"Lahirkan pewaris untuk suamiku, Rihanna, dan aku akan memberikanmu satu miliar."
Rihanna melotot. Tubuhnya langsung kaku mendengar penuturan Agnes, sang kakak."Pe-pewaris? Ma-maksudnya bagaimana, Kak?"Agnes bersedekap menatap adik tirinya itu dengan tampang malas. Dia paling tidak suka mengulang kalimat yang sudah sangat jelas ia ucapkan."Aku harus menjelaskannya dengan bahasa apa lagi agar kau paham, huh? Aku memintamu mengandung dan melahirkan anakku dan Aaron. Kau tau sendiri tubuh indahku ini tidak boleh sampai rusak, apalagi untuk melahirkan seorang anak yang akan sangat merugikanku."Agnes Anita Rodgers adalah selebriti sekaligus influencer terkenal yang namanya sedang naik daun di Indonesia. Sebagai asisten pribadinya, Rihanna Halim tahu betul kenapa kakak tirinya itu selalu mengabaikan perintah kedua orang tua Aaron agar segera memiliki anak, tapi Rihanna tak pernah menyangka Agnes akan mengambil jalan konyol seperti ini. Ini terlalu gila!"Kenapa? Kau tak mau?" tanya Agnes sebal, menyadari ekspresi keberatan di wajah sayu Rihanna.Di sofa seberang meja, Rihanna menggelengkan kepala sambil memperbaiki duduknya. "Bu-bukan begitu. Aku hanya kaget, Kak. Kau sungguh memintaku melahirkan anakmu? Tapi, bagaimana caranya?""Tentu saja kau harus berhubungan badan dengan suamiku. Memangnya ada cara lain yang lebih mudah selain itu?"Rihanna melotot lagi. Gila! Bagaimana bisa Agnes berkata setenang itu tentang suaminya sendiri?!Oh, baiklah. Rihanna hampir lupa bahwa hubungan Agnes dan Aaron bahkan hampir tak bisa disebut sebagai 'suami-istri'. Dua orang itu tidak pernah saling mencintai meskipun telah menikah dua tahun lamanya.Aaron lebih mencintai pekerjaannya sebagai CEO The Road's Group dan Agnes lebih mencintai pekerjaannya sebagai selebriti terkenal. Rihanna menjadi saksi nyata betapa kacaunya hubungan pernikahan mereka."Tapi, apa harus sampai seperti ini, Kak? Kau ... kau tidak masalah jika wanita lain tidur dengan suamimu?" tanya Rihanna, masih merasa ragu dengan permintaan sang kakak. Di sisi lain, hatinya juga berbisik yakin menginginkan satu miliar yang ditawarkan oleh Agnes.Agnes mendengkus. "Itu tergantung dirimu, Rihanna Sayang. Kau sendiri tidak masalah jika kondisi adikmu, Jesse, semakin memburuk karena tidak segera mendapatkan transplantasi jantung? Kau bilang, kau kemari untuk meminjam uang, 'kan?"Benar. Alasan Rihanna datang ke kediaman Agnes adalah untuk mengharapkan kemurahan hati kakaknya itu agar mau meminjamkannya uang. Uang yang tidak sedikit tentunya. Sebab Jesse, adik kandungnya, membutuhkan operasi transplantasi jantung sesegara mungkin setelah hampir enam bulan menunggu tanpa kepastian.Rihanna menunduk sambil memainkan jemarinya yang bertautan di atas pangkuan. Jemarinya yang terasa bergetar ketakutan memikirkan kondisi adiknya jika ia gagal mendapatkan uang.Agnes tersenyum miring menyadari ekspresi Rihanna yang mulai goyah pada tawarannya."Jadi, bagaimana, Rihanna? Deal?"