"Saya mengambil engkau Rihana Halim menjadi istri saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus."
Rihanna mengerjap sekali seusai Aaron mengucapkan kalimat janji di depan pendeta. Aaron, yang detik itu telah resmi menjadi suaminya."Rihana? Kenapa diam saja?" bisik Aaron menyadari istri mudanya itu malah hanya melongo menatapnya dengan pandangan kosong.Rihanna gelagapan, salah tingkah memandangi Aaron, pak pendeta yang berdeham canggung, dan Agnes yang duduk menatap mereka dari jauh.Wanita itu akhirnya mengambil napas dalam-dalam dan berkata, "Sa-saya mengambil engkau Aaron W. Rodgers menjadi suami saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus."Kalimat panjang itu diucapkannya dengan hati berdebar, napas memburu, dan kedua mata berkaca-kaca.Ya, inilah keputusannya. Rihanna menyerahkan dirinya kepada Aaron dan Agnes di atas altar, di depan pendeta, yang disaksikan langsung oleh Tuhan.Suara pemberkatan dari pendeta sudah tak dapat lagi Rihanna dengar. Dia hanya bisa menunduk dengan hati hampa dan kosong beserta pikiran yang kacau. Keraguan dalam hatinya memang masih sangat besar, tapi Rihanna tak bisa menolak pernikahan ini. Dia ... tak mau."Hei."Wanita itu lalu tersadar saat Aaron memanggilnya lembut dan menarik tangannya agar mendekat. Dia mendongak. Dan tepat di detik itu, Aaron justru maju dengan cepat memeluk pinggangnya, memiringkan kepala, lalu meraup bibir merahnya yang setengah terbuka.Rihana melotot kaget. Kedua tangannya refleks berpegangan pada bahu kokoh Aaron yang melingkupinya. Lama-lama, dia akhirnya memejamkan mata merasakan bibir pria itu melumatnya lembut tanpa tuntutan.Sementara Agnes, wanita itu justru mendengkus pelan menatap mereka dari bangku gereja paling belakang. Dia lalu memakai kacamata hitamnya dan bangun dari kursi.Sebagai satu-satunya saksi dalam pernikahan itu, Agnes kemudian melangkah pergi meninggalkan suami dan adik tirinya yang telah resmi menikah diam-diam tanpa sepengetahuan siapa pun kecuali dirinya.Saat membuka kedua mata, Rihanna memandang sendu punggung sang kakak. Punggung yang beberapa saat kemudian hilang di balik pintu utama gereja.Masih membekas di ingatan Rihanna saat Agnes sendiri yang justru memohon padanya agar mau menikah dengan Aaron. Agnes telah menambahkan nominal uang sebesar 3 miliar untuk pernikahan itu jika Rihanna setuju, tapi Rihanna menolak--sebagaimana jawabannya kepada Aaron di rumah mereka.Namun, Rihanna akhirnya luluh ketika sang kakak berlutut dengan wajah paling putus asa di dunia, sesuatu yang belum pernah Rihanna lihat seumur hidupnya. Seorang Agnes Anita Rodgers yang penuh arogansi, rela menunduk di depan Rihanna yang bukanlah apa-apa.Rihanna tahu keputusannya ini tetap tak masuk akal, tapi tak apa. Dia tak butuh orang lain untuk mengerti, sebagaimana dia sendiri pun tak mengerti saat kedua tangannya mendadak bergerak memeluk tengkuk Aaron, dan bibirnya mulai membalas ciuman suaminya itu dalam kuluman cepat dan intens.Karena mungkin, inilah yang Rihanna mau selama menyaksikan kehidupan Agnes, yakni menjadi istri muda Aaron, suami kakaknya sendiri.Pernikahan itu akhirnya selesai dengan cepat karena memang