Share

22 Mudah Memaafkan, Susah Melupakan

“Aww!” Ervin mendesis pelan, menahan kakinya yang sakit karena baru saja diinjak dengan heels oleh Lily.

“Apa sih?” tanya Ervin tanpa suara sambil menatap kesal ke arah Lily.

“Sepertinya Pak Ervin masih perlu waktu untuk memutuskan cabang yang mana yang paling strategis. Iya kan, Pak?”

“Hm? Iya. Kirim ke saya data yang biasa dikumpulin sama tim research per semesternya. Nanti saya lihat lagi.”

Meeting siang itu pun Ervin bubarkan karena kondisinya yang agak kurang normal—kondisi otaknya, bukan kondisi tubuhnya.

Begitu semua orang keluar dari ruang rapat, Lily mengomelinya habis-habisan. “Vin, serius cuma fisikmu doang yang duduk sebagai pimpinan rapat. Tapi pikiranmu sama sekali nggak ada di rapat. Apa yang anak-anak sampein nggak kamu dengerin, setiap mereka nanya keputusanmu, kamu malah bengong.”

Ervin menyugar rambutnya dengan frustasi sembari menyandarkan dirinya ke punggung kursi.

“Kenapa sih?”

Ervin menggeleng.

“Ada masalah?”

Ervin menggeleng lagi.

“Nggak bisa berhenti mikirin A
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status