***Aaron W. Rodgers baru saja tiba di mansion-nya pukul 9:40 malam. Dia tampak lelah setelah kembali dari Singapura untuk urusan bisnis selama seminggu di sana.Pria blasteran Inggris itu rasanya ingin segera masuk ke kamar, berendam air panas, dan tidur lelap sampai besok pagi."Selamat datang, Tuan Aaron."Sarah, kepala maid, datang menyambut Aaron di ruang tamu. Dia datang menyodorkan segelas wine di atas baki yang memang akan selalu ia sajikan tiap kali sang tuan pulang ke mansion.Aaron mengambilnya dan langsung meneguk sampai habis."Apakah Agnes sudah pulang, Bu?" tanyanya kemudian.Sarah mengangguk. "Nyonya sudah menunggu di kamar Anda, Tuan.""Huh? Di kamarku?" Aaron mengangkat sebelah alis heran. "Untuk apa dia di kamarku?"Pria itu tampak heran karena dia dan Agnes sebelumnya hampir tak pernah tidur sekamar, sebab mereka punya kamar privasi masing-masing sejak menikah. Namun, alih-alih menjawab, Sarah justru membungkuk sopan lalu mundur menjauhi Aaron.Aaron akhirnya pergi ke kamarnya untuk mengecek sendiri keberadaan Agnes. Namun, saat tangannya hendak menggapai gagang pintu, Aaron tiba-tiba tertegun. Dia merasakan tubuhnya mendadak panas-dingin tanpa sebab."Shit!" umpatnya seraya melepas cepat jas hitam dari tubuh untuk mengurangi rasa panas itu.Lalu, Aaron pun masuk.Seseorang di dalam kamar tersentak kaget merasakan bunyi pintu, tapi dia tak kuasa bergerak dari ranjang. Hanya detak jantungnyalah yang berisik menanti-nanti kedatangan Aaron."Ya Tuhan ..., sungguhkah ini keputusan yang tepat?" Rihanna, wanita itu, berbisik pilu pada dirinya sendiri.Di dalam kegelapan kamar, dia menggigit bibir bawah kasar sambil menahan hatinya yang menciut takut."Agnes? Kaukah itu?" Suara Aaron akhirnya terdengar. Dia mendekat melihat bayangan punggung wanita ber-lingerie merah di atas ranjang.Akan tetapi, pria itu lalu meringis. Tubuhnya lagi-lagi bereaksi aneh dan tak terkendali. Jantungnya berdebar kencang, napasnya memberat, kepalanya pening, dan pandangannya berkabut. Kakinya sampai tak kuasa berjalan menuju sakelar lampu dan hanya mampu menggapai sisi kanan ranjang.Semua lampu dalam keadaan mati pada saat itu, menyisakan kegelapan pekat yang membuat kedua mata Aaron cuma terarah pada punggung polos wanita di sisi kiri ranjang. Wanita yang ia kira istrinya."Kenapa kau tidur di sini, Agnes?" Sambil melepas kemeja dan celana dengan gerakan terburu-buru, Aaron bertanya serak. "Aku tau ini terdengar konyol. Tapi, apa kau butuh sentuhanku malam ini?"Rihanna menelan ludah gugup, sementara Aaron terengah merasakan lonjakan gairah dalam tubuhnya. Keringat membanjiri seluruh tubuh polos pria itu yang telah bertelanjang dada."Agnes? Kau belum tidur, 'kan?" tanya Aaron sekali lagi, kali ini sambil berbaring dan memeluk si wanita dari belakang.Rihanna tidak menjawab, melainkan hanya menggeleng pelan. Dia tidak boleh bersuara dan ketahuan, itu yang Agnes katakan sebelum 'melempar'-nya ke sini tadi. Padahal, Rihanna rasanya ingin berteriak kencang merasakan sentuhan intens di sekujur tubuhnya sekarang. Dia tak pernah menyangka akan disentuh seperti ini oleh kakak iparnya sendiri!"Sepertinya Bu Sarah memasukkan sesuatu ke dalam wine-ku. Tubuhku mendadak menginginkanmu, Agnes." Aaron bergumam.Kepalanya menunduk, mengecup lembut pundak, leher, dan punggung Rihanna dari belakang, tanpa tahu bahwa itu bukanlah Agnes istrinya.Rihanna hanya bisa pasrah menahan bibir agar tak mendesah di bawah kendali Aaron. Dia juga berusaha keras agar tak berteriak saat Aaron kini menindihnya."Harusnya aku berendam saja untuk menghilangkan rasa sesak di tubuh bawahku sekarang. Tapi kupikir bercinta denganmu bukanlah ide yang buruk. Kita sudah lama tidak melakukannya, 'kan?"Rihanna tahu dia pada akhirnya sudah tak punya kesempatan lagi untuk mundur, karena Aaron pun mulai bergerak agresif mencumbunya semakin dalam dan intens.Seketika, semua kejadian selama dua hari terakhir melintas cepat di kepala Rihanna. Tentang kontrak perjanjiannya dengan Agnes yang sudah dia tanda tangani, tentang uang satu miliar yang sudah dia terima, dan tentang keputusan nekatnya masuk ke kamar ini.Jadi, satu-satunya hal yang bisa Rihanna lakukan sekarang adalah pasrah tanpa kata ketika Aaron mulai memasukinya dengan paksa.