dilakukan secara rahasia. Rihanna ikut dengan Aaron menuju rumah yang Aaron beli untuk dirinya dan sang istri. Sementara Agnes tentu sudah pulang lebih awal dengan mobil yang berbeda.Rumah Aaron dan Rihanna berada di kawasan pinggiran kota Jakarta, lokasi yang sangat jauh dan tak pernah Rihanna kunjungi sebelumnya. Bahkan mobil harus melewati pepohonan rimbun, pemandangan gunung dari kejauhan, dan beberapa petak sawah."Ini tempat yang aman dan asri, sangat cocok untukmu," kata Aaron seolah tahu kebingungan Rihanna sepanjang perjalanan.Rihanna mengangguk saja, tak ingin berkomentar banyak.Setelah satu jam mengendarai mobil, sopir akhirnya menghentikan mobil di depan sebuah rumah lantai dua beraksen modern hitam-putih.Meskipun tidak semewah kediaman Aaron dan Agnes, Rihanna tetap berdebar kagum saat memasuki rumah itu. Karena, rumah ini adalah rumahnya dengan Aaron."Selamat datang, Tuan dan Nyonya." Dua orang maid menyambut Aaron dan Rihanna di depan pintu. Mereka adalah pekerja lama di sana yang sudah menjadi orang-orang kepercayaan Aaron."Kalian sudah menyiapkan kamar kami?" tanya Aaron seraya menarik pinggang Rihanna agar tetap berjalan masuk.Rihanna gelagapan mengikutinya."Sudah, Tuan. Semuanya sudah sempura," balas salah seorang maid.Aaron mengangguk puas. "Terima kasih."Dia terus menuntun Rihanna hingga mereka tiba di depan satu-satunya kamar di lantai dua. Aaron mempersilakan Rihanna masuk terlebih dahulu, baru dirinya. Lalu, pintu pun tertutup rapat dan mungkin tak akan pernah terbuka sampai berjam-jam ke depan."Kudengar, Agnes menambahkan 3 miliar untuk membuatmu luluh, Rihanna." adalah dialog pertama Aaron saat dia dan Rihanna sudah berada di dalam kamar.Dia melepas jas dan dasi hitamnya sambil memandangi Rihanna lewat cermin besar, sementara Rihanna berada di belakangnya--duduk di meja rias.Rihanna tersenyum kecut. "Ya. Tidak kusangka kakakku itu sangat menginginkanku. Dia ... dia bahkan berlutut di depanku.""Wow? Dia berlutut di depanmu? Seorang Agnes berlutut di depan orang lain?""Hmm. Kau tidak percaya, 'kan? Sebenarnya, aku juga masih sulit mempercayai kejadian itu." Rihanna menyeka make-up di wajahnya menggunakan kapas. "Menurutmu, apa yang membuat Kak Agnes sampai rela melakukan hal itu?""Sepertinya ... karena dia tak mau aku ceraikan."Aaron kini berdiri di belakang Rihanna. Dia meletakkan kedua tangannya di bahu sang istri dan merematnya lembut."Dan, ngomong-ngomong, tiga miliar itu dari pemberianku asal kau tau," bisik Aaron serak di dekat telinga Rihanna.Tubuh Rihanna langsung merinding hebat, sementara napasnya tercekat mendengar perkataan sang suami."A-apa kau bilang?""Hm? Kenapa? Kau pikir aku akan melepaskanmu setelah menghabiskan malam panas itu denganku?" Aaron terkekeh. "Aku bahkan masih belum menyangka kau sempat menolak lamaranku, Rihanna. Benar-benar wanita yang sulit ditebak."Rihanna berdiri. Dia berbalik cepat menatap Aaron dengan kedua mata membulat kaget."Tu-tunggu dulu! Jadi ... semua ini rencanamu? Ka-Kak Agnes memohon-mohon padaku karena kaulah yang menginginkanku? Dan uang itu juga ...?" Rihanna tampak sangat kaget. "Ta-tapi kenapa?"Aaron tidak langsung menjawab. Dia malah menarik pinggang Rihanna dan menatap wajah cantik itu dari dekat."Aku juga tidak tau," balas Aaron tanpa melepas tatapannya dari iris cokelat Rihanna. "Mungkin, karena aku lelah pada pernikahanku dengan Agnes. Mungkin, aku juga ingin seperti dia, memiliki pasangan lain dalam pernikahan kami."Rihanna mengerjap cepat. 