Share

27 Butuh Perhatian

“Vin, laper.” Kalimat itu yang pertama kali terucap dari Arla ketika mereka menginjakkan kaki di Pulau Harapan—salah satu pulau di Kepulauan Seribu.

Setelah Arla mengabaikan cemilan yang dipesannya sebelum makan siang, melupakan makan siang, dan menempuh perjalanan empat jam tanpa mengunyah apa pun, perutnya mulai terasa berontak. Baguslah, selera makannya telah kembali meskipun rasa sakit hatinya masih setia bercokol.

“Hmmm … kamu tadi siang belum makan ya?”

Arla menggeleng.

“Sorry, aku nggak kepikiran buat sedia makanan selama perjalanan tadi. Kita mampir ke warung dulu deh beli cemilan, jaga-jaga kalo yang punya rumah belum masakin kita.”

Masih banyak pertanyaan yang ingin disampaikan Arla pada Ervin tapi ia menutup mulutnya. Bisa semakin lapar dirinya kalau terus mengeluarkan tenaga untuk bertanya dan berpikir.

Dari tempat kapal bersandar, mereka hanya perlu berjalan lurus hingga menemui perempatan dan berbelok ke kiri. Ervin berbelok ke toko kelontong yang ia temui di kanan jalan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status