***"Ri-Rihana?"Aaron kaget. Saat baru saja membuka kedua mata, hal pertama yang dilihatnya adalah wajah lelap Rihanna di atas ranjang yang sama dengannya.Pria itu mengerjap. Dia berusaha mengenali situasi itu baik-baik, sementara tangannya masih memeluk pinggang Rihanna, tubuh mereka masih rapat tanpa busana dalam selimut, dan wajah mereka masih saling berhadapan dalam jarak dekat.Tapi, apa maksudnya ini?Sayup-sayup, Rihanna akhirnya juga membuka kedua mata. Dan sama seperti Aaron, hal pertama yang ia lihat adalah wajah tampan pria itu.Di detik itulah Aaron langsung menarik tubuhnya menjauh. Napasnya memburu keras, sebagaimana jantungnya yang mendadak berdetak kencang."Ki-kita melakukannya?" tanya pria bermata biru itu sambil mengernyit mengingat kejadian semalam. Tapi semakin ia berpikir keras, semakin kepalanya sakit.Rihanna bangkit duduk dengan kedua tangan mendekap erat selimut di depan tubuh."Aaron, aku ... aku minta maaf."Aaron ikut duduk. Selimut turun setengah menampilka
"Saya mengambil engkau Rihana Halim menjadi istri saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus."Rihanna mengerjap sekali seusai Aaron mengucapkan kalimat janji di depan pendeta. Aaron, yang detik itu telah resmi menjadi suaminya."Rihana? Kenapa diam saja?" bisik Aaron menyadari istri mudanya itu malah hanya melongo menatapnya dengan pandangan kosong.Rihanna gelagapan, salah tingkah memandangi Aaron, pak pendeta yang berdeham canggung, dan Agnes yang duduk menatap mereka dari jauh.Wanita itu akhirnya mengambil napas dalam-dalam dan berkata, "Sa-saya mengambil engkau Aaron W. Rodgers menjadi suami saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pad
"Kak, ini bahkan sudah lewat sebulan. Aku benar-benar sudah pulih, lho. Kakak yakin tidak ingin datang ke Korea untuk menjengukku? Sehari pun tidak?" Terdengar nada merengek dari suara Jasse di telepon.Rihanna terkekeh. "Jangan manja begitu, Jasse. Kau bukan anak kecil lagi, ingat? Kita hanya beda dua tahun tapi kau benar-benar manja!""Suka-sukaku," balas Jasse songong."Ckckck. Pantas saja kau belum punya pacar meskipun sudah akan lulus. Perempuan tidak suka pria manja, kau tahu? Mereka lebih suka pria keren dan macho.""Bodoamat. Aku tidak minat pacaran. Dan, ngomong-ngomong, aku masih dua tahun lagi untuk lulus. Masih lama. Kau bahkan lupa dengan riwayat pendidikanku, Kak?" Giliran Jasse yang berdecak-decak. "Entah ke mana perginya Kak Rihanna yang selalu tahu segalanya tentang adik kecilnya Jasse.""Hahaha. Kau benar. Mungkin Bibi Lita jauh lebih mengenalmu sekarang dibanding aku."Bibi Lita adalah orang yang menemani Jasse tinggal di Korea untuk berkuliah. Beliau adalah kenalan