'Pasangan lain? Maksudnya, Agnes punya pasangan lain?'"Dan mungkin ... aku juga menginginkan anak darimu, Rihanna. Bukan dari Agnes atau dari wanita mana pun."Setelah membisiki kalimat itu, Aaron kemudian menunduk dan mencium Rihanna dalam-dalam. Kedua tangannya mendekap erat tubuh sang istri membuat Rihanna tak dapat bergerak ke mana-mana.Rihanna tahu momentum ini. Hawa panas dan situasi yang sama seperti 'malam itu'. Dengan kesadaran penuh, Aaron mencumbunya sambil membawanya ke ranjang dan membaringkannya ke atas sana.Ya, inilah saatnya. Rihanna tahu ini adalah saat di mana ia harus melakukan tugasnya dengan baik. Atas uang 3 miliar yang dia dapat, dia menyerahkan dirinya kepada Aaron untuk memastikan lahirnya pewaris sah bagi pria itu."Aaron, tapi ... aku hanya harus melahirkan satu anak, 'kan?" tanya Rihanna menyela cumbuan Aaron. Napasnya memburu hebat dengan kedua wajah memerah menyadari Aaron menatap tubuh polosnya tanpa berkedip.Aaron mendengkus. "Terserah."Dia hendak melanjutkan cumbuannya, tapi Rihanna malah menyela lagi, "A-apa harus laki-laki? Kudengar ... orang tuamu lebih menyukai cucu laki-laki daripada perempuan.""Ck! Terserah! Berapa pun dan apa pun jenis kelaminnya, aku tidak peduli! Karena penerusku sudah pasti akan menjadi manusia hebat saat lahir nanti, berapa pun dan apa pun jenis kelaminnya!" Aaron menajamkan pandangan. "Jadi, sekarang berhenti bicara dan mendesahlah untukku!"Tanpa membiarkan Rihanna terus menyela, pria itu langsung membungkamnya dengan ciuman intens dan penuh tuntutan. Rihanna pun pasrah dalam kungkungan sang suami.Kegiatan mereka terjalin lebih dalam dan semakin dalam. Desahan dan lenguhan pun lolos dari bibir mereka. Dengan kesadaran penuh, dengan kamar yang terang benderang, dan dengan hubungan yang jauh lebih jelas, mereka mengulang kembali malam panas kemarin menjadi malam pertama pernikahan yang selalu diimpinan semua orang.Namun, di detik itu, Rihanna belum menyadari bahwa nama Aaron W. Rodgers telah terpatri erat dalam hatinya.***"Kak, ini bahkan sudah lewat sebulan. Aku benar-benar sudah pulih, lho. Kakak yakin tidak ingin datang ke Korea untuk menjengukku? Sehari pun tidak?" Terdengar nada merengek dari suara Jasse di telepon.Rihanna terkekeh. "Jangan manja begitu, Jasse. Kau bukan anak kecil lagi, ingat? Kita hanya beda dua tahun tapi kau benar-benar manja!""Suka-sukaku," balas Jasse songong."Ckckck. Pantas saja kau belum punya pacar meskipun sudah akan lulus. Perempuan tidak suka pria manja, kau tahu? Mereka lebih suka pria keren dan macho.""Bodoamat. Aku tidak minat pacaran. Dan, ngomong-ngomong, aku masih dua tahun lagi untuk lulus. Masih lama. Kau bahkan lupa dengan riwayat pendidikanku, Kak?" Giliran Jasse yang berdecak-decak. "Entah ke mana perginya Kak Rihanna yang selalu tahu segalanya tentang adik kecilnya Jasse.""Hahaha. Kau benar. Mungkin Bibi Lita jauh lebih mengenalmu sekarang dibanding aku."Bibi Lita adalah orang yang menemani Jasse tinggal di Korea untuk berkuliah. Beliau adalah kenalan
