2. Jadilah Istriku, Rihanna!

"Ri-Rihana?"

Aaron kaget. Saat baru saja membuka kedua mata, hal pertama yang dilihatnya adalah wajah lelap Rihanna di atas ranjang yang sama dengannya.

Pria itu mengerjap. Dia berusaha mengenali situasi itu baik-baik, sementara tangannya masih memeluk pinggang Rihanna, tubuh mereka masih rapat tanpa busana dalam selimut, dan wajah mereka masih saling berhadapan dalam jarak dekat.

Tapi, apa maksudnya ini?

Sayup-sayup, Rihanna akhirnya juga membuka kedua mata. Dan sama seperti Aaron, hal pertama yang ia lihat adalah wajah tampan pria itu.

Di detik itulah Aaron langsung menarik tubuhnya menjauh. Napasnya memburu keras, sebagaimana jantungnya yang mendadak berdetak kencang.

"Ki-kita melakukannya?" tanya pria bermata biru itu sambil mengernyit mengingat kejadian semalam. Tapi semakin ia berpikir keras, semakin kepalanya sakit.

Rihanna bangkit duduk dengan kedua tangan mendekap erat selimut di depan tubuh.

"Aaron, aku ... aku minta maaf."

Aaron ikut duduk. Selimut turun setengah menampilkan tubuh atasnya, dan itu membuat Rihanna segera buang muka.

"Jadi, yang semalam itu kau? Bukan istriku?"

Terlihat kilat emosi di kedua mata Aaron. Rahangnya bahkan mengetat kuat, menekan suara beratnya agar tak berteriak marah.

Rihanna menggigit bibir bawah gusar. "Aku ... aku minta maaf, Aaron. Aku tidak punya pilihan lain."

Hening kemudian. Aaron hanya memandangi wajah Rihanna lamat-lamat dengan kilat emosi di kedua mata dan rahang yang mengetat kuat. Namun, pria itu juga menelan ludah kasar ketika satu-dua ingatan semalam mampir di kepalanya.

Bagaimana ia mencumbu dengan penuh nafsu, bagaimana dia menikmati setiap himpitan yang ia dapat saat menghentak keras, bagaimana dia mendesah, mengerang, meracau memanggil-manggil nama Agnes. Bagaimana dia merasa begitu menikmati kegiatan bercinta mereka setelah lama tak melakukannya dengan sang istri.

Lantas, Aaron tiba di fakta mengejutkan bahwa yang semalam bukanlah Agnes. Semua kenikmatan itu justru datang dari Rihanna, bukan dari istrinya!

Aaron berdecak, refleks mengusap muka kasar, sementara Rihanna agak tersentak kaget mendengar decakan pria itu. Karena jujur, dia takut.

"Baiklah, sekarang katakan padaku. Siapa yang menyuruhmu 'menyerahkan diri' seperti tadi malam?" tanya Aaron lamat-lamat. "Kupikir, seorang Rihanna Halim yang kukenal tidak akan nekat menjebakku jika bukan atas suruhan orang lain."

Tebakan itu tepat sasaran, membuat Rihanna refleks menunduk salah tingkah.

"Dan yang kutau, kau hanya setia pada satu orang di dunia ini, Rihanna," lanjut Aaron. Dia menatapnya tajam. "Agnes, 'kan? Dia yang menyuruhmu ke sini? Benar?"

***

"Agnes!!"

Di ruang tengah, Agnes menoleh sesaat setelah menyeruput kopi paginya. Dia mengangkat sebelah alis melihat Aaron datang dengan langkah panjang dan ekspresi marah.

Namun, Agnes kemudian tersenyum tipis menyadari suaminya itu datang hanya dengan mengenakan boxer hitam di balik jubah tidurnya.

"Hai, Suamiku. Bagaimana? Tidurmu nyenyak?" sapa Agnes penuh arti, seraya meletakkan cangkir kopi ke atas meja.

Aaron merapatkan jubahnya lalu duduk di sofa seberang.

"Kau memang gila!" katanya tanpa ba-bi-bu. "Permainan seperti apa yang sedang kau rencanakan, huh? Sampai kau tega menjebak adikmu sendiri seperti itu?"

"Hmm? Aku menjebaknya?" Agnes bersedekap tenang. "Dia menerima uangku dan menandatangani kontrak kami atas kemauannya sendiri. Bagian mana yang membuatmu menyimpulkan bahwa aku telah menjebaknya?" Wanita itu terkekeh geli.

"Lagipula, tidakkah kau juga menikmati malam tadi, Aaron? Rihanna masih sangat muda, dia cantik dan masih perawan sebelum kau tiduri semalam. Bisa kubayangkan betapa dahsyatnya percintaan kalian tanpa harus kulihat langsung dengan kedua mataku sendiri."