Pukul 7:30 malam. Agnes berada di mansion utama keluarga Rodgers untuk makan malam bersama ayah dan ibu mertuanya. Di meja makan yang panjang dan luas, dia berhadapan langsung dengan Tuan Allan Edric Rodgers dan Nyonya Titiana Rodgers, orang tua Aaron.Ada sebulat tekad kuat di wajah cantik Agnes saat memberanikan diri datang ke sini, bahwa ia tak mau lagi dianggap payah oleh mereka. Karena rencana kedatangannya hari ini adalah untuk membuat ayah dan ibu mertuanya itu luluh dan tidak memusuhinya lagi.Diam-diam, Agnes mengetik pesan di ponselnya sambil tersenyum penuh arti."Jadi, kenapa kau datang ke sini, Agnes?" Titiana akhirnya bertanya. Nada bicaranya terdengar malas sebagaimana lirikannya pada Agnes. "Kalau kau sampai berani ke sini, artinya kau punya sesuatu untuk dipamerkan. Iya, 'kan?"Agnes tetap tersenyum, berusaha tak mempermasalahkan sikap tak ramah yang memang selalu ia dapatkan dari sang ibu mertua."Kenapa Ibu berpikir begitu? Tidak bisakah menantu kalian ini ikut maka
Rihanna tak tahu apa yang terjadi, tapi, seminggu sejak tinggal bersama Aaron dan Agnes di mansion mereka, ia merasa Aaron jadi jauh lebih dingin dari biasanya. Tak hanya itu, rasanya sesak sekali karena Aaron lebih sering tidur di kamar pribadinya dibanding tidur bersamanya di kamar yang telah Agnes siapkan untuk mereka.Rihanna memberengut. Dia kini berdiri bimbang di ambang pintu ruang kerja pribadi Aaron sambil memandangi Aaron yang terlihat sibuk dengan laptop.Aaron tidak mendongak ataupun melirik meskipun sebenarnya sadar dengan kehadiran Rihanna sejak tadi. Pria blasteran Inggris itu memilih diam dan tetap fokus pada laporan bulanan perusahaan yang sedang dia periksa."Mas ...." Suara Rihanna akhirnya terdengar.Ya, Rihanna menyerah mempertahankan kebimbangannya. Dia pasrah membiarkan kakinya melangkah masuk dan mendekati meja kerja sang suami."Mas Aaron," panggilnya sekali lagi. Kali ini sambil menyentuh pelan lengan Aaron di atas meja.Aaron melirik sekilas."Kenapa?" balas
Aaron menarik pinggang Rihanna sehingga sang istri masuk ke dalam pelukannya. Sementara Rendra ia dorong kuat-kuat hingga mundur beberapa langkah."Kau kira kau siapa, hah?! Ini hari pertamamu tapi kau berani menyentuh istriku?!" amuk Aaron sambil mempererat dekapannya pada tubuh Rihanna.Rendra tampak kebingungan dan tak tahu harus bagaimana. Namun, pria itu akhirnya cepat-cepat mengendalikan diri dan membungkuk di hadapan Aaron. "Maafkan kelancangan saya, Tuan. Saya panik ingin membantu Nyonya yang terlihat hampir ping--""Tutup mulutmu!! Pergi dari sini sekarang juga!"Rendra terhenyak. "Ta-tapi, Tuan--""Pergi!!""Sudahlah, Mas!" Rihanna akhirnya bersuara.Dia sudah tak tahan mendengar perdebatan antar dua pria itu, belum lagi tubuhnya yang didekap erat oleh kedua lengan kekar Aaron.Rihanna pun memukul dada Aaron memberi isyarat agar dilepaskan, tapi Aaron justru menggeleng tegas."Kau sakit, Rihanna. Kita harus ke rumah sakit sekarang juga!""Aku baik-baik saja, Mas. Aku hanya
Apakah Agnes sungguhan pingsan? Tidak. Saat Aaron sampai di salah satu kafe dalam mall--tempat di mana Titiana dan Agnes berada--dia terpaku melihat Agnes justru sedang asyik berfoto selfie dengan Titiana di meja pojok kafe.Pria itu langsung memperlambat laju kakinya mendekati mereka. Napasnya yang ngos-ngosan berangsur stabil. Lalu, ekspresi khawatir di wajah tampan itu berubah jadi mimik datar tanpa ekspresi."Ah! Aaron! Kau akhirnya datang!" seru Titiana pertama kali menyadari kedatangan putranya. Dan seolah khawatir Aaron akan kabur, dia segera bangkit menarik lengan putranya itu agar mendekat.Aaron tak melepaskan tatapannya dari Agnes sejak memasuki area kafe. Kilat matanya dingin dan tajam. Namun, Agnes justru menunjukkan senyum lebar tanpa rasa bersalah."Hai, suamiku," sapa Agnes penuh arti.Titiana terkekeh senang. "Kau secinta itu pada istrimu ya, Aaron? Ibu tak menyangka akting Ibu tadi berhasil membuatmu datang.""Tentu saja dia cinta padaku, Bu. Aku sedang mengandung an