Pukul 7:30 malam. Agnes berada di mansion utama keluarga Rodgers untuk makan malam bersama ayah dan ibu mertuanya. Di meja makan yang panjang dan luas, dia berhadapan langsung dengan Tuan Allan Edric Rodgers dan Nyonya Titiana Rodgers, orang tua Aaron.Ada sebulat tekad kuat di wajah cantik Agnes saat memberanikan diri datang ke sini, bahwa ia tak mau lagi dianggap payah oleh mereka. Karena rencana kedatangannya hari ini adalah untuk membuat ayah dan ibu mertuanya itu luluh dan tidak memusuhinya lagi.Diam-diam, Agnes mengetik pesan di ponselnya sambil tersenyum penuh arti."Jadi, kenapa kau datang ke sini, Agnes?" Titiana akhirnya bertanya. Nada bicaranya terdengar malas sebagaimana lirikannya pada Agnes. "Kalau kau sampai berani ke sini, artinya kau punya sesuatu untuk dipamerkan. Iya, 'kan?"Agnes tetap tersenyum, berusaha tak mempermasalahkan sikap tak ramah yang memang selalu ia dapatkan dari sang ibu mertua."Kenapa Ibu berpikir begitu? Tidak bisakah menantu kalian ini ikut maka
Rihanna tak tahu apa yang terjadi, tapi, seminggu sejak tinggal bersama Aaron dan Agnes di mansion mereka, ia merasa Aaron jadi jauh lebih dingin dari biasanya. Tak hanya itu, rasanya sesak sekali karena Aaron lebih sering tidur di kamar pribadinya dibanding tidur bersamanya di kamar yang telah Agnes siapkan untuk mereka.Rihanna memberengut. Dia kini berdiri bimbang di ambang pintu ruang kerja pribadi Aaron sambil memandangi Aaron yang terlihat sibuk dengan laptop.Aaron tidak mendongak ataupun melirik meskipun sebenarnya sadar dengan kehadiran Rihanna sejak tadi. Pria blasteran Inggris itu memilih diam dan tetap fokus pada laporan bulanan perusahaan yang sedang dia periksa."Mas ...." Suara Rihanna akhirnya terdengar.Ya, Rihanna menyerah mempertahankan kebimbangannya. Dia pasrah membiarkan kakinya melangkah masuk dan mendekati meja kerja sang suami."Mas Aaron," panggilnya sekali lagi. Kali ini sambil menyentuh pelan lengan Aaron di atas meja.Aaron melirik sekilas."Kenapa?" balas
Aaron menarik pinggang Rihanna sehingga sang istri masuk ke dalam pelukannya. Sementara Rendra ia dorong kuat-kuat hingga mundur beberapa langkah."Kau kira kau siapa, hah?! Ini hari pertamamu tapi kau berani menyentuh istriku?!" amuk Aaron sambil mempererat dekapannya pada tubuh Rihanna.Rendra tampak kebingungan dan tak tahu harus bagaimana. Namun, pria itu akhirnya cepat-cepat mengendalikan diri dan membungkuk di hadapan Aaron. "Maafkan kelancangan saya, Tuan. Saya panik ingin membantu Nyonya yang terlihat hampir ping--""Tutup mulutmu!! Pergi dari sini sekarang juga!"Rendra terhenyak. "Ta-tapi, Tuan--""Pergi!!""Sudahlah, Mas!" Rihanna akhirnya bersuara.Dia sudah tak tahan mendengar perdebatan antar dua pria itu, belum lagi tubuhnya yang didekap erat oleh kedua lengan kekar Aaron.Rihanna pun memukul dada Aaron memberi isyarat agar dilepaskan, tapi Aaron justru menggeleng tegas."Kau sakit, Rihanna. Kita harus ke rumah sakit sekarang juga!""Aku baik-baik saja, Mas. Aku hanya
