendekat ke sisinya, seakan melindungi wanita itu. “Jaga bicaramu, Tania,” balas Zayden dengan ekspresi gelap dan suara rendah yang mengancam. “Apa kamu sedang menghina calon istriku?”Diam-diam, Alisha cukup terkejut. Kalau bukan karena dirinya tahu mereka sedang bersandiwara, dia bisa mengira Zayden benar-benar perhatian padanya!Wanita bernama Tania, yang Alisha duga adalah sepupu Zayden, mengedikkan kedua bahunya. “Bukan menghina, Zay, hanya mempertanyakan aja,” ucapnya. “Tante Vivian tuh nggak salah loh. Dari dulu kami nggak pernah dengar kamu dekat sama wanita, tapi sekarang kamu tiba-tiba bisa bawa calon istri ke rumah, siapa sih yang nggak merasa aneh?”Semua orang mulai berbisik, merasa omongan Tania ada benarnya.

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 6. Wanita Sewaan

    Tepat saat jarum jam menunjuk ke angka lima, Alisha sudah keluar dari rumah dan menunggu di lobi apartemennya. Di sana, sebuah mobil hitam mewah sudah terparkir, kentara sedang menunggu seseorang.Perlahan, kaca pintu belakang mobil terbuka, dan sosok tampan Zayden yang hadir dengan jas hitam, muncul sembari menatap tajam dirinya. “Masuk,” titah pria itu, membuat Alisha menelan ludah.Masuk setelah dibukakan pintu oleh sang sopir, Alisha pun masuk dan duduk di sebelah Zayden. Di bibir, wanita itu tidak lupa memaksakan sebuah senyum ke arah Zayden.“Maaf, Pak, karena saya ketiduran, jadi merepotkan Bapak,” ucapnya berbasa-basi.Hanya mendengus dan tidak membalas, Zayden mengalihkan pandangan ke depan, pada sopir yang sudah kembali siap di depan kemudi. “Jalan,” perintahnya dengan nada rendah penuh tekanan.Tahu jelas bahwa Zayden sedang marah, Alisha pun memutuskan untuk bungkam. Dia tidak mau mencari-cari masalah dengan singa tidur itu.Namun, memang hidup tidak selalu berjalan sesu

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 5. Memerintah Bos, Kenapa Tidak?

    Saat tiba di kediaman orang tuanya, Zayden bahkan belum sempat duduk sebelum suara tegas ibunya langsung menyambut. “Zayden! Sini, Mama mau bicara.” Zayden menghela napas. Dia mengikuti ibunya ke ruang keluarga, duduk, lalu berkata, “Kalau ini tentang ‘wanita itu’, bisa kita tunda dulu? Aku lelah.” “Zayden, tidak sopan memanggilnya ‘wanita itu’ terus! Beri tahu Mama namanya!” Seperti yang sudah Zayden duga. Sang ibu benar-benar menanyakan soal Alisha. Tidak ingin memperpanjang masalah, akhirnya Zayden menjawab dengan nada datar, “Alisha Gayatri.” Mata Martha berbinar. “Jadi namanya Alisha, ya?” Nada bicaranya melembut saat menyebut nama wanita yang ia bayangkan akan menjadi calon menantunya. Wanita itu cantik, dengan wajah manis yang sulit dilupakan. “Namanya cukup bagus,” puji Martha, membuat Zayden diam-diam memutar bola mata. “Lalu, bagaimana latar belakang keluarganya? Dia anak ke berapa? Orang tuanya bekerja di mana?” “Dia tidak punya orang tua. Keluarga juga tid

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 4. Cukup Menarik

    Alisha terkejut, matanya membesar mendengar pernyataan Zayden. “Apa Bapak tidak salah ngomong?” tanyanya ragu, suaranya sedikit meninggi karena keterkejutan. Namun, alih-alih mendapat jawaban masuk akal, wajah Zayden malah terlihat semakin menggelap. “Aku tidak punya waktu untuk bermain-main seperti kamu,” balasnya dingin. “Kalau kamu tidak mau dipecat, jadi istri saya.” Alisha mengerjapkan mata, memastikan telinganya tidak salah dengar dan otak Zayden bekerja dengan baik. Namun, wajah serius pria di depan mata menunjukkan bahwa ini bukan lelucon. “Lagipula,” lanjut Zayden, nada suaranya penuh sindiran, “seperti yang kamu bilang kemarin, kalau sudah menghamili wanita, bagaimana mungkin aku tidak bertanggung jawab, bukan?” Alisha menelan ludah, merasa kepalanya mendadak pusing. Namun, di tengah keterkejutannya, sebuah pemikiran aneh muncul dalam benaknya. Apa mungkin pria ini… hanya ingin menutupi kelainan orientasi seksualnya? Alisha langsung teringat dengan ibunya Za