"Fuck!" Umpatan lolos begitu saja dari mulut Aaron. Dia benar-benar emosi, karena sikap tenang Agnes membuatnya tak habis pikir. "Sebenarnya untuk apa, Agnes?! Kau membuatku tidur dengan Rihanna itu tujuannya untuk apa?!"

"Untuk mendapatkan anak, tentu saja. Bukankah orang tuamu sudah lama menantikan pewaris sah darimu? Aku tidak bisa memberikannya, tapi Rihanna bisa."

"Kau ... benar-benar wanita gila," kata Aaron sambil menggeleng-gelengkan kepala tak tahu lagi harus mengatakan apa.

Agnes justru menunjukkan wajah dingin. "Aku gila karena kedua orang tuamu, Aaron. Seandainya ayah dan ibu tidak menuntutku agar melahirkan anak untukmu, aku juga tidak akan berbuat sampai sejauh ini."

Lalu, Agnes berdiri. Dia menatap Aaron dengan lirikan tajam.

"Kita tidak punya pilihan lain. Kau juga tidak punya solusi lain, bukan? Jadi, percayakan saja padaku. Tidurlah dengan Rihanna sampai dia hamil! Selanjutnya, biar aku yang urus!"

Aaron terpaku di sofa mendengar perkataan sang istri. Wanita berambut hitam bergelombang itu akhirnya berbalik dari Aaron dan melangkah pergi. Namun,

"Baiklah!"

Suara berat Aaron membuat Agnes berhenti.

"Baik, aku akan mengikuti rencanamu," lanjut Aaron seraya berdiri. Wajahnya datar dan tenang.

Agnes menoleh, mencoba menyelisik ekspresi suaminya dengan alis terangkat skeptis.

"Tapi, aku hanya akan tidur dengan Rihanna sebagai istriku! Bukan sebagai adik iparku!"

"Apa?!"

Agnes melotot, sementara Aaron justru menyeringai tipis.

"Ya. Aku akan menikahinya. Dia akan menjadi istri keduaku dan dengan itu, aku akan menganggap kita impas. Bagaimana? Deal?"

Ada seseorang yang jauh lebih terkejut mendengar semua percakapan itu. Adalah Rihanna yang hampir ambruk ke lantai sambil menarik napas syok mendengar apa yang baru saja Aaron katakan.

Aaron dan Agnes lantas menoleh melihat wanita 24 tahun itu berdiri di dinding pintu ruang tengah, dengan jubah tidur berwarna merah membungkus rapat tubuh polosnya.

Seringaian Aaron melebar. Dia berjalan mendekati Rihanna lalu berkata mantap, "Jadilah istriku, Rihanna! Lahirkan pewaris untukku secara sah!"

"Aaron!" panggil Agnes dengan nada tak suka, tapi Aaron mengabaikannya.

Pria itu malah meraih tangan Rihanna dan menggenggamnya erat. Kedua iris birunya menatap iris cokelat Rihanna dalam-dalam.

"Asal kau tau, aku tidak pernah tidur sembarangan dengan wanita mana pun seumur hidupku, dan yang semalam adalah yang pertama kalinya. Kesalahan yang akan kuanggap sebagai ketidaksengajaan." Aaron menarik napas berat.

"Aku telah merebut mahkotamu, Rihanna, dan akulah yang bersalah. Tapi jangan mengharapkanku untuk tidur lagi denganmu sebelum kau resmi menjadi istriku." Pria itu menunduk mendekatkan wajah mereka. "Jadi, kau mau, 'kan?"

Jujur, Rihanna tak tahu harus menjawab apa dan bersikap bagaimana. Wajahnya syok berat. Tubuhnya gemetar tak karuan di saat perutnya justru bergejolak aneh merasakan usapan lembut Aaron pada genggaman mereka.

Pria itu bahkan tersenyum manis padanya. Seolah memaksa Rihanna secara halus agar mau mengangguk menyetujui permintaan konyol itu. Namun, Rihanna masih sangat bingung dan tak habis pikir.

Apa yang sebenarnya terjadi? Dalam hidupnya, tak pernah sedikitpun ia membayangkan akan diminta oleh kakak tirinya melahirkan anak untuk kakak iparnya. Lalu sekarang, dia malah diminta oleh kakak iparnya untuk menjadi madu dari kakak tirinya.

Ini ... benar-benar gila! Agnes dan Aaron benar-benar pasangan yang gila! Dan Rihanna rasanya jadi ikutan gila karena nekat berhubungan dengan orang-orang ini!

Sekarang, apa yang harus dia lakukan?

***