Apakah Agnes sungguhan pingsan? Tidak. Saat Aaron sampai di salah satu kafe dalam mall--tempat di mana Titiana dan Agnes berada--dia terpaku melihat Agnes justru sedang asyik berfoto selfie dengan Titiana di meja pojok kafe.Pria itu langsung memperlambat laju kakinya mendekati mereka. Napasnya yang ngos-ngosan berangsur stabil. Lalu, ekspresi khawatir di wajah tampan itu berubah jadi mimik datar tanpa ekspresi."Ah! Aaron! Kau akhirnya datang!" seru Titiana pertama kali menyadari kedatangan putranya. Dan seolah khawatir Aaron akan kabur, dia segera bangkit menarik lengan putranya itu agar mendekat.Aaron tak melepaskan tatapannya dari Agnes sejak memasuki area kafe. Kilat matanya dingin dan tajam. Namun, Agnes justru menunjukkan senyum lebar tanpa rasa bersalah."Hai, suamiku," sapa Agnes penuh arti.Titiana terkekeh senang. "Kau secinta itu pada istrimu ya, Aaron? Ibu tak menyangka akting Ibu tadi berhasil membuatmu datang.""Tentu saja dia cinta padaku, Bu. Aku sedang mengandung an
"Humppt!! A-Aaron!!"Rihanna kesulitan bernapas lantaran Aaron terus menggerakkan kepalanya, menekan pipinya, dan terus melumat bibirnya kuat-kuat. Rihanna betul-betul tak siap dengan aksi suaminya itu. Masalahnya, mereka bahkan belum sempat masuk ke dalam kamar!Aaron seperti tak kuasa lagi menahan diri saat membawa Rihanna dari halaman belakang dan naik ke lantai dua ini. Lalu seolah kehabisan kesabaran, Aaron malah menghimpit Rihanna di terali mezanin depan pintu kamar demi menghunjami Rihanna dengan ciuman ganasnya.Rihanna memejamkan mata bersama pikiran yang berantakan. Dia kaget, bingung, juga kesal. Pagi tadi, sebelum berangkat kerja, tingkah-laku Aaron padahal masih seperti biasanya, dingin dan cuek. Lalu, kenapa di sore hari setelah pulang dari kantor, Aaron malah tiba-tiba aneh seperti ini?Wanita itu akhirnya membuka mata. Sepasang iris biru Aaron yang lekat dan mengintimidasi langsung menyambut pertama kali, membuat jantungnya berdebar keras tanpa henti.Aaron lalu berhen
Rihanna pikir keanehan Aaron hanya ada di hari ciuman panas mereka itu saja. Namun, seminggu berlalu, Aaron tetap saja berperangai aneh. Dia sering datang ke kamar Rihanna tiap malam tanpa mengatakan apa pun, lalu pergi lagi setelah satu jam hanya duduk di sofa pojok kamar sambil membaca buku. Terus saja seperti itu.Lalu, puncak keanehan Aaron adalah hari ini. Rihanna sedang menghabiskan hari minggunya dengan berkebun di halaman belakang mansion. Rendra tentu hadir di situ untuk membantu sang nyonya. Tapi yang membuat mereka keheranan, Aaron rela menolak undangan main golf oleh klien penting hanya untuk ikut berkebun bersama Rihanna dan Rendra."Mas, Hans sudah menunggumu sejak tadi. Kau tidak kasihan padanya?" Rihanna menegur Aaron sambil melirik Hans--sekretaris Aaron--yang berdiri gelisah di belakang mereka.Aaron tak mengalihkan tatapannya dari tanah yang sedang ia gali, lalu menjawab, "Biarkan saja dia. Aku sudah meminta pertemuan itu dibatalkan, tapi dia malah seenaknya sendiri