"Humppt!! A-Aaron!!"Rihanna kesulitan bernapas lantaran Aaron terus menggerakkan kepalanya, menekan pipinya, dan terus melumat bibirnya kuat-kuat. Rihanna betul-betul tak siap dengan aksi suaminya itu. Masalahnya, mereka bahkan belum sempat masuk ke dalam kamar!Aaron seperti tak kuasa lagi menahan diri saat membawa Rihanna dari halaman belakang dan naik ke lantai dua ini. Lalu seolah kehabisan kesabaran, Aaron malah menghimpit Rihanna di terali mezanin depan pintu kamar demi menghunjami Rihanna dengan ciuman ganasnya.Rihanna memejamkan mata bersama pikiran yang berantakan. Dia kaget, bingung, juga kesal. Pagi tadi, sebelum berangkat kerja, tingkah-laku Aaron padahal masih seperti biasanya, dingin dan cuek. Lalu, kenapa di sore hari setelah pulang dari kantor, Aaron malah tiba-tiba aneh seperti ini?Wanita itu akhirnya membuka mata. Sepasang iris biru Aaron yang lekat dan mengintimidasi langsung menyambut pertama kali, membuat jantungnya berdebar keras tanpa henti.Aaron lalu berhen
Rihanna pikir keanehan Aaron hanya ada di hari ciuman panas mereka itu saja. Namun, seminggu berlalu, Aaron tetap saja berperangai aneh. Dia sering datang ke kamar Rihanna tiap malam tanpa mengatakan apa pun, lalu pergi lagi setelah satu jam hanya duduk di sofa pojok kamar sambil membaca buku. Terus saja seperti itu.Lalu, puncak keanehan Aaron adalah hari ini. Rihanna sedang menghabiskan hari minggunya dengan berkebun di halaman belakang mansion. Rendra tentu hadir di situ untuk membantu sang nyonya. Tapi yang membuat mereka keheranan, Aaron rela menolak undangan main golf oleh klien penting hanya untuk ikut berkebun bersama Rihanna dan Rendra."Mas, Hans sudah menunggumu sejak tadi. Kau tidak kasihan padanya?" Rihanna menegur Aaron sambil melirik Hans--sekretaris Aaron--yang berdiri gelisah di belakang mereka.Aaron tak mengalihkan tatapannya dari tanah yang sedang ia gali, lalu menjawab, "Biarkan saja dia. Aku sudah meminta pertemuan itu dibatalkan, tapi dia malah seenaknya sendiri
"Humppt!! A-Aaron!!"Rihanna kesulitan bernapas lantaran Aaron terus menggerakkan kepalanya, menekan pipinya, dan terus melumat bibirnya kuat-kuat. Rihanna betul-betul tak siap dengan aksi suaminya itu. Masalahnya, mereka bahkan belum sempat masuk ke dalam kamar!Aaron seperti tak kuasa lagi menahan diri saat membawa Rihanna dari halaman belakang dan naik ke lantai dua ini. Lalu seolah kehabisan kesabaran, Aaron malah menghimpit Rihanna di terali mezanin depan pintu kamar demi menghunjami Rihanna dengan ciuman ganasnya.Rihanna memejamkan mata bersama pikiran yang berantakan. Dia kaget, bingung, juga kesal. Pagi tadi, sebelum berangkat kerja, tingkah-laku Aaron padahal masih seperti biasanya, dingin dan cuek. Lalu, kenapa di sore hari setelah pulang dari kantor, Aaron malah tiba-tiba aneh seperti ini?Wanita itu akhirnya membuka mata. Sepasang iris biru Aaron yang lekat dan mengintimidasi langsung menyambut pertama kali, membuat jantungnya berdebar keras tanpa henti.Aaron lalu berhen