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 3. Ada Syaratnya

    *Beberapa saat sebelumnya* Di dalam ruangan kantor eksekutif yang luas, Zayden Wicaksana tampak duduk dengan ekspresi dingin, menelusuri sejumlah dokumen di tangan. “Tuan, ini laporan lengkap perihal nama-nama karyawan yang diduga memiliki keterlibatan dengan manajemen lama yang bermasalah. Ada juga sejumlah karyawan berprestasi yang kami harap bisa dipertahankan dan digunakan untuk menggantikan manajemen lama,” ucap manager HR seraya memberikan sebuah tablet kepada Zayden. “Hmm, aku akan mengeceknya. Kamu bisa pergi,” ucap pria tersebut. Saat Manager HR meninggalkan ruangannya, Zayden pun beralih mengalihkan pandangan pada tablet yang baru saja diletakkan di mejanya. Dia mulai memeriksa satu persatu data karyawan, sampai akhirnya … pandangannya terpaku pada satu wajah yang terlihat sangat familier. Mata Zayden menggelap, dan dia melihat nama karyawan tersebut. Alisha Gayatri. Seketika, rahang Zayden mengeras dan senyuman sinis yang mengerikan terlukis di bibirnya. “Ali

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 2. Hai, Sayang!

    Alisha berlari sekuat tenaga, napasnya memburu. Dia bahkan tidak berani menoleh ke belakang. Yang ada dalam pikirannya sekarang hanya satu: jangan sampai pria itu mengejarnya! Begitu melihat taksi melintas, Alisha langsung melambaikan tangan. "Berhenti!" serunya. Usai masuk ke dalam mobil dan mengatakan tujuannya kepada sang sopir, Alisha menyandarkan kepalanya di sandaran kursi dan menghela napas panjang. "Ya Tuhan, kekonyolan macam apa ini? " gerutunya, masih setengah tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Niat hati ingin membantu teman, tapi Alisha malah mempermalukan dirinya sendiri dengan salah orang!? Yang benar saja! Alisha ingat, di awal sebelum memasuki restoran, dia sudah menanyakan jelas di mana meja Alvin Wicaksana. Akan tetapi, kenapa pelayan mengarahkannya ke meja yang salah!? Di saat itu, Alisha terdiam, mencoba mengingat adegan awal dirinya tiba di restoran. “Permisi, meja Tuan Wicaksana di sebelah mana, ya?” Karena ramainya restoran, sang pela

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 1. Salah Orang

    “Aku hamil anakmu, tapi kamu malah sibuk berpacaran dan akan menikah dengan wanita lain!? Tega kamu!” Seruan nyaring Alisha di restoran elit ibu kota itu menarik perhatian semua orang. Alisha berdiri di tengah ruang restoran, tepat di hadapan seorang pria yang tengah makan bersama wanita lain. Air mata mengalir deras menuruni wajahnya, tampak begitu menyedihkan hingga banyak orang merasa kasihan padanya dan memandang tajam pria di depannya. “Sudah menghamili anak orang, tapi masih bermain-main dengan wanita lain. Dasar pria nggak bertanggung jawab!” “Hah … padahal tampan, tapi kenapa sikapnya seperti seorang bajingan …,” sahut tamu yang lain. Mendengar makian-makian ini, pria yang tertuding itu menatap Alisha tajam. “Nona, kita bahkan tidak saling mengenal. Bagaimana mungkin kamu bisa hamil anakku?” tanyanya dingin. Kalimat sang pria membuat Alisha menangis semakin kencang. “Ya Tuhan, demi menutupi aibmu, sekarang kamu berpura-pura tidak mengenalku?! Padahal sebelumnya kamu

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status