"Lahirkan pewaris untuk suamiku, Rihanna, dan aku akan memberikanmu satu miliar."Rihanna melotot. Tubuhnya langsung kaku mendengar penuturan Agnes, sang kakak."Pe-pewaris? Ma-maksudnya bagaimana, Kak?"Agnes bersedekap menatap adik tirinya itu dengan tampang malas. Dia paling tidak suka mengulang kalimat yang sudah sangat jelas ia ucapkan."Aku harus menjelaskannya dengan bahasa apa lagi agar kau paham, huh? Aku memintamu mengandung dan melahirkan anakku dan Aaron. Kau tau sendiri tubuh indahku ini tidak boleh sampai rusak, apalagi untuk melahirkan seorang anak yang akan sangat merugikanku."Agnes Anita Rodgers adalah selebriti sekaligus influencer terkenal yang namanya sedang naik daun di Indonesia. Sebagai asisten pribadinya, Rihanna Halim tahu betul kenapa kakak tirinya itu selalu mengabaikan perintah kedua orang tua Aaron agar segera memiliki anak, tapi Rihanna tak pernah menyangka Agnes akan mengambil jalan konyol seperti ini. Ini terlalu gila!"Kenapa? Kau tak mau?" tanya Agne
Rihanna pikir keanehan Aaron hanya ada di hari ciuman panas mereka itu saja. Namun, seminggu berlalu, Aaron tetap saja berperangai aneh. Dia sering datang ke kamar Rihanna tiap malam tanpa mengatakan apa pun, lalu pergi lagi setelah satu jam hanya duduk di sofa pojok kamar sambil membaca buku. Terus saja seperti itu.Lalu, puncak keanehan Aaron adalah hari ini. Rihanna sedang menghabiskan hari minggunya dengan berkebun di halaman belakang mansion. Rendra tentu hadir di situ untuk membantu sang nyonya. Tapi yang membuat mereka keheranan, Aaron rela menolak undangan main golf oleh klien penting hanya untuk ikut berkebun bersama Rihanna dan Rendra."Mas, Hans sudah menunggumu sejak tadi. Kau tidak kasihan padanya?" Rihanna menegur Aaron sambil melirik Hans--sekretaris Aaron--yang berdiri gelisah di belakang mereka.Aaron tak mengalihkan tatapannya dari tanah yang sedang ia gali, lalu menjawab, "Biarkan saja dia. Aku sudah meminta pertemuan itu dibatalkan, tapi dia malah seenaknya sendiri
"Humppt!! A-Aaron!!"Rihanna kesulitan bernapas lantaran Aaron terus menggerakkan kepalanya, menekan pipinya, dan terus melumat bibirnya kuat-kuat. Rihanna betul-betul tak siap dengan aksi suaminya itu. Masalahnya, mereka bahkan belum sempat masuk ke dalam kamar!Aaron seperti tak kuasa lagi menahan diri saat membawa Rihanna dari halaman belakang dan naik ke lantai dua ini. Lalu seolah kehabisan kesabaran, Aaron malah menghimpit Rihanna di terali mezanin depan pintu kamar demi menghunjami Rihanna dengan ciuman ganasnya.Rihanna memejamkan mata bersama pikiran yang berantakan. Dia kaget, bingung, juga kesal. Pagi tadi, sebelum berangkat kerja, tingkah-laku Aaron padahal masih seperti biasanya, dingin dan cuek. Lalu, kenapa di sore hari setelah pulang dari kantor, Aaron malah tiba-tiba aneh seperti ini?Wanita itu akhirnya membuka mata. Sepasang iris biru Aaron yang lekat dan mengintimidasi langsung menyambut pertama kali, membuat jantungnya berdebar keras tanpa henti.Aaron lalu berhen