Apakah Agnes sungguhan pingsan? Tidak. Saat Aaron sampai di salah satu kafe dalam mall--tempat di mana Titiana dan Agnes berada--dia terpaku melihat Agnes justru sedang asyik berfoto selfie dengan Titiana di meja pojok kafe.Pria itu langsung memperlambat laju kakinya mendekati mereka. Napasnya yang ngos-ngosan berangsur stabil. Lalu, ekspresi khawatir di wajah tampan itu berubah jadi mimik datar tanpa ekspresi."Ah! Aaron! Kau akhirnya datang!" seru Titiana pertama kali menyadari kedatangan putranya. Dan seolah khawatir Aaron akan kabur, dia segera bangkit menarik lengan putranya itu agar mendekat.Aaron tak melepaskan tatapannya dari Agnes sejak memasuki area kafe. Kilat matanya dingin dan tajam. Namun, Agnes justru menunjukkan senyum lebar tanpa rasa bersalah."Hai, suamiku," sapa Agnes penuh arti.Titiana terkekeh senang. "Kau secinta itu pada istrimu ya, Aaron? Ibu tak menyangka akting Ibu tadi berhasil membuatmu datang.""Tentu saja dia cinta padaku, Bu. Aku sedang mengandung an
Aaron menarik pinggang Rihanna sehingga sang istri masuk ke dalam pelukannya. Sementara Rendra ia dorong kuat-kuat hingga mundur beberapa langkah."Kau kira kau siapa, hah?! Ini hari pertamamu tapi kau berani menyentuh istriku?!" amuk Aaron sambil mempererat dekapannya pada tubuh Rihanna.Rendra tampak kebingungan dan tak tahu harus bagaimana. Namun, pria itu akhirnya cepat-cepat mengendalikan diri dan membungkuk di hadapan Aaron. "Maafkan kelancangan saya, Tuan. Saya panik ingin membantu Nyonya yang terlihat hampir ping--""Tutup mulutmu!! Pergi dari sini sekarang juga!"Rendra terhenyak. "Ta-tapi, Tuan--""Pergi!!""Sudahlah, Mas!" Rihanna akhirnya bersuara.Dia sudah tak tahan mendengar perdebatan antar dua pria itu, belum lagi tubuhnya yang didekap erat oleh kedua lengan kekar Aaron.Rihanna pun memukul dada Aaron memberi isyarat agar dilepaskan, tapi Aaron justru menggeleng tegas."Kau sakit, Rihanna. Kita harus ke rumah sakit sekarang juga!""Aku baik-baik saja, Mas. Aku hanya
Rihanna tak tahu apa yang terjadi, tapi, seminggu sejak tinggal bersama Aaron dan Agnes di mansion mereka, ia merasa Aaron jadi jauh lebih dingin dari biasanya. Tak hanya itu, rasanya sesak sekali karena Aaron lebih sering tidur di kamar pribadinya dibanding tidur bersamanya di kamar yang telah Agnes siapkan untuk mereka.Rihanna memberengut. Dia kini berdiri bimbang di ambang pintu ruang kerja pribadi Aaron sambil memandangi Aaron yang terlihat sibuk dengan laptop.Aaron tidak mendongak ataupun melirik meskipun sebenarnya sadar dengan kehadiran Rihanna sejak tadi. Pria blasteran Inggris itu memilih diam dan tetap fokus pada laporan bulanan perusahaan yang sedang dia periksa."Mas ...." Suara Rihanna akhirnya terdengar.Ya, Rihanna menyerah mempertahankan kebimbangannya. Dia pasrah membiarkan kakinya melangkah masuk dan mendekati meja kerja sang suami."Mas Aaron," panggilnya sekali lagi. Kali ini sambil menyentuh pelan lengan Aaron di atas meja.Aaron melirik sekilas."Kenapa?" balas