Apakah Agnes sungguhan pingsan? Tidak. Saat Aaron sampai di salah satu kafe dalam mall--tempat di mana Titiana dan Agnes berada--dia terpaku melihat Agnes justru sedang asyik berfoto selfie dengan Titiana di meja pojok kafe.Pria itu langsung memperlambat laju kakinya mendekati mereka. Napasnya yang ngos-ngosan berangsur stabil. Lalu, ekspresi khawatir di wajah tampan itu berubah jadi mimik datar tanpa ekspresi."Ah! Aaron! Kau akhirnya datang!" seru Titiana pertama kali menyadari kedatangan putranya. Dan seolah khawatir Aaron akan kabur, dia segera bangkit menarik lengan putranya itu agar mendekat.Aaron tak melepaskan tatapannya dari Agnes sejak memasuki area kafe. Kilat matanya dingin dan tajam. Namun, Agnes justru menunjukkan senyum lebar tanpa rasa bersalah."Hai, suamiku," sapa Agnes penuh arti.Titiana terkekeh senang. "Kau secinta itu pada istrimu ya, Aaron? Ibu tak menyangka akting Ibu tadi berhasil membuatmu datang.""Tentu saja dia cinta padaku, Bu. Aku sedang mengandung an
Aaron menarik pinggang Rihanna sehingga sang istri masuk ke dalam pelukannya. Sementara Rendra ia dorong kuat-kuat hingga mundur beberapa langkah."Kau kira kau siapa, hah?! Ini hari pertamamu tapi kau berani menyentuh istriku?!" amuk Aaron sambil mempererat dekapannya pada tubuh Rihanna.Rendra tampak kebingungan dan tak tahu harus bagaimana. Namun, pria itu akhirnya cepat-cepat mengendalikan diri dan membungkuk di hadapan Aaron. "Maafkan kelancangan saya, Tuan. Saya panik ingin membantu Nyonya yang terlihat hampir ping--""Tutup mulutmu!! Pergi dari sini sekarang juga!"Rendra terhenyak. "Ta-tapi, Tuan--""Pergi!!""Sudahlah, Mas!" Rihanna akhirnya bersuara.Dia sudah tak tahan mendengar perdebatan antar dua pria itu, belum lagi tubuhnya yang didekap erat oleh kedua lengan kekar Aaron.Rihanna pun memukul dada Aaron memberi isyarat agar dilepaskan, tapi Aaron justru menggeleng tegas."Kau sakit, Rihanna. Kita harus ke rumah sakit sekarang juga!""Aku baik-baik saja, Mas. Aku hanya
Rihanna tak tahu apa yang terjadi, tapi, seminggu sejak tinggal bersama Aaron dan Agnes di mansion mereka, ia merasa Aaron jadi jauh lebih dingin dari biasanya. Tak hanya itu, rasanya sesak sekali karena Aaron lebih sering tidur di kamar pribadinya dibanding tidur bersamanya di kamar yang telah Agnes siapkan untuk mereka.Rihanna memberengut. Dia kini berdiri bimbang di ambang pintu ruang kerja pribadi Aaron sambil memandangi Aaron yang terlihat sibuk dengan laptop.Aaron tidak mendongak ataupun melirik meskipun sebenarnya sadar dengan kehadiran Rihanna sejak tadi. Pria blasteran Inggris itu memilih diam dan tetap fokus pada laporan bulanan perusahaan yang sedang dia periksa."Mas ...." Suara Rihanna akhirnya terdengar.Ya, Rihanna menyerah mempertahankan kebimbangannya. Dia pasrah membiarkan kakinya melangkah masuk dan mendekati meja kerja sang suami."Mas Aaron," panggilnya sekali lagi. Kali ini sambil menyentuh pelan lengan Aaron di atas meja.Aaron melirik sekilas."Kenapa?" balas
Pukul 7:30 malam. Agnes berada di mansion utama keluarga Rodgers untuk makan malam bersama ayah dan ibu mertuanya. Di meja makan yang panjang dan luas, dia berhadapan langsung dengan Tuan Allan Edric Rodgers dan Nyonya Titiana Rodgers, orang tua Aaron.Ada sebulat tekad kuat di wajah cantik Agnes saat memberanikan diri datang ke sini, bahwa ia tak mau lagi dianggap payah oleh mereka. Karena rencana kedatangannya hari ini adalah untuk membuat ayah dan ibu mertuanya itu luluh dan tidak memusuhinya lagi.Diam-diam, Agnes mengetik pesan di ponselnya sambil tersenyum penuh arti."Jadi, kenapa kau datang ke sini, Agnes?" Titiana akhirnya bertanya. Nada bicaranya terdengar malas sebagaimana lirikannya pada Agnes. "Kalau kau sampai berani ke sini, artinya kau punya sesuatu untuk dipamerkan. Iya, 'kan?"Agnes tetap tersenyum, berusaha tak mempermasalahkan sikap tak ramah yang memang selalu ia dapatkan dari sang ibu mertua."Kenapa Ibu berpikir begitu? Tidak bisakah menantu kalian ini ikut maka
"Kak, ini bahkan sudah lewat sebulan. Aku benar-benar sudah pulih, lho. Kakak yakin tidak ingin datang ke Korea untuk menjengukku? Sehari pun tidak?" Terdengar nada merengek dari suara Jasse di telepon.Rihanna terkekeh. "Jangan manja begitu, Jasse. Kau bukan anak kecil lagi, ingat? Kita hanya beda dua tahun tapi kau benar-benar manja!""Suka-sukaku," balas Jasse songong."Ckckck. Pantas saja kau belum punya pacar meskipun sudah akan lulus. Perempuan tidak suka pria manja, kau tahu? Mereka lebih suka pria keren dan macho.""Bodoamat. Aku tidak minat pacaran. Dan, ngomong-ngomong, aku masih dua tahun lagi untuk lulus. Masih lama. Kau bahkan lupa dengan riwayat pendidikanku, Kak?" Giliran Jasse yang berdecak-decak. "Entah ke mana perginya Kak Rihanna yang selalu tahu segalanya tentang adik kecilnya Jasse.""Hahaha. Kau benar. Mungkin Bibi Lita jauh lebih mengenalmu sekarang dibanding aku."Bibi Lita adalah orang yang menemani Jasse tinggal di Korea untuk berkuliah. Beliau adalah kenalan
"Saya mengambil engkau Rihana Halim menjadi istri saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus."Rihanna mengerjap sekali seusai Aaron mengucapkan kalimat janji di depan pendeta. Aaron, yang detik itu telah resmi menjadi suaminya."Rihana? Kenapa diam saja?" bisik Aaron menyadari istri mudanya itu malah hanya melongo menatapnya dengan pandangan kosong.Rihanna gelagapan, salah tingkah memandangi Aaron, pak pendeta yang berdeham canggung, dan Agnes yang duduk menatap mereka dari jauh.Wanita itu akhirnya mengambil napas dalam-dalam dan berkata, "Sa-saya mengambil engkau Aaron W. Rodgers menjadi suami saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pad
"Ri-Rihana?"Aaron kaget. Saat baru saja membuka kedua mata, hal pertama yang dilihatnya adalah wajah lelap Rihanna di atas ranjang yang sama dengannya.Pria itu mengerjap. Dia berusaha mengenali situasi itu baik-baik, sementara tangannya masih memeluk pinggang Rihanna, tubuh mereka masih rapat tanpa busana dalam selimut, dan wajah mereka masih saling berhadapan dalam jarak dekat.Tapi, apa maksudnya ini?Sayup-sayup, Rihanna akhirnya juga membuka kedua mata. Dan sama seperti Aaron, hal pertama yang ia lihat adalah wajah tampan pria itu.Di detik itulah Aaron langsung menarik tubuhnya menjauh. Napasnya memburu keras, sebagaimana jantungnya yang mendadak berdetak kencang."Ki-kita melakukannya?" tanya pria bermata biru itu sambil mengernyit mengingat kejadian semalam. Tapi semakin ia berpikir keras, semakin kepalanya sakit.Rihanna bangkit duduk dengan kedua tangan mendekap erat selimut di depan tubuh."Aaron, aku ... aku minta maaf."Aaron ikut duduk. Selimut turun setengah menampilka