Pukul 7:30 malam. Agnes berada di mansion utama keluarga Rodgers untuk makan malam bersama ayah dan ibu mertuanya. Di meja makan yang panjang dan luas, dia berhadapan langsung dengan Tuan Allan Edric Rodgers dan Nyonya Titiana Rodgers, orang tua Aaron.Ada sebulat tekad kuat di wajah cantik Agnes saat memberanikan diri datang ke sini, bahwa ia tak mau lagi dianggap payah oleh mereka. Karena rencana kedatangannya hari ini adalah untuk membuat ayah dan ibu mertuanya itu luluh dan tidak memusuhinya lagi.Diam-diam, Agnes mengetik pesan di ponselnya sambil tersenyum penuh arti."Jadi, kenapa kau datang ke sini, Agnes?" Titiana akhirnya bertanya. Nada bicaranya terdengar malas sebagaimana lirikannya pada Agnes. "Kalau kau sampai berani ke sini, artinya kau punya sesuatu untuk dipamerkan. Iya, 'kan?"Agnes tetap tersenyum, berusaha tak mempermasalahkan sikap tak ramah yang memang selalu ia dapatkan dari sang ibu mertua."Kenapa Ibu berpikir begitu? Tidak bisakah menantu kalian ini ikut maka
"Kak, ini bahkan sudah lewat sebulan. Aku benar-benar sudah pulih, lho. Kakak yakin tidak ingin datang ke Korea untuk menjengukku? Sehari pun tidak?" Terdengar nada merengek dari suara Jasse di telepon.Rihanna terkekeh. "Jangan manja begitu, Jasse. Kau bukan anak kecil lagi, ingat? Kita hanya beda dua tahun tapi kau benar-benar manja!""Suka-sukaku," balas Jasse songong."Ckckck. Pantas saja kau belum punya pacar meskipun sudah akan lulus. Perempuan tidak suka pria manja, kau tahu? Mereka lebih suka pria keren dan macho.""Bodoamat. Aku tidak minat pacaran. Dan, ngomong-ngomong, aku masih dua tahun lagi untuk lulus. Masih lama. Kau bahkan lupa dengan riwayat pendidikanku, Kak?" Giliran Jasse yang berdecak-decak. "Entah ke mana perginya Kak Rihanna yang selalu tahu segalanya tentang adik kecilnya Jasse.""Hahaha. Kau benar. Mungkin Bibi Lita jauh lebih mengenalmu sekarang dibanding aku."Bibi Lita adalah orang yang menemani Jasse tinggal di Korea untuk berkuliah. Beliau adalah kenalan
"Saya mengambil engkau Rihana Halim menjadi istri saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus."Rihanna mengerjap sekali seusai Aaron mengucapkan kalimat janji di depan pendeta. Aaron, yang detik itu telah resmi menjadi suaminya."Rihana? Kenapa diam saja?" bisik Aaron menyadari istri mudanya itu malah hanya melongo menatapnya dengan pandangan kosong.Rihanna gelagapan, salah tingkah memandangi Aaron, pak pendeta yang berdeham canggung, dan Agnes yang duduk menatap mereka dari jauh.Wanita itu akhirnya mengambil napas dalam-dalam dan berkata, "Sa-saya mengambil engkau Aaron W. Rodgers menjadi suami saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pad
"Ri-Rihana?"Aaron kaget. Saat baru saja membuka kedua mata, hal pertama yang dilihatnya adalah wajah lelap Rihanna di atas ranjang yang sama dengannya.Pria itu mengerjap. Dia berusaha mengenali situasi itu baik-baik, sementara tangannya masih memeluk pinggang Rihanna, tubuh mereka masih rapat tanpa busana dalam selimut, dan wajah mereka masih saling berhadapan dalam jarak dekat.Tapi, apa maksudnya ini?Sayup-sayup, Rihanna akhirnya juga membuka kedua mata. Dan sama seperti Aaron, hal pertama yang ia lihat adalah wajah tampan pria itu.Di detik itulah Aaron langsung menarik tubuhnya menjauh. Napasnya memburu keras, sebagaimana jantungnya yang mendadak berdetak kencang."Ki-kita melakukannya?" tanya pria bermata biru itu sambil mengernyit mengingat kejadian semalam. Tapi semakin ia berpikir keras, semakin kepalanya sakit.Rihanna bangkit duduk dengan kedua tangan mendekap erat selimut di depan tubuh."Aaron, aku ... aku minta maaf."Aaron ikut duduk. Selimut turun setengah menampilka